Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Jawa Barat Bandung
Sasakala Cigondewah
- 1 Juni 2021

Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan bernama Sindangsari. Adapun rajanya bernama Baginda Raja Singa Mandala. Ia terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Ia pun memiliki seorang putri yang sangat cantik jelita bernama Putri Mayang Sawitri.

Kecantikan Putri Mayang Sawitri pun tersiar kemana-mana. Banyak raja dan kstaria dari kerajaan lain berniat melamarnya. Namun semuanya ditolak oleh Putri Mayang Sawitri dengan bermacam-macam alasan. Tentu saja Baginda Raja Singa Mandala merasa bingung. Ia merasa khawatir para raja dan ksatria yang ditolak lamarannya akan merasa sakit hati dan kemudian akan mengerahkan pasukannya untuk menyerang kerajaan Sindangsari. Pada suatu hari, datanglah rombongan pelamar dari kerajaan Margaasih. Rombongan tersebut dipimpin langsung oleh Raja Jayadilaga.

“Ada apakah gerangan Raja Jayadilga menemuiku?” kata Raja Singa Mandala di ruang keraton.

“Maksud kami untuk melamar putrimu yang cantik jelita itu. Sebagai tanda lamaran, kami membawa berbagai perhiasan dan hasil bumi dari kerajaan Margaasih,” jawab Raja Jayadilaga dengan tegas dan penuh harap.

“Kalau begitu niat paduka, aku hanya bisa menyerahkan keputusan lamaran ini pada putriku langsung,” kata Raja Singa Mandala sambil melirik pada putrinya, Putri Mayang Sawitri, “Bagaimana, anakku?”

Putri Mayang Sawitri lama menundukkan kepala. Karena kesal, akhirnya Raja Jayadilaga mengulang pertanyaan Raja Singa Mandala. “Bagaimana tuan putri, bersediakah dipersunting hamba?”

“ Euh , sebelumnya aku mohon maaf, paduka raja.” jawab Putri Mayang

“ Tidak usah minta maaf, karena tuan putri tidak punya salah apa-apa padaku,” kata Raja Jayadilaga dengan penuh kesabaran.

“ Eum , untuk saat ini aku tidak bisa menerima lamaran paduka raja.”

“Apa…?!!” Raja Jayadilaga tersentak kaget. Seketika ia berdiri dan pergi tanpa permisi keluar dari ruangan keraton diikuti oleh rombongan lainnya. Kemudian Ia bertitah, “Tunggu kedatangan pasukanku!”

Melihat kejadian tersebut, Raja Singa Mandala hanya duduk terpaku kaku di singgasana. Ia tidak dapat berkata apa-apa. Bahkan hatinya semakin diliputi rasa cemas. Ketakutannya yang utama ialah kerajaan Margaasih akan segera menyerang kerajaan Sindangsari. Sesuai dengan prediksi, keesokan harinya Raja Jayadilaga mengerahkan seluruh pasukannya dari kerajan Margaasih. Sebagai raja yang ingin mempertahankan kedaulatan, tentu saja Raja Singa Mandala pun menyiapkan pasukannya. Seluruh pasukan Sindangsari segera ditempatkan di daerah perbatasan.

Pagi itu cuaca sangat cerah. Pasukan Margaasih semakin mendekati perbatasan. Seluruh pasukan Sindangsari pun sudah siap menghalau. Sangkakala perang sudah ditiup, tanda peperangan akan segera dimulai. Peperangan pun terjadi. Namun nampaknya pasukan kerajaan Margaasih lebih kuat ketimbang kerajaan Sindangsari. Hal ini dikarenakan jumlah pasukan dari kerajaan Margaasih lebih banyak jumlahnya dan senjatanya pun lebih lengkap. Senjata mereka terdiri dari bedog (golok), pedang dan gondewa atau jamparing (panah).

Pertempuan kedua kerajaan pun berlangsung sengit. Namun setelah dua hari berperang, akhirnya pasukan kerajaan Sindangsari terdesak. Banyak prajurityang gugur di medan perang. Darah berceceran dimana-mana. Ksatria-ksatria pilih tanding kerajaan Sindangsari tidak mampu menahan gempuran pasukan Margaasih. Bahkan Raja Singa Mandala pun akhirnya terbunuh dalam peperangan tersebut.

Melihat ayahnya telah tewas, Putri Mayang Sawitri langsung mencabut keris dengan niat untuk labuh geni (bunuh diri). “Aku lebih baik mati ketimbang dipersunting oleh raja yang telah membunuh ayahku,” gumamnya dengan yakin. Sesaat setelah berucap dan menancapkan keriske perutnya, Putri Mayang Sawitri pun meninggal oleh kerisnya sendiri.

Berbeda dengan rakyat Sindangsari yang berduka, sebaliknya Raja Jayadilaga merasa senang atas kejadian tersebut. Ia merasa telah berhasil membalas kepedihan hatinya yang ditolak oleh Putri Mayang Sawitri. Selain itu, ia pun berhasil memperluas kekuasannya dengan cara menyatukan wilayah kerajaan Margaasih dengan Sindangsari. Selanjutnya Raja Jayadilaga merubah nama Sindangsari menjadi Cigondewa.

“Aku ubah nama Sindangsari menjadi Cigondewa. Wilayah ini pun sekarang menjadi taklukanku,” ujar Raja Jayadilaga di depan seluruh penduduk Sindangsari. Alasan diubahnya nama Sindangsari menjadi Cigondewa, karena setelah peperangan terjadi, Raja Jayadilaga melihat banyak darah berceceran bagaikan air.

Darah tersebut berasal dari tubuh prajurit Sindangsari yang terbunuh oleh panah dan gondewa pasukan Margaasih. Semakin lama, kerajaan Margaasih pun semakin berkembang pesat. Setiap tahun mereka menyerahkan upeti kepada Prabu Siliwangi karena berada di wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran. Nama Cigondewa pun kemudian berubah menjadi Cigondewah, mengikuti pengucapan penduduk setempat.

Source : https://web.facebook.com/SalakanagaraFansPage/posts/sasakala-cigondewah-dahulu-kala-terdapat-sebuah-kerajaan-bernamasindangsari-adap/618798391498972/?_rdc=1&_rdr

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline