|
|
|
|
![]() |
Sasakala Pamanukan Tanggal 01 Jun 2021 oleh Mawar widya . |
Pada zaman dahulu di wilayah pesisir utara Pulau Jawa terdapat sebuah kerajaan yang dikenal dengan Kerajaan Pilangsari. Kehidupan rakyatnya tidak ada kekacauan, tapi cukup. Tidak ada kekurangan pokoknya. Dan lagi, saya dengar ada orang merayap seperti saat ini di Kerajaan Pilangsari.
Menginspirasi masyarakat untuk bekerja keras, baik petani maupun nelayan. Untungnya tanahnya subur, dan pantai utara tidak banyak menangkapnya. Kerajaan Pilangsari memiliki seorang raja yang arif dan pandai dalam mengolah negaranya. Raja Pilangsari punya satu-satunya kembang negara, putrinya yang saat ini sudah remaja adalah Milangsari.
Milangsari terkenal dengan keindahannya hingga ke pelosok tanah air. Bahkan akhirnya kecantikannya menyebar ke negara tetangga. Keindahan Milangsari menjadi menjadi perbincangan. Banyak yang penasaran, seperti apa rupa Milangsari itu? Datang dari suklakna dari siklukna ingin mengetahui rupa kembang Negara Pilangsari.
Yang sudah melihat rupanya, pulang ke negaranya sambil menyimpan di dalam hati, di barengi kehilangan harapan tepung beras yang ditambang milik Milangsari. Sejak saat itu, datang ke Negeri Pilangsari yang ingin melamar. Yang ingin mendapat menantu dan mengajak besanan.
Yang datang tidak ada yang bergerak, semua dikelilingi konsinyasi untuk pembeli hati Milangsari. Semakin banyak orang asing. Ada anak raja, anak pedagang kaya, anak bangsawan, bahkan ada yang ingin dinobatkan sebagai ratu kedua sekaligus alias dimadu. Raja bingung saat itu, yang itu belum terjawab tapi sudah banyak lagi yang ingin menjadi menantu.
Namun saat yang ingin menjadi menantu belum di tanya - tanya sudah muncul yang mengajak menjadi besan, semakin lama raja semakin bingung. Akhirnya Raja menolak adipati dan anaknya. "Paman, kenapa jadi begini. Bagaimana cerita kita? Jika salah satu dipilih, yang lain pasti ngambek, bukan burung pemangsa negara saya. Rasanya , kami tidak akan mampu melawannya, sampai segitu banyaknya. Paman, dapatkah Anda memberi saya saran, siapa tahu ada cara yang lebih baik? ”
"Tuan bukannya paman ingin melangkahi, tetapi jika tuan memberikan saya kesempatan untuk berpendapat saya. Bagaimana jika di adakan sayembara?” jawab Duke. Raja menghela nafas, setelah di pikir - pikir bagus juga jika di adakan sayembara. Semua yang datang memiliki kesempatan yang sama. "Jadi, sekarang ama ingin bertanya kepada Nyai, bagaimana?”
"Duh ama, saya mah terserah saja bagaimana baiknya menurut ama," kata Milangsari. "Nah begitu paman," Raja melontarkan pujian. Berbicara lagi, “Sekarang saya sampaikan kepada semua orang, bahwa burung siapa yang terpilih , dialah calon Milangsari". Sekarang aku akan membalikkannya.
Temukan burung yang bagus sebanyak mungkin, berikan waktu seminggu! Nanti berkumpul lagi di alun-alun desa!” Raja memberi perintah ke Perdana Menteri. Seminggu sejak saat itu, Alun-alun Negara Pilangsari penuh dengan sangkar burung, bahkan sampai ke pinggir pendopo. Isinya berbagai macam burung, dari yang kecil seperti burung kolibri hingga yang besar seperti burung hingkik.
Seperti yang telah ditentukan, Raja dan Milangsari keluar dari istana berjalan menuju alun - alun, ditemani oleh para wali negara, untuk menyeleksi burung - burung yang diminati ke Milangsari. Dari pertama di teliti sampai tengah tatapan, akhirnya sampai akhir di periksa. Milangsari kembali lagi meneliti dengan benar, mana burung yang menarik baginya.
Sampai tiga putaran, Milangsari masih bingung. Mereka yang berpartisipasi dalam sayembara itu resah, takut tidak terpilih. Akhirnya Milangsari mengatakan bahwa burung yang sangat banyak itu tidak ada yang terpilih. Yang ikut sayembara marah merasa di permainkan, Negari Pilangsari di acak - acak hingga kacau.
Milangsari di seret, di desak. Tempat sayembara bagus - bagusan buruk sekarang sudah Pamanukan, tempat mendesak Putri Milangsari sekarang dikenal sebagai Kampung Padek. Kerajaan Pilangsari tidak memiliki tapak, hanya nama desanya : Kampung Pilangsari. Menurut Babad Sumedang, sezaman dengan Kerajaan Sumedang di pesisir utara Pulau Jawa terdapat kerajaan-kerajaan yang dikenal dengan Kerajaan Pamanukan dan Kerajaan Ciasem.
Source : https://basasunda.com/dongeng-sunda-legenda-sasakala-jawa-barat/
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |