×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Sumedang

Reak Dogdog

Tanggal 16 Mar 2020 oleh Tiffany anastasia . Revisi 3 oleh Tiffany anastasia pada 16 Mar 2020.

REAK DOGDOG

Asal usul Reak berasal kata dari “reok”/”reog” yang memiliki arti : membuat kebisingan atau arti lain menyebutnya gaduh. Seni Reog ini dipercaya muncul sejak zaman Majapahit, lalu masuk ke daerah Jawa Barat di zaman Islam, di masa pemerintahan Kesultanan Cirebon kala itu. Pada tahun 1952, seorang pedagang dari Sumedang yang bernama Abah Nurfa'i, dengan beberapa kawannya menyertakan Reak ini di acara “Ngaronggeng”, yang merupakan sebuah ritual pesta untuk perayaan panen padi, yang dilakukan disekitar Pusat Pemerintahan Distrik Ujungberung Tempo Doeloe (Komplek Neglasari Sekarang). Pada tahun 1962, Aki Rahma dan Abah Juarta yang berasal dari Cinunuk, mengubah fungsi seni Reak tersebut dijadikan seni pertunjukkan untuk mengarak anak yang ber-khitan. Mereka menghilangkan warditha angklung sehingga suara yang lebih dominan bermuara dari waditra dogdog. Karenanya, seni ini kemudian pada akhirnya diberi nama seni “Reak Dogdog”. Reak dogdog sendiri ialah sebuah seni helaran atau petunjukan yang atraktif, yang dilakukan dengan cara berjalan beriringan menggunakan rute yang telah terorganisi (biasanya tidak jauh dari rumah yang ber- hajat (khitanan). Atraksi ini berupa iring-iringan yang diistilahkan sebagai dogju (dogdog maju) kemudian mengalami penambahan variasi iringan yang diistilahkan dengan atraksi dogcing (dogdog cicing). Kedua istilah ini muncul seiring dengan berjalannya waktu, keduanya tetap sama namun dibedakan oleh pergerakannya saja.

Sedangkan versi lain mengatakan, konon, kesenian ini sudah lahir sekitar abad ke-12. Yang mana kala itu, Prabu Kiansantang (putra Prabu Siliwangi) menginginkan supaya penduduk pulau Jawa, terkhusus Jawa Barat menganut kepercayaan dan agama yang sama, yakni agama Islam. Yang sudah jelas bahwasannya dalam agama Islam terdapat sebuah kewajiban yang mengharuskan seorang anak laki-laki mesti dikhitan (sunat). Khitanan memiliki arti sebagai memotong bagian ujung penis, yang dalam pelaksanaanya sering membuat anak menjadi ketakutan dan menangis. Karenanya, para sesepuh asal Sumedang menciptakan suatu kesenian dan pertunjukan yang dimaksudkan agar anak yang disunat terhibur dan berhenti menangis, sehingga mengurangi rasa takutnya. Sekitar tahun 50-an kesenian Real Dogdog dibawa oleh para pedagang Sumedang ke daerah Cianjur. Karena itu, seniman reak di daerah Cianjur saat ini sebagian besar merupakan keturunan orang Sumedang.

​Seni Reak ini pada awalnya merupakan sebuah kesenian yang memiliki fungsi untuk mengiringi arak-arakan untuk para petani saat panen tiba, yakni ketika petani mengangkat hasil panennya menuju ke lumbung padi (leuit), di perjalanan sepanjang jalan mulai dari sawah sampai ke leuit, para petani diiringi oleh kesenian reak ini. Tujuan awalnya ialah untuk turut meramaikan musim panen petani. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, karena tumbuh respon baik dari masyarakat, dan saking positif-nya respon mereka terhadap kesenian ini, lalu mulai bermunculan masyarakat yang meminta agar kesenian reak ini dilakukan untuk mengiringi atau pengarak anak-anak yang dikhitan. Posisi anak yang dikhitan duduk diatas tempat duduk yang telah disediakan (bisanya bisa berbentuk: singa, rajawali, atau semacamnya) yang nantinya akan diangkat oleh beberapa orang, saraya di arak mengelilingi kampung (daerah rumah tinggalnya) tak lupa didampingi dengan iringan musik reak yang khas. Salah satu ialah iringan yang merupakan khas dari kesenian ini ialah waditra dog dog, maka dari itu kesenian reak ini pada akhirnya sering disebut dengan kesenian dog dog atau reak dog dog.

