Batik menjadi salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah ada sejak zaman Majapahit dan sangat populer pada awal abad 19. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa batik berasal dari daratan Cina. Sementara teknik yang digunakan dalam pembuatan batik diduga berasal dari India. Kesenian batik adalah kesenian gambar diatas kain untuk dijadikan sebagai pakaian dan menjadi salah satu budaya bagi raja-raja di Indonesia. Salah satu jenis batik yang ada adalah motif batik parang.
Batik parang menjadi salah satu motif batik paling tua di Indonesia. Batik ini termasuk kedalam jenis batik tulis. Batik parang sudah mulai ada sejak zaman Keraton Mataram Kartasura. Pada mulanya, jenis batik ini hanya boleh digunakan untuk para raja dan keturunannya. Namun seiring berjalanannya waktu, jenis batik ini mulai boleh digunakan oleh masyarakat di sekitar lingkungan keraton hingga setelahnya mulai disebarkan kepada masyarakat biasa. Batik parang mulai berkembang dari daerah Solo dan Yogyakarta, tetapi hingga saat ini sudah tersebar hingga keseluruh wilayah di pulau Jawa.
Dari segi filosofi, batik parang mencoba untuk menyampaikan pesan secara mendalam. Parang memiliki arti yaitu tebing atau lereng, sehingga batik jenis ini memiliki motif miring yang berbentuk diagonal. Motif batik parang yang menyerupai huruf “S” tanpa terputus-putus dapat dimaknai untuk jangan pernah menyerah dalam menghadapi lika-liku kehidupan meskipun banyak tantangan yang harus dilalui. Sebagai manusia kita harus terus berjuang untuk selalu memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Proses pembuatan batik parang sama seperti pembuatan batik pada umumnya. Pertama, menggambar motif atau pola batik di secarik kertas (nyungging). Motif yang dibentuk menyerupai huruf “S” yang tanpa terputus dan saling berkesinambungan. Tahap kedua adalah memindahkan pola ke kain (jiplak). Ketiga, menempelkan lilin malam di kain menggunakan canting (nylowong). Keempat, mengisi motif di kain sesuai gambar di tahap pertama (ngiseni). Tahap kelima adalah mewarnai bagian gambar motif yang terlihat (nyolet). Keenam, menutup bagian yang dicolet dengan lilin malam (mopok) diiringi proses nembok atau menutup dasar kain yang diwarnai. Ketujuh mewarnai kain secara menyeluruh (ngelir). Tahap kedelapan adalah meluruhkan warna lilin malam ke air mendidih (nglorod). Kesembilan, memberi titik di garis ornamen utama dengan canting (ngrentesi). Kesepuluh, menutup kembali beberapa bagian dengan lilin malam (nyumri). Tahap kesebelas adalah mencelupkan kain dengan warna sogan/coklat sebagai ciri khas batik Solo dan Yogyakarta (nyoja). Tahap terakhir adalah meluruhkan lilin malam dengan air mendidih (nglorod).
Referensi
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja