Rampak Kendang atau Rampak Gendang merupakan sajian musik tradisional kendang Sunda dalam jumalh banyak yang dimainkan secara serempak dan bersama-sama. Ramapk sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya serempak, sementara kendang atau gendang merupakan instrumen musik gamelan yang memiliki fungsi sebagai pengatur irama lagu. Rampak kendang muncul sekitar tahun 1970-an bersamaan dengan tari Jaipong. Yaya Sukarya sebagai kepala Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung sangat mendukung gagasan Yoyo Risyaman Wiranata dan Nandang Rusman Barmaya untuk membuat sebuah pertunjukan karawitan yang menggunakan gamelan salendro lengkap akan tetapi menggunakan juru pengkendang banyak berjumlah antara 20 sampai 30 orang.
Istilah rampak kendang muncul setelah ada pertunjukan dengan mempergunakan kendang-kendang yang dimainkan secara bersama oleh banyak orang. Yaya Sukarya sebagai kepala Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung menjadikan menabuh kendang merupakan mata pelajaran, seperti halnya menabuh gambang, menggesek rebab, memetik kacapi, atau meniup suling. Dari adanya mata pelajaran menabuh kendang inilah sebenarnya waditra kendang dimainkan secara rampak karena diajarkan secara kelompok di dalam kelas.
Pertunjukan rampak kendang kerap dikolaborasikan dengan alunan gamelan Jawa bahkan hingga alat musik modern. Perpaduannya akan menghasilkan sebuah pertunjukan yang lebih energik dan atraktif. Saat pementasan, formasi pemain rampak kendang berada di barisan depan sambil memegang satu kendang indung dan dua kendang kulanter. Tidak hanya memainkan kendang sambil berdiam saja, mereka juga bergerak bersama-sama menggunakan seluruh anggota tubuhnya dengan gerakan yang menghentak dan energik sambil sesekali menabuh kendang. Para pemain rampak kendang ini juga biasanya menggunakan pakaian khas sunda yang lengkap beserta udengnya.
Sementara untuk pertunjukan yang dikolaborasikan dengan alat musik modern seperti drum set, piano, dan gitar, kendang indung dan kulanter tidak ditabuh menggunakan telapak tangan namun dengan alat layaknya stik drum yang disebut dengan panakol. Posisi pemain kendang dan kendangnya yaitu berdiri untuk membuat pemain lebih leluasa melakukan atraksi saat memukul kendang. Hal yang unik dari pertunjukan ini adalah pertunjukkan dibawakan oleh perempuan seluruhnya, padahal untuk menabuh kendang sambil menampilkan gerakan yang atraktif dibutuhkan energi yang besar. Tantangan utamanya ada pada pengaturan nafas dan kekuatan memukul kendang agar menghasilkan suar yang tetap stabil hingga akhir pertunjukkan. Pertunjukkan ini juga sering dikolaborasikan dengan kesenian lain seperti tari Jaipong, pentas musik dangdut, hingga permainan drum band.
Selain menggunakan kendang indung dan kulanter, pertunjukan rampak kendang juga biasanya diiringi dengan alat musik lain seperti terompet dan gamelan berlaras salendro yang terdiri dari bonang, rincik, saron, peking, demung, kenong, gong, dan rebab. Pertunjukkan rampak kendang ini biasanay digelar untuk meramaikan berbagai acara seperti saat kunjungan tamu kenegaraan. Contohnya ketika Raja Salman berkunjung ke Istana Bogor sekitar 2017 lalu yang disambut dengan tari Saman dan Rampak kendang. Bagi masyarakat Sunda, rampak gendang merupakan representasi dari sebuah kebersahajaan yang kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat Sunda yang guyub serta harmonis, berlandaskan sikap kebersamaan atau gotong-royong dan keceriaan.
Perkembangan kesenian Rampak kendang ini sudah merambah ke kancah internasional. Universitas Santa Cruz di California bahkan sudah membuka mata kuliah kesenian Indonesia, dengan dosen dari Indonesia, yang salah satunya mempelajari tentang kesenian Rampak kendang sejak tahun 2008. Tidak hanya itu, saat ini orang-orang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk mempelajari kesenian tersebut.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja