|
|
|
|
Tari Rejang Ayunan Sebagai Sarana Upacara Tanggal 14 May 2020 oleh Widra . |
Tari Rejang merupakan tarian kuno yang bersifat sakral yang khusus ditarikan pada waktu piodalan di pura-pura. Tari Rejang Ayunan adalah Tari Rejang yang bermaian ayuanan. Terbukti setelah para penari berkeliling sebanayak tiga kali putaran di “Jaba Tengah” mereka langsung menuju pohon cempaka yang ada di “Jabaan” untuk bermain ayunan pada salah satu ujung tali yang sudah disediakan sebelumnya dengan cara bergelantungan. Fungsi Tari Rejang Ayunan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Upacara Dewa Yadnya di Pura Puseh Bale Agung, karena tanpa tarian ini upacara dianggap kurang sempurna.
Dilihat dari segi fungsinya tari-tarian Bali dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Seni Tari Wali (sacral, religius dance) ialah : Seni yang dilakukan di Pura-pura dan ditempat-tempat yang ada hubungannya dengan upakara dan upacara agama yang pada umumnya tidak menggunakan lakon. Seni Tari Bebali (ceremonial dance), ialah segala seni tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara atau upakara di pura-pura ataupun diluar pura serta pada umumnya memakai lakon.Seni Tari Balih-balihan (secular dance) ialah : segala seni tari yang mempunyai unsur dasar dan seni tari yang luhur yang tidak digolongkan Tari Wali dan Tari Bebali serta mempunyai fungsi sebagai hiburan (Banden dan Dibia, 1975 : 4)
Sesuai dengan ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tari rejang Ayunan merupakan tarian sakral yang tergolong dalam Seni Tari Wali, disebabkan karena Tari Rejang Ayunan tersebut tidak memakai lakon. Yang berfungsi sebagai sarana di dalam pelaksanaan upacara serta tidak pernah dipentaskan di luar dari upacara Dewa Yadnya di Pura Puseh Bale Agung desa Pupuan.PerkembanganTari Rejang Ayunan dipentaskan pada saat puncak upacara Ngusaba Tegteg di pura Puseh Bale Agung desa Pupuan, yang sampai sekarang tetap dilaksanakan secara aktif. Melihat perkembangan Tari Rejang Ayunan yang paling menonjol adalah dari segi tata busananya
.Pan Narin selaku kalian adat menerangkan, bahwa pada jaman dahulu dilihat dari segi tata busananya adalah penari Rejang bebas menggunakan pakaian yang berwarna-warni sesuai dengan kemampuan dari masing-masing penari. Sehingga terlihat jelas perbedaan antara kaya dan miskin. Atas prakarsa Bapak I Nengah Winata selaku Bendesa Adat, maka pakaian penari Rejang tersebut di seragamkan yang tidak jauh berbeda dengan yang aslinya. Perubahan itu baru dilaksanakan untuk pertama kali pada tanggal 13 Oktober 1984 yang lalu.Di dalam segi tata rias, dari dahulu hingga sekarang tetap utuh atau tidak mengalami perubahan. Penari Tari Rejang Ayunan tidak memakai alat-alat kosmetika seperti bedak, lipstik, pensil alis-alis dan sebagainya.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |