Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Ritual dan Permainan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta Alun-Alun Kidul Jogjakarta
Masangin
- 5 Maret 2021

Masangin adalah singkatan dari masuk (diantara) dua beringin. Masangin merupakan permainan tradisional yang legendaris dan sarat dengan mitos yang berkembang secara turun temurun dalam masyarakat tradisional Kota Yogyakarta. Konon, jika terdapat seseorang yang berhasil melewati beringin kembar bernama Supit Urang yang terdapat di tengah Alun-Alun Kidul dengan menutup mata, berarti orang itu memiliki hati yang bersih dan apabila dia berdoa dalam Masanginnya, akan dipermudah dalam meraih cita-citanya. Secara logis, pelaku budaya Masangin yang menutup matanya diasumsikan tidak tahu atas apa yang dikehendaki oleh TuhanNya. Oleh karena itu, manusia hanya bisa berusaha melalui segala cobaan hidup yang digambarkan kesulitan mencapai celah diantara dua pohon tersebut. Dalam hal ini, orang yang memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri cenderung tidak mudah terpengaruh oleh berbagai hambatan, termasuk gelap dan keragu-raguan. Dalam kehidupan nyata, mereka adalah orang yang mampu mewujudkan cita-cita dan harapannya.

Cara bermain permainan ini cukup sederhana, pengunjung Alun-Alun Kidul Yogyakarta berdiri dalam posisi berdiri tegak lurus, sekitar 25 meter sebelah utara dari pohon beringin kembar, atau di dekat Gedung Sasana Hinggil. Lalu pengunjung berjalan lurus melintasi dua pohon beringin yang terletak di tengah alun-alun pada posisi lurus ke depan (ke selatan) dengan mata yang terpejam atau ditutup dengan sehelai kain.

Masangin memiliki beberapa unsur kebudayaan didalamnya, sebagai berikut. Unsur Simbolis

  • Pohon beringin menggambarkan kesatuan dan harmoni antara manusia dan jagatnya.
  • Pagarsegi empat waringin kurung melambangkan kematangan manusia dengan memperoleh kebijaknaan.
  • Pohon gayam melambangkan manusia mengawali kedewasaan dengan telah berani mengutarakan isi hatinya dalam ketenangan.
  • Pohon Mangga dan Soka yang bunga merupakan perlambangan menyatunya benih laki-laki dan perempuan.
  • Pohon Kepel menggambarkan bersatunya rasa atau cita-cita. Unsur Religi Karena adanya pengaruh animisme atau pra-animisme, pohon beringin kembar dipercaya memiliki tolak balak bagi musuh yang ingin menyerang keraton.

Awalnya ritual Masangin dilakukan oleh masyarakat Keraton Yogyakarta. Ritual ini dilakukan setelah ritual Mubeng Beteng yang merupakan ritual penyambutan tahun baru dalam kalender jawa pada malam tanggal 1 Suro. Di dalam rangkaian ritual Mubeng Beteng ada yang disebut dengan ritual Topo Bisu. Ritual Topo Bisu dimulai dengan berjalan dari halaman Keraton kemudian melalui dua pohon beringin kembar. Tujuan dari ritual ini adalah untuk mencari berkah dan perlindungan.

Permainan ini bermula dari cerita mengenai puteri dari Sultan Hamengkubuwono I yang kecantikannya tersohor ke penjuru kota. Pada saat itu, ada seorang pemuda yang ingin melamar puteri dari Sultan Hamengkubuwono I ini namun Sang Puteri tidak begitu menyukai pemuda tersebut. Kemudian Sang Puteri memberikan syarat kepada pemuda yang melamarnya. Syaratnya adalah pemuda tersebut harus melewati celah di antara pohon beringin kembar di tengah alun – alun kidul dengan mata yang tertutup kain. Jika pemuda tersebut berhasil Sang Puteri berjanji akan menerima lamarannya. Namun sayangnya pemuda tersebut tidak berhasil memenuhi syarat tersebut dan kemudian gagal menikahi puteri dari Sultan Hamengkubuwono I tersebut. Setelah kejadian tersebut Sultan Hamengkubuwono I kemudian mengatakan bahwa pemuda yang bisa memenuhi syarat Sang Puteri dengan melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup itu hanyalah orang – orang yang hatinya bersih dan tulus. Banyak pemuda yang mencoba melamar namun tidak ada yang berhasil memenuhi syarat tersebut hingga akhirnya putera dari Prabu Siliwangi berhasil dan akhirnya menjadi suami Sang Puteri.

Selain itu, masih terdapat beberapa mitos lain tentang Masangin, yaitu

  • Kedua pohon beringin ini memiliki jimat yang dapat membuat pasukan Belanda tersesat saat akan menyerang.
  • Dijadikan sebagai tempat persembunyian pribumi dari pasukan Belanda. Tempat ini disebut sebagai “pertahanan gaib” dan digunakan untuk mengecoh pasukan lawan yang ingin menyerang keraton.
  • Jika prajurit kraton yang melewati dua pohon beringin itu maka mereka akan mendapat kekuatan dan memiliki penglihatan hati yang bersih sehingga akan terbebas dari bahaya.

Lalu, bagaimana persepsi masyarakat modern terhadap adanya budaya Masangin ini?

  • Musyrik, terdapat beberapa golongan yang mengatakan bahwa masangin musyrik karena menaruh kepercayaan pada suatu hal atau benda itu dilarang atau haram.
  • Sebagai hiburan warga setempat maupun turis.
  • Menjadi ikon atau identitas dari suatu kota atau daerah.
  • Sebagian besar masyarakat merasa bahwa budaya Masangin tetap harus dilestarikan dan dipertahankan karena termasuk salah satu budaya Indonesia juga.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline