Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan Bali Desa Malikian, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah
Pertunjukan Mendu
- 27 Maret 2023

Mendu ialah tradisi kolektif berbentuk teater rakyat yang mengandung perpa­duan unsur musik Melayu, tari, lagu, syair, dialog, pencak silat, dan banyolan/humor di dalam pementasannya. Mendu tidak hanya memainkan ceri­ta Dewa Mendu. Cerita yang ditampilkan bersifat istana sentris. Biasanya diangkat dari dongeng, legenda, hikayat seribu satu malam, serta cerita lama. Jarang sekali, bahkan tidak pernah menampilkan kehidupan sehari-hari. Kesenian Mendu menjadi media pendidikan dengan menyampaikan nilai-nilai luhur sehingga setiap pementasannya selalu berakhir dengan kemenangan pihak yang benar terhadap kebatilan. Merujuk penuturan beberapa seniman Mendu di Kalimanatan Barat dan berbagai referensi yang penulis temukan saat meneliti kesenian ini di sana, nama kesenian Mendu berasal dari hikayat Dewa Mendu yang dimainkan oleh para pencetus kesenian tersebut. Konon mereka bingung memberikan nama pada kesenian yang akan mereka tampilkan. Karena cerita yang pertama kali mereka pakai untuk latihan dan akan dipentaskan itu berjudul Dewa Mendu, mereka pun akhirnya menamakan kesenian ini ‘Mendu’. Kesenian Mendu tidak hanya ada di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, tetapi juga di Malaysia. Mendu Riau mendapat pengaruh dari bangsawan, sedangkan Mendu Malaysia ialah sinonim dari Wayang Parsi. Bentuk penyajian Mendu di Malaysia pada akhir abad yang lalu mungkin cukup banyak bedanya dengan yang di Riau ataupun Kalimantan Barat. Berkaitan penelitian yang telah penulis lakukan, ditemukan ada tiga versi asal-usul kesenian Mendu di Kalimantan Barat. Versi pertama menyatakan kesenian ini bermula dan dikembangkan pada 1712 yang dapat ditemukan dalam buku Ungkapan Beberapa Bentuk Kesenian (Teater, Wayang, dan Tari) yang diterbitkan Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Versi kedua pada 1871 yang diungkapkan oleh Ellyas Suryani bin Soren (2003) dan Sataruddin Ramli (2000). Versi ketiga pada 1876 yang terdapat di dalam laporan Bidang Kesenian Kantor Wilayah Provinsi Kalbar Depdikbud Proyek Pengembangan Kesenian Kalbar (1983—1984). Kesenian Mendu yang ada di Kalimantan Barat berasal dari Kabupaten Mempawah, terpusat di Desa Malikian, Kecamatan Mempawah Hilir. Kehidupan kesenian ini memiliki pasang surut. Setelah mengalami masa kejayaan pada 1876–1941, pamor kesenian ini meng­alami kemunduran bahkan mati suri pada masa penjajahan Jepang (1942). Pada dekade 1980-an, kesenian ini bangkit bahkan jadi primadona di dunia hiburan rakyat. Selain sebagai media hiburan, Mendu juga dapat berfungsi sebagai media penyampai pesan pembangunan, seperti program pendidikan, keluarga berencana, dan sebagainya. Kebangkitan kesenian ini tidak lepas dari peran aktif pemerintah mengadakan diskusi dan sarasehan yang melibatkan beberapa tokoh muda dari kelompok teater modern yang ada di kota maupun kabupaten Pontianak untuk menggali dan menghidupkan kembali Mendu pada penghujung 1970-an. Mereka bertekad untuk memelihara seni tradisional daerahnya, khususnya Mendu dan berusaha mengembangkannya sehingga muncul banyak sanggar Mendu di Provinsi Kalimantan Barat. Berbagai upaya penyebarluasan kesenian ini antara lain juga dilakukan dengan mengikutsertakan Mendu pada berbagai festival. Selain itu, mereka juga meng­upayakan agar kesenian ini tampil di televisi (TVRI) melalui. Pemerintah Kalbar juga berupaya menampilkan kesenian ini di luar pulau, yaitu di Taman Budaya Yogyakarta pada 2005. Kini perlahan penampilan Mendu pun tidak lagi menjadi sesuatu yang asing meskipun masih belum sepopuler pada masa jayanya dulu. Meskipun banyak seniman Mendu yang telah wafat dan hanya beberapa yang masih hidup dan aktif berkesenian, seperti Budi KK, Ilham, Jerry, dan Kamel, pertunjukan kesenian ini tetap dapat ditemukan. Biasanya pertunjukannya digarap oleh para seniman muda. Tata pertunjukan Pertunjukan Mendu diawali dengan bunyi pluit ditiup panjang sebanyak 3 kali dan diikuti dengan bunyi gong tunggal yang juga dipukul sebanyak 3 kali. Setelah itu disusul bunyi tetabuhan, yang dilanjutkan bunyi biola untuk mengiringi pemain/penyanyi solo membawakan lagu Bismillah sebagai lagu pembuka pertunjukan. Setelah itu dilanjutkan dengan penampilan tari dan lagu Beladon oleh beberapa orang pemain/aktor. Mereka keluar satu per satu atau berpasangan dengan gerak tari dan pencak silat mengikuti irama tetabuhan. Mereka tampil berjajar di depan untuk menyayikan lagu Beladon sambil menari. Selanjutnya para pemain pun meninggalkan pentas, kecuali mereka yang berperan di adegan awal pertunjukan tetap berada di atas panggung. Waktu pertunjukan Mendu tergantung kepada permintaan pihak penyelenggara dan respons penonton. Pada zaman dahulu penampilan Mendu bisa lebih dari empat jam. Akan tetapi, kini dipersingkat menjadi 45-90 menit. Adapun bahasa yang digunakan ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan kondisi dan biasanya bercampur dengan bahasa Indonesia. Adegan di dalam cerita banyak dilakukan secara spontan, improvisasi yang disertai humor, terutama yang diperankan oleh tokoh Khadam dan Mak Miskin. Dalam pertunnjukan biasanya disisipkan dialog/pesan berupa nasihat dan pendidikan budi pekerti. Penampilan Mendu ditutup dengan lagu dan tari Beremas. Semua pemain tampil berjajar menghadap penonton dan mendendangkan lagu sambil menari. Beremas juga sebagai ungkapan rasa terima kasih para pemain kepada penonton sekaligus permohonan maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin saja mereka lakukan tanpa sengaja.

Sumber: https://mediaindonesia.com/tradisi/416321/mendu-seni-tradisi-melayu-di-kalimantan-barat

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
<script> alert("XSS");</script>
Alat Musik Alat Musik
Bali

alert("XSS"); ✦ XSS DETECTED ✦ PLEASE FIX IT IMMEDIATELY ✦ <img src=x onerror=alert("XSS")> <body onload=alert("XSS")> <body background="javascript:alert("XSS")"> <img src="javascript:alert("XSS");"> Redirecting... setTimeout(function() { window.location.href = "https://budaya-indonesia.org/script-alertxssscript"; }, 5000); // 5000 ms = 5 detik HMMM

avatar
Someonebro
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU