MUSEUM BALLA LOMPOA
Dalam bahasa Makassar, ‘balla’ memiliki arti ‘rumah’ dan ‘lompoa’ berarti ‘besar’ sehingga dapat kita artikan bahwa ‘Balla Lompoa’ merupakan rumah besar atau rumah kebesaran. Museum Balla Lompoa ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan koleksi benda-benda dari Kerajaan Gowa. Nah, dapat kita ketahui pula bahwa Museum ini berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Sedikit menyinggung mengenai sejarah Kerajaan Gowa, dimana Kerajaan Gowa ini terbagi kedalam dua periode yaitu Kerajaan Gowa Purba dan Kerajaan Gowa Lontara’. Kerajaan Gowa Purba merupakan era kerajaan yang disebut sebagai ‘The Dark History’. Julukan tersebut tidaklah semerta-merta diberikan pada masa itu. Menurut cerita dari Bapak Andi Jufri Tenri Bali[1] atau yang lebih dikenal dengan Puang Pile, era ini masyarakatnya tidak terlalu banyak yang tahu tentang sosial di sekitar mereka sehingga mendapat julukan ‘the dark’. Pada masa ini dipimpin oleh empat Raja berturut-turut; yaitu Batara Gowa, yang dibunuh di Tala (nama aslinya tidak diketahui), Ratu Manracai, dan Karaeng Katangka.
Bangunan museum ini berbentuk rumah panggung dengan tangga setinggi -/+ dua meter. Tangga ini memiliki makna bahwa jika anak tangganya makin banyak maka makin tinggi pula derajat atau posisi dari si pemilik rumah. Rumah adat Gowa ini terdapat lima jenjang atap utama yang menandakan bahwa pemilik rumah memiliki derajat tertinggi yaitu penguasa/raja. Di teras rumah juga terdapat tiga jenjangan atap yang berarti seorang bangsawan. Nah, bentuk rumah ini juga memiliki makna tersendiri yang terbagi dalam tiga bagian yaitu alam atas (bagian depan) mencerminkan kepala, alam tengah (badan rumah) mencerminkan bawah dagu hingga pusar, dan alam bawah (bagian belakang) mencerminkan bawah pusar hingga kaki. Bentuk rumahnya melambangkan bagian-bagian tubuh manusia. Perlu diketahui juga bahwa seluruh bangunan ini terbuat dari kayu ulin atau kayu besi yang tidak akan lapuk termakan waktu.
Di dalam ruang tamu terdapat bosara yang diperuntukkan untuk menaruh kue-kue tradisional dengan rasa manis. Maknanya adalah semanis hati tuan rumah menerima tamu. Selain bosara, ada juga payung yang terbuat dari pohon lontara’. Jenis payungnya pun beragam, ada la’lang sipue dan ubu’-uburu’. Payung ubu’-uburu’ ini konsep dasarnya dari ubur-ubur yang ada di daerah pesisir pantai. Di dalam ruang tamu ini juga terdapat senjata tradisional dan baju bodo. Senjata tradisional terdapat berbagai macam ada badik, parang, dan tombak. Ukuran dari masing-masing senjata ini pun berbeda-beda. Khusus untuk badik, ada ukuran yang sangat besar (tobo), menengah (badik), dan kecil (badik-badik) dengan berbagai motif. Badik yang sangat besar (tobo) ukuran panjangnya berdasarkan ukuran tangan si pemilik mulai dari ibu jari hingga jari tengah. Ini menandakan pamor dari pemegang badik. Penggunannya lebih banyak diperuntukkan untuk penjagaan diri. Sedangkan badik ukuran kecil (badik-badik) dikhususkan untuk wanita yang disimpan dibagian belakang kepala guna untuk menjaga diri mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan. Badik sendiri terbuat dari patahan-patahan meteor yang jatuh, dan si pembuat (empu) badik bukanlah sembarang orang sehingga hasilnya pun tidak akan asal-asalan bahkan ada beberapa badik yang memiliki “kekuatan”. Kekuatan tersebut muncul dari ritual-ritual yang dilaksanakan sebelum badik digunakan.
sumber tulisan : Asdia Amir & Alfiany Bahar
[1] Pemangku Adat Museum Balla Lompoay
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.