Kota Surakarta tidak hanya dikenal akan keberagaman budayanya tetapi juga kaya akan kuliner khas yang memanjakan lidah. Beragamnya kuliner tersebut yang menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan dari berbagai daerah baik domestik atau luar negeri. Salah satu kuliner atau makanan khas Surakarta yang menjadi warisan budaya dan mungkin sudah tidak asing lagi adalah selat solo. Selat solo menjadi makanan khas Surakarta yang terdiri dari daging olahan yang biasanya di cincang, sayuran pelengkap seperti potongan wortel, buncis, daun selada, tomat, acar timun, mayonaise, dilengkapi pula dengan kentang rebus, kentang goreng, telur rebus, dan disajikan dengan kuah berwarna coklat bercita rasa manis gurih yang segar. Sehingga selat solo ini memiliki kandungan nutrisi yang pas dan seimbang antara protein, karbohidrat, mineral, dan lainnya yang baik untuk tubuh.
Selat solo merupakan salah satu makanan modifikasi dari budaya barat di masa lampau yang disesuaikan dengan cita rasa dan selera masyarakat lokal. Sehingga bahan dan bumbu dalam pembuatannya juga menyesuaikan dengan kondisi masyarakat lokal terutama masyarakat Surakarta. Apabila dilihat dari sejarahnya, selat solo menjadi suatu warisan budaya Eropa yaitu masa pendudukan Belanda. Kata selat sendiri berasal dari kata slachtje yang memiliki arti salad dengan perpaduan daging yang dipotong kecil yang disebut dengan biefstuk atau biasa diartikan sebagai beef steak. Pada masa itu makanan selat ini hanya disajikan kepada para masyarakat kelas atas seperti keluarga Keraton Kasunanan Surakarta yang biasanya disajikan pada saat acara tertentu yang melibatkan pihak keraton dengan masyarakat Eropa yaitu Belanda.
Namun dikarenakan terdapat beberapa warga keraton yang tidak biasa menyantap daging tebal dan dimasak setengah matang ala Eropa, maka dibuatlah modifikasi olahan daging yang dicincang dan dimasak matang dipadukan dengan sayuran pelengkap yang kemudian dikenal sebagai selat. Penyebutan kata selat tersebut juga dikarenakan lidah masyarakat lokal yang sulit menyebutkan kata slachtje sehingga disesuaikan untuk mempermudah pengucapannya. Pada dasarnya selat solo ini memang sangat dipengaruhi dengan karakteristik budaya Eropa sebagai asal mula adanya makanan tersebut. Meskipun begitu selat solo telah mengalami banyak penyesuaian dengan budaya lokal terutama pada selera masyarakat Jawa.
Bentuk penyesuaian tersebut dapat dilihat pada pengolahan daging yang apabila di Eropa dimasak dengan setengah matang maka di Surakarta daging selat dimasak sampai benar - benar matang. Kemudian kuah yang disajikan juga mengikuti selera masyarakat Jawa yang menyukai cita rasa manis, sehingga kecap menjadi bahan utama pembuatan kuah selat. Hal tersebut berbeda dengan pengolahan daging di Eropa yang identik disajikan dengan saus yang dipadukan dengan mustard. Meskipun kuah selat solo memiliki cita rasa manis menyesuaikan selera lidah masyarakat lokal terutama Surakarta, namun memang tidak semua menyukai cita rasa manis tersebut. Sehingga di beberapa tempat atau restoran yang menjual selat solo di Surakarta melakukan penyesuaian kembali dengan membuat kuah yang memiliki cita rasa manis lebih ringan dan lebih menonjolkan rasa gurih supaya dapat diterima masyarakat umum.
Selain itu penambahan potongan kentang rebus dan telur rebus juga disesuaikan dengan kondisi masyarakat lokal yang terbiasa mengkonsumsi karbohidrat yaitu memberikan efek mengenyangkan sebagai pengganti nasi. Hal tersebut dikarenakan seperti yang kita semua tahu bahwa masyarakat Indonesia identik selalu mengkonsumsi makanan berat seperti nasi atau bahan karbohidrat lain untuk sehari - hari. Keunikan yang dimiliki dari selat solo adalah pada penyajian kuahnya. Apabila di Eropa dalam penyajian masakan seperti daging akan disajikan selagi panas dengan kuah atau saus yang hangat. Berbeda dengan selat solo yang selalu disajikan dengan kuah dalam keadaan dingin, meskipun juga dapat disajikan secara hangat namun kebanyakan selat solo memiliki kuah yang dingin. Kuah selat solo yang dingin tersebut menjadi ciri khas tersendiri karena memberikan efek menyegarkan dan sensasi berbeda dengan kombinasi bahan lainnya yang pas.
Makanan khas Surakarta ini bukan menjadi hal yang sulit untuk dicari dan dinikmati bagi masyarakat umum. Banyak sekali restoran atau rumah makan yang menjual selat solo ini tersebar di berbagai bagian kota Surakarta. Beberapa rekomendasi restoran selat solo yang cukup terkenal dikalangan masyarakat atau wisatawan antara lain seperti Selat Vien’s yang berlokasi di Jl. Hasanudin No 99, Punggawan, Kecamatan Banjarsari. Kemudian Selat Mbak Lies yang berlokasi di Jl. Yudhistira No 9, Serengan, Kecamatan Serengan. Selain itu terdapat pula Selat Tenda Biru yang berlokasi di Jl. Dr Wahidin No 26, Purwosari, Kecamatan Laweyan. Namun apabila ingin mencoba membuat sendiri selat solo tersebut yang sesuai selera sendiri, maka perlu mengetahui secara betul bahan dan bumbu yang diperlukan. Berikut ini cara atau resep pembuatan selat solo beserta bahan dan bumbunya secara lengkap.
Bahan yang diperlukan dapat disesuaikan dengan selera : 500 gr daging dalam sapi (sesuai selera dan kebutuhan), 1 butir telur ayam rebus dan dikupas, 1 sdm margarin, 30 gr bawang bombay cincang kasar, 2 siung bawang putih cincang, 1 sdm kecap inggris, 100 ml kecap manis, ½ sdt pala bubuk, ½ sdt merica bubuk, 2 sdt garam, 2 butir cengkih, dan 1 sdm mayonaise
Bahan pelengkap : 100 gr buncis potong, 100 gr wortel potong memanjang, 3 lembar daun selada, 200 gr kentang rebus dipotong, 1 buah tomat dipotong sesuai selera, acar timun, kentang goreng yang dipotong tipis
Cara membuat : Iris daging secara melintang dan tipis, Panaskan margarin sampai meleleh, Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai wangi, Masukkan irisan daging dan goreng sampai matang kecoklatan, Tambahkan kecap manis, kecap inggris, pala, merica, garam, dan cengkeh, Tambahkan air sekitar 500 ml dan masukkan telur rebus, Masak sampai daging empuk dan kuah sedikit menyusut, Sajikan diatas piring dengan susunan selada, potongan sayuran, kentang, mayonaise, dan irisan daging beserta kuahnya. Selat solo siap disajikan dan dinikmati.
Referensi : Indonesia.go.id. Selat Solo Steak Eropa Ala Jawa. https://indonesia.go.id/ragam/kuliner/ekonomi/selat-solo-steak-eropa-ala-jawa https://sukoharjo.pikiran-rakyat.com/solo-raya/pr-2034531502/asal-mula-terciptanya-selat-solo-kuliner-khas-solo-dengan-sentuhan-eropa file:///C:/Users/acerSwift/Downloads/oskm18_16518215_zulfikar_nima_arifuzzaki_OSKM_16518215_ZULFIKAR.pdf
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja