Asal-usul kampungku….
Batutanengnge.
Batutanengnge…
Mungkin ada yang bertanya apa sih itu Batutanngnge? Dalam bahasa Bugis Batutanengnge sendiri artinya adalah batu yang di tanam, tapi saya tidak akan membahas batu yang di tanam sehingga menjadi rindang dan kemudian menghasilkan buah atau bunga, tapi asal usul kenapa ada sesuatu yang disebut Batutanengnge. Batutanengnge sendiri adalah nama tempat disebuah daerah di kec. Kahu, kab. Bone, sul-sel. Daerah pedesaan indah nan asri yang kata orang mirip ubud bali.
Menurut eyang-eyang yang saat ini kebetulan Alhamdulillah masih hidup, dahulu Batutanengnge bernama Latepo, tapi alkisah dalam legenda pada saat jaman penjajahan entah itu jaman penjajahan Jepang atau Belanda saya juga tidak tahu yang jelasnya mereka menyebutnya jaman gerillia, di Latepo tersimpan sebuah harta karun berupa bongkahan emas yang yang di anggap suci oleh penduduk desa, jika bongkahan itu sampai pecah atau keluar dari Latepo maka akan ada bencana besar yang akan terjadi (padahal menurut saya penjajahan sudah termasuk bencana luar biasa, gak pecah juga sudah dapat bencana) dan jika kaum gerillia mengetahui ada harta karun yang terpendam di Latepo maka mereka pasti akan merampasnya seperti hasil alam yang lain.
Pada suatu malam para tetuah berkumpul di rumah kepala adat untuk melakukan upacara pembersihan bongkahan emas itu kegiatan mereka di ketahui oleh para gerilliawan sehingga dirampaslah harta karun itu, dan apalah daya mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Pertemuan demi pertemuan dilaksanakan untuk menyusun rencana agar emas itu dapat mereka rebut kembali dan tidak meninggalkan desa agar bencana besar tidak terjadi. Sampai akhirnya seorang pemuda yang bernama Syakaring mengajukan ide, biarlah dia yang mengorbankan nyawa untuk masuk menyelinap ke markas gerillia untuk mencuri bongkahan emas itu kembali (mulia sekali hati si Syakaring ini) dan para tetuah pun setuju.
Kemudian pada suatu malam Syakaring pun melaksanakan aksi heroiknya, dia menyelinap masuk ke markas gerillia untuk mengambil emas itu dan tentu saja di bantu oleh para tetuah yang saat itu masih percaya akan baca-baca(mantra), para tetuah memantrai para gerilliawan agar mereka tidak menyadari kedatangan syakaring dan benar saja syakaring berhasil mengambil bongkahan itu kembali.
Pada saat bongkahan emas itu berhasil dia bawa pulang ketempat para tetuah mereka pun memikirkan rencana agar emas itu tidak di temukan lagi oleh para gerillia, setelah diskusi yang panjang akhirnya mereka memutuskan untuk menguburnya di bawah sebuah batu besar yang dimantrai agar tidak seorangpun dapat mengangkat batu itu dan tidak di temukan kembali oleh para gerilliawan. Semenjak saat itulah latepo di ubah namanya menjadi batutanengnge tapi sayangnya kita tidak dapat melihat batu itu lagi karena saat ini sebuah rumah telah dibangun tepat diatasnya.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang