Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang berada di kepulauan Jawa beriringan dengan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Masing-masing wilayah memiliki ciri khas tersendiri yang membuat wilayah satu dan lainnya terlihat berbeda. Perbedaan ini terletak pada budaya, bahasa, tradisi, maupun adat istiadat yang dijunjung oleh masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut. Adanya perbedaan terhadap kebiasaan yang dianut disebabkan karena topografi atau bentuk permukaan wilayah yang berlainan dan tradisi yang dibawa oleh nenek moyang masih dipertahankan secara turun temurun.
Kuningan merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah posisi ke-empat terkecil. Kisaran luasnya yaitu 1.110,56 km², terkecil setelah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, serta Kabupaten Pangandaran. Namun dengan luas wilayah demikian, potensi alam yang dimiliki serta pengelolaan oleh sumber daya manusia yang tergolong tertata, memberikan dampak besar bagi bertambahnya pendapatan devisa kabupaten Kuningan. Hal ini dibuktikan dengan merebaknya sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan dengan memanfaatkan lahan yang dikolaborasikan dengan restoran, taman bermain, kolam renang, arena berfoto, dan lain sebagainya. Dilihat dari data Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kuningan, jumlah pengunjung yang berasal dari luar daerah maupun lokal angkanya meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2017, jumlah wisatawan mencapai 3.071.635, angkanya meningkat yang sebelumnya 3.066.376 pada tahun 2016. Total wisatawan yang dikalkulasikan terhitung dari penjualan tiket wisata, pengunjung rumah makan dan hotel. Selain dimanjakan dengan suasana alam pegunungan, terdapat kearifan lokal di Kuningan yang hingga saat ini masih terlestarikan dan mudah untuk ditemui, seperti upacara adat yang bernama “Paseban” dan makanan khas Kuningan. Salah satu makanan yang paling terkenal ialah tape ketan khas Kuningan atau nama lainnya adalah peuyeum. Biasanya para wisatawan tidak akan tertinggal berburu oleh-oleh peuyeum. Disepanjang jalan raya Kuningan dapat ditemui toko yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas Kuningan termasuk peuyeum. Peuyeum yang diproduksi berbeda dengan peuyeum Bandung. Bagi orang-orang yang pernah mencicipinya, peuyeum khas Kuningan memiliki rasa yang manis seperti madu, juga memiliki aroma harum yang khas.
Peuyeum berasal dari sebuah kecamatan di Kuningan bagian timur. Tepatnya di Desa Tari Kolot, Kecamatan Cibeureum. Produksi tape ketan khas Kuningan sebagian besar berasal dari desa Tari Kolot. Salah satu pengusaha sentra tape ketan terbesar di desa ini ialah Ibu Oyoh. Ia memulai usaha membuat peuyeum sejak tahun 1980. Dari tahun ketahun produksinya semakin bertambah. Pasalnya permintaan pasar meningkat seiring dengan popularitas peuyeum dan wisatawan Kuningan yang melambung.
Produksi peuyeum Ibu Oyoh dalam seharinya mencapai satu kwintal. Peuyeum tersebut dibungkus kecil berbentuk persegi lalu dimasukkan kedalam ember hitam dengan kapasitas 80-100 biji. Harga peuyeum yakni kisaran Rp.50.000,-/ember. Ada pula peuyeum yang dikemas menggunakan plastik mika berbentuk kotak atau kardus dengan cakupan peuyeum 10-20 biji. Omzet yang diraih mencapai 2,5 juta sampai 3 juta/hari. Peuyeum khas Kuningan merupakan makanan berbahan dasar beras ketan yang melalui proses fermentasi dengan taburan ragi. Pertama-tama, beras ketan yang sudah dicuci bersih direndam semalaman dalam 1lt air yang telah ditambahkan daun pandan. Setelah direndam, tiriskan beras ketan lalu kukus hingga objek terlihat meletup-letup. Sambil menunggu proses pengukusan, panaskan air sebanyak 400ml untuk disiramkan pada ketan yang sudah selesai tahap kukus. Setelah ketan tercampur dengan air, aduk hingga merata lalu kukus kembali ketan dengan durasi 30 menit. Tunggu ketan hingga dingin untuk dihaluskan. Tambahkan lengkuas dan sari daun katuk untuk memberikan warna hijau pada ketan. Langkah terakhir, taburkan sedikit ragi dan gula pada adonan yang akan dibungkus oleh daun jambu air. Tape ketan berada ditahap fermentasi selama 3 hari dengan catatan wadah yang selalu tertutup.
Yang menjadi ciri khas tape ketan Kuningan ialah beras ketan yang dipandankan dengan sari daun katuk yang menghasilkan ketan berwarna hijau. Selain itu, aroma harum peuyeum yang khas dihasilkan dari bungkusan ketan berupa daun jambu air. Inilah perbedaan signifikan tape ketan Kuningan dari tape-tape fermentasi lainnya yang terdapat di Indonesia. Tapenyapun dikemas dalam ember berwarna hitam. Ember berfungsi supaya bisa menampung air yang bisa dikonsumsi dari hasil tape fermentasi. Tetapi airnya tidak boleh dikonsumsi dalam takaran berlebih karena mengandung alkohol. Tape ketan selain rasanya enak untuk dikonsumsi, ternyata memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Menurut dr. Ida Gunawan, MS, SpGK., seorang pakar ahli gizi, tape ketan memiliki kandungan probiotik yang mana baik untuk sistem pencernaan karena mikroorganisme yang berada dalam probiotik. Disamping itu, probiotik dapat membantu melindungi saluran cerna (lumen) dari resiko penyakit kanker. Tape ketan memiliki kandungan fosfor yang terdapat dalam makanan fermentasi membantu untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Sumber:
(22, March 2018). Retrieved February 23, 2020, from Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat: https://jabar.bps.go.id/statictable/2015/03/12/10/luas-wilayah-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-barat-2016.html Berburu Tape Ketan Ember 0leh- oleh Khas Kuningan. (2018, April 10). Retrieved February 23, 2020, from Bisnis Bandung: http://bisnisbandung.com/2018/04/10/berburu-tape-ketan-ember-0leh-oleh-khas-kuningan/ Gumilar, D. (n.d.). Tape Ketan Khas Kuningan. Retrieved February 23, 2020, from https://tapeketanwadedenajib.wordpress.com/ Tape Ketan Khas Kuningan, Rasanya Semanis Madu. (2017, June 29). Retrieved February 23, 2020, from Kodes Jabar: https://www.kodesjabar.com/2017/06/tape-ketan-khas-kuningan-rasanya.html Vebri, H. (2013, January 2). Kontan.co.id. Retrieved February 23, 2020, from Sentra Tape Ketan Kuningan: Berdiri sejak 1970 (1): https://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-tape-ketan-kuningan-berdiri-sejak-1970-1 Konsumsi Tape Ketan Bisa Cegah Kanker, Ini Penjelasannya. (2018, March 9). Retrieved February 23, 2020, from Viva.co.id: https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1014808-konsumsi-tape-ketan-bisa-cegah-kanker-ini-penjelasannya
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.