|
|
|
|
Beksan (Tari) Lawung merupakan seni tari klasik gaya Yogyakarta. Diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwano I. Tarian ini terinspirasi dari perlombaan watangan yang merupakan latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak (sebuah tongkat panjang kurang lebih 3 m berujung tumpul, dan silang menyodok untuk menjatuhkan lawan) yang biasa dilakukan oleh Abdi Dalem Prajutrit pada masa lalu. Gerakan-gerakannya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan. Dialog yang digunakan merupakan campuran dari bahasa Madura, bahasa Melayu dan bahasa Jawa.
Ada lima peran dalam Beksan Lawung Ageng; jajar, lurah, botoh, ploncon, dan salaotho. Jajar terdiri dari empat penari, berperan sebagai prajurit muda yang penuh dengan semangat. Dalam struktur keprajuritan, jajar adalah pangkat paling rendah bagi seorang prajurit. Penari yang berperan sebagai jajar menggunakan ragam gerak bapang yang bersifat gagah dan ekspresif. Lurah juga terdiri dari empat penari, berperan sebagai prajurit yang telah matang. Dalam struktur keprajuritan, prajurit berpangkat lurah menempati posisi di atas jajar. Penari yang berperan sebagai lurah menggunakan ragam gerak kalang kinantang yang bersifat gagah dan anggun, lebih halus dibanding ragam gerak bapang. Jajar dan lurah inilah yang berperan sebagai prajurit yang berhadapan satu sama lain. Sedangkan Botoh terdiri dari dua penari yang berperan sebagai tokoh yang mengadu ketangkasan prajurit. Ploncon terdiri dari empat penari yang bertugas untuk memegang tombak sebelum digunakan oleh jajar atau lurah dan yan terakhir adalah Salaotho terdiri dari dua penari, masing-masing berperan sebagai Abdi Dalem pelawak yang setia pada maing-masing botoh. Dalam menari, salaotho menggunakan ragam gerak gecul yang bersifat jenaka.
Dalam tariannya, Lawung Ageng diiringi dengan gendhing gangsaran, roning tawang dan bimakurda. Gendhing Gangsaran digunakan untuk mengiringi bagian awal beksan, Gendhing Roning Tawang digunakan untuk mengiringi bagian pertarungan antar prajurit jajar, sedang Gendhing Bimakurda digunakan untuk mengiringi bagian pertarungan antar lurah. Gendhing tersebut dimainkan oleh Gangsa Kiai Guntur Sari. Kiai Guntur Sari memiliki saron jauh lebih banyak dari seperangkat gamelan pada umumnya sehingga mampu menciptakan suara yang keras dan kuat seperti guntur. Suara ini cocok sekali untuk menghidupkan suasana latihan perang antara dua kelompok prajurit bersenjata tombak.
Hingga saat ini, Beksan Lawung Ageng meruapkan tarian untuk upacara kenegaraan. Beksan Lawung Ageng biasa dipentaskan untuk merayakan pernikahan agung putra-putri Sultan yang diselenggarakan di Kepatihan. Para penari Beksan Lawung Ageng akan ikut serta dalam kirab pengantin dari keraton menuju Kepatihan, lengkap dengan tata busana, atribut, dan perlengkapan tari. Mereka mengendarai kuda, dinaungi payung kerajaan, dikawal oleh Bregada Wirabraja, dan diiringi gamelan Kiai Guntur Sari yang memainkan Gendhing Sabrangan. Jika melihat kambali pada masa lalu, Sultan tidak menghadiri resepsi pernikahan putra-putrinya yang digelar di Bangsal Kepatihan. Sebagai gantinya, Sultan mengirim dan menggelar Beksan Lawung Ageng. Keberadaannya setara dengan kehadiran Sultan sendiri.
Melalui tarian ini Sri Sultan Hamengku Buwono I menanamkan nilai-nilai keberanian serta ketangkasan seorang prajurit keraton. Selama lebih dari dua abad, tari ini telah menjadi sarana pembentukan karakter jiwa seorang ksatria melalui kedisiplinan berolah fisik dan berolah batin.
sumber: https://www.kratonjogja.id/kagungan-dalem
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |