×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual

Provinsi

Bangka Belitung

Asal Daerah

Kab Belitung

Muang Jong, tradisi buang sial

Tanggal 30 Apr 2020 oleh Widra .

Muang Jong adalah upacara tradisi buang sial dari suku Ameng Sewang atau disebut juga Orang Sawang yang berarti orang laut disebut juga dengan Orang “Sekak”. Sebutan “Sekak” muncul terutama pada masa penjajahan Belanda. Sekak artinya kelompok orang yang sulit berinteraksi dengan kelompok suku bangsa lain. Sebutan itu, sayangnya merugikan bagi orang Sawang sendiri pada masa itu karena dianggap sebagai orang yang kolot, tidak mau bergaul, menyendiri, bahkan dianggap primitive. Apalagi hal itu didukung dengan adat budaya masyarakat setempat yang masih menjalankan tradisi animisme dinamismenya.

Pelaksanaan Muang Jong Muang Jong sendiri disebut sebagai upacara buang jung oleh orang Sawang. Upacara ini diadakan setiap tahun sebagai upaya rasa syukur masyarakat Sawang terhadap berkah dari Tuhan yang diberikanNya lewat laut. Buang Jung atau juga disebut dengan “buang patong” ini merupakan tradisi masyarakat Sawang yang sangat sakral sama dengan tradisi larung laut di Yogyakarta.

Tradisi Muang Jong dilakukan untuk mencapai keselamatan manusia terutama masyarakat suku laut, Orang Sawang ini. Upacara dan makna upacara ini menyatu dengan masyarakat setempat, sehingga tanpa upacara ini, masyarakat Sewang merasa tidak lengkap. Tradisi Muang Jong dilaksanakan secara rutin pada musim tanggare pute atau pada musim pancaroba.

upacara Muang jong dilaksanakan 3 hari 3 malam berturut-turut. Ucapata ini akan dipimpin oleh seorang dukun. Pelaksanaannya kemudian diikuti oleh semua orang Sawang dari berbagai wilayah di sekitar Pulau Belitung. Upacara Muang Jong akan diawali dengan tradisi mengambil kayu di hutan oleh masyarakat Sewang. Sementara itu, sang dukun mulai mengadakan penyelidikan di hutan untuk menentukan kayu yang dapat diambil. Ketika dukun sudah memastikan area hutan mana yang dapat diambil kayunya, masyarakat kemudian berduyun-duyun memasuki hutan keesokan harinya diiringi oleh sang dukun[1].

Sesampainya di dalam hutan yang dituju, dukun akan mengadakan komunikasi secara gaib dengan makhluk halus penghuni hutan. Dukun akan memberikan sinyal kepada warga ketika sudah diperbolehkan untuk menebang pohon. Penebangan pohon juga didampingi oleh sang dukun sampai kayu dipotong-potong. Warga akan mengambil kayu yang diperlukan untuk memulai tradisi larung laut yang dinamakan Muang Jong ini. jenis pohon atau kayu yang dipilih untuk acara ini ialah sejenis kayu yang dapat mengapung di laut[1].

Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit oleh warga menjadi bentuk perahu. Menurut syarat, proses ini harus selesai dalam waktu 3 hari. Kapal ini disebut dengan Jong. Sementara itu, bersamaan dengan pembuatan jong, dibuatlah pul ancak yang berbentuk rumah-rumehan, kerangka ini kemudian akan dilarung bersama dengan jong ke laut. Rangka rumah ini akan disatukan dengan jong, setelah selesai, dukun akan mengadakan upacara yang disebut dengan bedekar.

Pada malam upacara bedekar, ancak dibawa menari-nari oleh para pembantu dukun sambil menyanyikan lagu bedekar. Sementara itu, dilakukan pula acara naik tiang jitun, dimaksudkan sebagai tiang perahu. Selama acara naik tiang jitun dilakukan, iringan nyanyian dan alat music dengan gendang dan gong terus berlangsung. Setelah tiang dipasang, seseorang sebagai pemeran utama yang menaikkan ancak akan menari mengikuti irama gendang sambil memasangkannya[1].

Pada waktu penari utama sudah sampai di puncak tiang, muncullah penari-penari lainnya. Penari terdiri atas pria dan wanita yang akan mengelilingi pangkal tiang jitun yang tingginya 5 meter. penari melakukan gerakan seolah-olah sedang melambai ke arah kapal sedang memanggil orang lain. Hal itu berlangsung kurang lebih 15 menit sampai 30 menit

koleksi foto: tribun news
koleksi foto: gpswisataindonesia.info

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...