​Secara umum bentuk pertunjukan seni reak dogdog ialah dalam bentuk helaran. Akan tetapi di dalam bahasa masyarakat daerah Cinunuk, kesenian ini lebih dikenal dengan istilah arak-arakan atau iring-iringan. Kesenian ini dipertunjukkan dengan cara di arak-arakan atau pun mengelilingi kampung sebagai alat untuk menarik dan perhatian masyarakat yang lalu lalang. Terkait bentuk pertunjukannya, terdapat dua bentuk, yakni: dogju (dogdog maju) dan dogcing (dogdog cicing). Dalam Dog-dog maju pertunjukan dilakukan dengan cara berkeliling kampung, mengintai jalanan sekitaran rumah anak yang di khitan. Sedangkan Dog-dog Cicing pertunjukannya dilakukan dengan cara hanya berdiam disekitar halaman yang ber- hajat. Adapun penggabungan antara kedua bentuk pertunjukannya ini, ialah setelah dilakukan arak-arakan keliling kampung barulah para pemain reak Dog-dog ini berdiam ditempat untuk melanjutkan pertunjukannya (biasanya dilanjutkan dengan bangbarongan, sekaligus pertunjukan kesurupan).

Berbagai peralatan yang terdapat dan digunakan dalam kesenian tradisional reak dogdoh ini ialah: dogdog yang terbuat dari kayu dan kulit, angklung yang terbuat dari bambu, kendang yang terbuat dari kayu dan kulit, goong yang terbuat dari perunggu, terompet yang terbuat dari kayu dan tempurung, topeng yang terbuat dari karton (kertas) dan kulit, dan kecrek yang terbuat dari besi. Alatat musik yang digunakan dalam proses pertunjukan seni reak dogdog di antaranya vokal/sinden, tarompet penca, kendang penca, kecrek, kempul/goong, tilingtit, tong, brung, badubamplak, dan bedug.

​​Dalam kesenian reak dogdog ini, biasanya melibatkan banyak anggota dengan berbagai macam fungsinya yang tentu berbeda-beda juga. Masing-masing personil memiliki tugas sebagai berikut : pemegang kendang penca, pemegang tarompet, vokalis/sinden, pemegang goong/kempul, penari, pemegang kecrek, pemegang bangbarongan, pemegang sisingaan, pemegang sound (biasanya didorong oleh gerobak), dan pemegang dogdog. Tak jarang masyarakat yang hadir dan melihat reak dogodog ini juga ikut meramaikan, yang dilakukan dalam bentuk spontanitas.

DAFTAR PUSTAKA

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/reak-dogdog/

https://filosofisenibudaya.blogspot.com/2019/05/helaran-kesenian-reak-dogdog-cinunuk_8.html

DISKUSI


TERBARU


Makanan Khas Je...

Oleh Yaemmm | 10 May 2024.
Makanan daerah

Horog-Horog adalah makanan khas Jepara sebagai sumber karbohidrat dapat menjadi pengganti nasi. Bahan utamanya adlah tepung yang terbuat dari pohon a...

Tari Hudoq: Mer...

Oleh Firasalihaz | 03 May 2024.
Tarian Tradisional

Budaya Tari Hudoq dari Kalimantan Timur mempesona dengan keunikan dan kedalaman maknanya. Tarian ini berasal dari suku Dayak Basad, di mana penari la...

Candi Ijo - Sej...

Oleh Dewiarya | 02 May 2024.
Bangunan Bersejarah

Candi ijo terletak di kecamatan Prambanan Sleman DIY , kita harus melewati perbukitan Boko yang berbatu cadas, Candi Ijo merupakan situs seja...

Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...