Rawon merupakan makanan khas Indonesia yang berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Rawon dikenal dengan ciri khasnya yang memiliki warna daging dan kuah kehitaman. Bahkan, karena ciri khasnya tersebut, di luar negeri rawon disebut dengan Black Soup.
Warna kehitaman yang dihasilkan pada daging dan kuah tersebut berasal dari kluwek, atau dalam bahasa latin disebut dengan Pangium edule, yang merupakan biji dari buah picung yang lalu diproses menjadi bahan rempah untuk masakan. Kluwek tersebut dihaluskan bersama dengan beragam rempah yang direbus bersama potongan daging sapi berlemak dan daging urat yang bertekstur kenyal. Tidak hanya pada rawon, kluwek juga digunakan sebagai bumbu dari masakan Sop Konro hingga nasi goreng.
Daging yang digunakan pada rawon, umumnya menggunakan daging sapi yang dipotong kecil-kecil maupun disuwir. Selain itu, bumbu yang digunakan adalah bumbu yang berasal dari Indonesia. Dari berbagai sumber kajian yang didapatkan, diperoleh bahwa bahan rawon yang utama diantaranya ialah; daging sapi dan kaldu daging sapi, dengan bumbu khas berupa kluwek, kunyit, lengkuas, batang serai, daun jeruk purut, kemiri, ketumbar, merica, bawang merah, bawang putih, garam, dan gula. Rawon kemudian disajikan bersama nasi dan dilengkapi dengan tauge, sambal, telur asin, dan kerupuk udang. Di beberapa tempat, tempe dan empal juga ditambahkan sebagai pelengkap.
Kepopuleran dari makanan rawon ini, tentu tidak hanya terjadi pada masa ini saja. Dalam sebuah catatan sejarah, ditemukan bahwa rawon sudah ada dan dikonsumsi masyarakat sejak 1000 tahun yang lalu. Hal tersebut tercatat dalam Prasasti Taji pada 901 M atau abad ke-10, yang ditemukan di daerah Bukit di Ponorogo, Jawa Timur. Dalam prasasti itu, rawon disebut dengan ‘rarrawan’ (sayur rawon) yang kemudian menjadi cikal bakal nama rawon. Karena dicatat pada sebuah prasasti, bisa disimpulkan bahwa sajian ini disantap oleh kalangan kerajaan yang mengeluarkan Prasasti Taji itu. Jika menarik garis lebih panjang ke belakang, maka bisa diperkirakan bahwa rawon yang berasal dari kata 'rarrawan' tersebut, sudah hadir sejak masa Kerajaan Kanjuruhan yang berdiri pada tahun 860 Masehi.
Pada saat ini, eksistensi rawon masih digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Baik dari anak-anak, remaja, orang tua, hingga lanjut usia. Selain karena rasanya yang khas, nilai historis yang melekat, dan nilai rasa yang membawa kenangan bagi orang yang menyantapnya, harga dari sepiring rawon juga tergolong murah. Di beberapa tempat, harga sepiring rawon berkisar antara Rp15.000 hingga Rp30.000 saja.
Referensi:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja