|
|
|
|
Tradisi Hajat Bumi di Karawang Tanggal 16 Mar 2020 oleh Gizella nariratri . Revisi 5 oleh Gizella nariratri pada 17 Mar 2020. |
Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung padi Indonesia, meski sekarang julukan tersebut mulai terganti dengan sebutan kota industri mengingat banyaknya kawasan industri yang dibuka di Karawang. Meski begitu, pemerintah dan masyarakat Karawang masih berupaya untuk mempertahankan gelar tersebut, begitu juga dengan luas sawah yang masih bertahan di kabupaten ini. Upaya ini pun masih diiringi dengan sebuah tradisi yang rutin dilakukan oleh beberapa pedesaan yang masih memiliki lahan pertanian dan perkebunan, yaitu tradisi hajat bumi.
Terdapat sepuluh objek kebudayaan berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan, antara lain: (1) tradisi lisan, (2) manuskrip, (3) adat istiadat, (4) ritus, (5) pengetahuan tradisional, (6) teknologi tradisional, (7) seni, (8) bahasa, (9) permainan rakyat, dan (10) olahraga tradisional. Tradisi hajat bumi di Karawang ini termasuk ke dalam objek kebudayaan ritus, yaitu tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain berbagai perayaan, peringatan kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan berserta perlengkapannya.
Tradisi hajat bumi ini dilakukan secara turun-temurun sebagai wujud rasa syukur warga setempat kepada Allah SWT atas hasil bumi yang telah diberikan. Waktu pelaksanaan perayaan ini tidak menentu, namun umumnya dilaksanakan bersamaan dengan Tahun Baru Islam (bulan Muharam dalam kalender Hijriah). Tradisi tersebut tetap digelar walaupun daerah tersebut sedang mengalami kekeringan.
Prosesi acara pada tradisi ini beraneka ragam dan mengikuti kebudayaan setempat. Seluruh rangkaian acara hajat bumi hanya dilaksanakan dalam satu hari. Secara umum, prosesi ini mencakup pagelaran kesenian, mengarak dongdang (sebuah kandang atau kurungan berukuran besar, di mana di bagian luar kurungan dihiasi dengan hasil bumi setempat), sedekah bumi, rebutan hasil bumi, potong tumpeng, dan disertai dengan kegiatan keagamaan seperti tausiyah (ceramah) maupun pengajian.
Masyarakat yang melaksanakan tradisi ini umumnya yang bermukim di pedesaan dan memiliki mata pencaharian sebagai petani. Selain sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki hasil alam, masyarakat setempat percaya bahwa tradisi hajat bumi ini bisa melindungi desa dari marabahaya, serta membuat hasil bumi semakin berlimpah.
REFERENSI
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |