Kebudayaan daerah memiliki peranan yang sangat penting bagi daerah tersebut. Salah satunya sebagai identitas dan merupakan jati diri bagi suatu daerah. Ciri khas suatu daerah dapat berbeda-beda tergantung daerah itu sendiri, salah satunya adalah Kota Bogor. Kota Bogor berdiri sejak tanggal 3 Juni 1482, yang disesuaikan dengan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai raja dari kerajaan Padjadjaran. Sejalan dengan sejarahnya yang panjang, kota Bogor memiliki banyak kebudayaan khas sunda yang perlu dilestarikan keberadaannya, terutama kebudayaan yang bersifat intangible. Salah satu intangible culture yang dimiliki kota Bogor yaitu "Tradisi Ngumbah Kujang". Sesuai dengan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Tradisi Ngumbah Kujang termasuk ke dalam kategori ritus.
Kujang merupakan senjata tradisional khas Jawa Barat. Secara umum, kujang dapat diartikan sebagai pusaka tradisional yang memiliki kekuatan dewa, dan dipergunakan sebagai senjata tradisional. Di masa lampau, kujang dipergunakan sebagai alat pertanian sehingga tidak bisa dispisahkan dari kehidupan masyarakat sunda, yang mayoritas mata pencahariannya ada dalam bidang pertanian. Sedangkan Tugu Kujang merupakan sebuah monumen yang terletak di Kota Bogor. Tugu Kujang menggambarkan ciri khas kota Bogor dan menjadi salah satu ikon kota Bogor. Tugu ini memiliki tinggi sekitar 25 meter yang terdiri dari tiang, logo kota Bogor, dan kujang di bagian paling atas.
Tradisi ngumbah kujang merupakan tradisi yang diadakan di kota Bogor yang dilakukan secara rutin setiap satu tahun sekali. Tradisi ini dilakukan sebagai salah satu rangkaian dalam perayaan kota bogor yang biasa disebut dengan Hari Jadi Bogor. Seperti yang sudah diketahui, kota bogor yang kini sudah berusia 537 tahun ini (per tahun 2019) selalu melakukan Tradisi Ngumbah Kujang secara rutin setiap tahunnya sejak tahun 1984 silam, sehingga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari HJB. Walaupun tradisi ini sempat terhenti selama beberapa tahun, akhirnya kini tradisi ini dapat dilakukan kembali demi mempertahankan tradisi kebudayaan sunda.
Tradisi Ngumbah Kujang yang dilakukan di Tugu Kujang Bogor ini dihadiri oleh budayawan, pelajar, dan setidaknya melibatkan pemanjat tebing untuk memanjat tugu setinggi 25 meter itu. Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih tiga hari untuk membasuh atau mencuci tugu kujang. Pencucian ini dilakukan secara bergantian oleh para pemanjat tebing. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga melibatkan karuhun sunda yang memiliki kujang agar dapat ikut serta mencuci kujangnya dalam Tradisi Ngumbah Kujang.
Sebelum melakukan tradisi Ngumbah Kujang, pihak terkait melakukan doa terlebih dahulu demi kelancaran proses tradisi. Kemudian menyediakan air untuk penyiraman kujang. Air yang digunakan untuk mencuci kujang diambil dari tiga sumber mata air berbeda yang dianggap keramat oleh warga sekitar. Sumber mata air itu antara lain mata air Cidangiang, Cibogor, dan Kahuripan yang ada di dalam Kebun Raya Bogor. Pencucian tugu kujang ini dilakukan di beberapa bagian seperti logo kota Bogor, tiang, dan senjata kujangnya. Setelah tugu dicuci dengan air tersebut, konon tugu tersebut akan terlihat lebih bersih dan memancarkan aura yang melambangkan kota Bogor, bahkan bagian senjata kujang ini terlihat bersinar. Kegiatan tersebut tidak hanya mencuci tugu kujang, namun juga dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi tugu agar bisa diperbaiki apabila terdapat kerusakan.
Makna dari kegiatan ini adalah sebagai bentuk membersihkan diri lahir batin melalui simbol membersihkan kujang. Selain untuk melestarikan tradisi sunda, kegiatan ini juga dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung. Diharapkan pemerintah Kota Bogor dapat terus mengadakan kegiatan ini dan melestarikan tradisi Ngumbah Kujang ini sebagai upaya pemajuan kebudayaan, khususnya kebudayaan sunda.
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/kujang-senjata-tradisional-khas-jawa-barat/ https://lifestyle.okezone.com/read/2018/07/30/406/1929155/ngumbah-tugu-kujang-bogor-tradisi-mencuci-dari-7-mata-air http://www.metropolitan.id/2018/05/sejarah-dan-asal-usul-serta-keistimewaan-tugu-kujang-bogor/ https://beritautama.net/breaking-news/ngumbah-tugu-kujang-ritual-tahunan-warga-kota-bogor/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja