Pada zaman dahulu di wilayah pesisir utara Pulau Jawa terdapat sebuah kerajaan yang dikenal dengan Kerajaan Pilangsari. Kehidupan rakyatnya tidak ada kekacauan, tapi cukup. Tidak ada kekurangan pokoknya. Dan lagi, saya dengar ada orang merayap seperti saat ini di Kerajaan Pilangsari.
Menginspirasi masyarakat untuk bekerja keras, baik petani maupun nelayan. Untungnya tanahnya subur, dan pantai utara tidak banyak menangkapnya. Kerajaan Pilangsari memiliki seorang raja yang arif dan pandai dalam mengolah negaranya. Raja Pilangsari punya satu-satunya kembang negara, putrinya yang saat ini sudah remaja adalah Milangsari.
Milangsari terkenal dengan keindahannya hingga ke pelosok tanah air. Bahkan akhirnya kecantikannya menyebar ke negara tetangga. Keindahan Milangsari menjadi menjadi perbincangan. Banyak yang penasaran, seperti apa rupa Milangsari itu? Datang dari suklakna dari siklukna ingin mengetahui rupa kembang Negara Pilangsari.
Yang sudah melihat rupanya, pulang ke negaranya sambil menyimpan di dalam hati, di barengi kehilangan harapan tepung beras yang ditambang milik Milangsari. Sejak saat itu, datang ke Negeri Pilangsari yang ingin melamar. Yang ingin mendapat menantu dan mengajak besanan.
Yang datang tidak ada yang bergerak, semua dikelilingi konsinyasi untuk pembeli hati Milangsari. Semakin banyak orang asing. Ada anak raja, anak pedagang kaya, anak bangsawan, bahkan ada yang ingin dinobatkan sebagai ratu kedua sekaligus alias dimadu. Raja bingung saat itu, yang itu belum terjawab tapi sudah banyak lagi yang ingin menjadi menantu.
Namun saat yang ingin menjadi menantu belum di tanya - tanya sudah muncul yang mengajak menjadi besan, semakin lama raja semakin bingung. Akhirnya Raja menolak adipati dan anaknya. "Paman, kenapa jadi begini. Bagaimana cerita kita? Jika salah satu dipilih, yang lain pasti ngambek, bukan burung pemangsa negara saya. Rasanya , kami tidak akan mampu melawannya, sampai segitu banyaknya. Paman, dapatkah Anda memberi saya saran, siapa tahu ada cara yang lebih baik? ”
"Tuan bukannya paman ingin melangkahi, tetapi jika tuan memberikan saya kesempatan untuk berpendapat saya. Bagaimana jika di adakan sayembara?” jawab Duke. Raja menghela nafas, setelah di pikir - pikir bagus juga jika di adakan sayembara. Semua yang datang memiliki kesempatan yang sama. "Jadi, sekarang ama ingin bertanya kepada Nyai, bagaimana?”
"Duh ama, saya mah terserah saja bagaimana baiknya menurut ama," kata Milangsari. "Nah begitu paman," Raja melontarkan pujian. Berbicara lagi, “Sekarang saya sampaikan kepada semua orang, bahwa burung siapa yang terpilih , dialah calon Milangsari". Sekarang aku akan membalikkannya.
Temukan burung yang bagus sebanyak mungkin, berikan waktu seminggu! Nanti berkumpul lagi di alun-alun desa!” Raja memberi perintah ke Perdana Menteri. Seminggu sejak saat itu, Alun-alun Negara Pilangsari penuh dengan sangkar burung, bahkan sampai ke pinggir pendopo. Isinya berbagai macam burung, dari yang kecil seperti burung kolibri hingga yang besar seperti burung hingkik.
Seperti yang telah ditentukan, Raja dan Milangsari keluar dari istana berjalan menuju alun - alun, ditemani oleh para wali negara, untuk menyeleksi burung - burung yang diminati ke Milangsari. Dari pertama di teliti sampai tengah tatapan, akhirnya sampai akhir di periksa. Milangsari kembali lagi meneliti dengan benar, mana burung yang menarik baginya.
Sampai tiga putaran, Milangsari masih bingung. Mereka yang berpartisipasi dalam sayembara itu resah, takut tidak terpilih. Akhirnya Milangsari mengatakan bahwa burung yang sangat banyak itu tidak ada yang terpilih. Yang ikut sayembara marah merasa di permainkan, Negari Pilangsari di acak - acak hingga kacau.
Milangsari di seret, di desak. Tempat sayembara bagus - bagusan buruk sekarang sudah Pamanukan, tempat mendesak Putri Milangsari sekarang dikenal sebagai Kampung Padek. Kerajaan Pilangsari tidak memiliki tapak, hanya nama desanya : Kampung Pilangsari. Menurut Babad Sumedang, sezaman dengan Kerajaan Sumedang di pesisir utara Pulau Jawa terdapat kerajaan-kerajaan yang dikenal dengan Kerajaan Pamanukan dan Kerajaan Ciasem.
Source : https://basasunda.com/dongeng-sunda-legenda-sasakala-jawa-barat/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja