BEKSI DAN REBANA GEDIGDUG TRADISI LISAN BETAWI
PENDAHULUAN
Beksi dan Gedigdug
Belakangan saya (Ahmad Mathar Kamal) kenal dari Abd.Azis tentang Rebana Gedigdug. Beberapa poto up loadnya memperlihatkan tim kesenian Rebana Gedigdug ngiringin silat dan tari yang kayaknya berasal dari gerak silat Beksi. Saya tidak paham sual ini, lalu saya tanyakan pada Bang Ridwan Saidi dan dapet penjelasan singkat. Berikut penjelasan Bang Ridwan Saidi perihal Beksi dan Gedigdug : Menurut Bang Ridwan Saidi bahwa semua rebana sejarahnya sama, tapi yang tua adalah "kat tar n kat dur". Semua berasal dari Babylon. Selanjutnya mengenai Gedig-dug atawa cara memukul. Sekarang seni Betawi fokus pada Beksi dan Gedig-dug pada Ubrug serta sudah dikenal. "Itu semua adalah cara memukul (gedig) dug sound bass" ungkapnya disela penjelasan (Bang Ridwan Saidi) melalui SMS perihal BEKSI & GEDIGDUG kepada saya (Ahmad Mathar Kamal) pada 12 Desember 2017 dirumahnya dibilangan Bintaro.
Dalam bahasa Betawi bahwa rebana artinya "tar", dari "kat-tar" dan yang biang "kat-dur". Sementara Gedig-dug berfungsi sebagai bass. Kemudian muncul ketimpring adalah kombinasi suara "tar n cymbal" berasal dari "egypt". "Cymbal tersebut berbentuk piring tembaga segede tatakan teh," jelasnya. Dulu gambang pakai cymbal. Pada mulanya semua itu untuk keperluan ritual. Kelompok percusi ini, kecuali cymbal adalah bermula pada abad ke VIII Masehi. Kelompok gendang muncul pada abad ke XIII Masehi pngaruh Indochina. "Tifa lebih tua dari kelompok rebana," imbuhnya. (Sumber : Wawancara melalui SMS Bang Ridwan Saidi pada 12 Desember'17 kepada Ahmad Mathar Kamal, dibilangan Bintaro) NB : “Saya apresiasi banget tuk bang Abdul Azis,” ujar Ahmad Mathar Kamal.
LATAR BELAKANG
Sejarah Singkat
"konon" menurut pengkhabaran orang tua dulu bahwa rebana gedigdug enih adalah "bapak moyangnya" rebana yang berkembang sekarang enih di Betawi. Salah satu tokohnya adalah alm Hadji Godjali Petukangan. Perlu juga kita ketahui bersama bahwa alm Hadji Godjali juga "tokoh sentral" silat beksi yang wafat tahun 1963 dan sayang sungguh disayang terus dilupakan. Beliau "guru besar" silat beksi yang punya murid para pesilat tangguh dan kesohor seperti H. Hasbullah, Kong Noer, Kong Simin, Mandor Minggu, dan lainnya. Maaf beribu maaf entuh khazanah seni budaya orang pesanggrahan yang kesohor pada jamannya. Namun hingga kini terus saja "tergerus jaman" dan pada akhirnya tenggelam. Putra alm Hadji Godjali adalah Mat Roobin pemaen suling "lihai" dalam Grup Gambus Al Wathon pimpinan Hasan Alaydrus Tj Priok yang terkenal pada jaman sebelon merdeka. Beliau mati muda pada tahun 1962, kacak setaun sebelon ayahnya wafat.
Rebana Gedigdug
Rebana Gedigdug atawa yang biasa disebut "rebana berantem" oleh masyarakat sekitar kali pesanggrahan (Petukangan), pernah berkembang sebelum ramai layar tancap dan lenong pada jaman sebelum Indonesia Merdeka (jaman penjajahan). Tokoh yang mengembangkan adalah para petani untuk menghibur diri ketika datangnya masa panen. Seperti halnya, H. Godjalih salah satu tokoh yang mengembangkan Rebana Gedigdug bersama 4 murid sekaligus sahabatnya (H. Hasbullah, Kong Simin, Mandor Minggu, Kong Noer) mulain dari Kampung Petukangan, Pondok Pinang, Bintaro, Kebayoran, Pondok Aren, Pinang, Dadap Tanggerang, ampe Cabangbungin Bekasi dan Karawang (Jabodetabek). Saban memasuki masa panen, beliau mengumpulkan para murid dan handai taulannya untuk bermain rebana gedigdug sebagai ungkapan rasa syukur kepada yang maha kuasa. Rebana Gedigdug pada akhirnya menjadi media pertunjukan yang menjadi hiburan masyarakat sekitar. Bahkan banyak masyarakat menjadikan rebana gedigdug sebagai hiburan dan dakwah dalam pesta perkawinan maupun khitanan, sebelon maraknya lenong maupun layar tancep di abad 19 an. Rebana Gedigdug pun menjadi salah satu khazanah tradisi lisan masyarakat Betawi yang di dalam pertunjukannya berisi pantun dan silat diiringi dengan alunan rebana. Namun demikian, sangat disayangkan hingga kini Rebana Gedigdug belon tercatat menjadi khazanah seni tradisi lisan betawi. Mudah-mudahan ke depan Rebana Gedigdug dapat dikenal oleh publik. Amin
PERTUNJUKAN REBANA GEDIGDUG
Struktur Pertunjukan Rebana Gedigdug (pakem/pengembangan)
Pantun jago :
“Berapa banyak daun senggugu, sisik melik indah menawan – Berapa banyak lu punya lagu, mati mendelik masing gua lawan”
Plot Adegan Pertunjukan Rebana Gedigdug (pakem/pengembangan)
Sholawat "Ya Rasulullah Salammun'alaika" diiringi tabuhan rebana.
Sang juru pantun : Dungsango
Pemain rebana & silat : Dadung nyangserang, kebo melongo.
Pantun jago A :
“Di atas gonggo di bawah gonggo, gonggo kanyut di banjir kanal - Gua jago bukan sembarang jago, gua jago udah terkenal”
Pantun jago B :
“Berapa banyak gonggo di banjir kanal, lebih banyak di kali krukut - Kalu eluh jago udah terkenal, guah kaga bakalan takut”
Sang juru pantun : “Utak utik utak uger”
Pemain rebana & Silat : “Ayam pitik maen di pager”
Pantun jago A :
“Golok gua asli cibatu, di bikin bulan mulud tanggal atu - Di depan guah eluh jangan grata-grutu, entar guah pukul gigi eluh ompong atu,”
Pantun jago B :
“Golok guah asli ciomas, sepotong perak sepotong emas - Eluh jangan bikin ati guah panas, entar guah cacak jadi rujak nanas”
Sholawat "Ya Nabi" diselingi silat massal dan sang juru pantun menutup pertunjukan. (demikianlah sekelumit struktur pertunjukan rebana gedigdug).
SEMOGA BERMANFAAT. AMIN
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.