Beberapa penari berjalan kesana kemari sembari menganyunkan tangan kanan dan kirinya secara bergantian. Tangan-tangan itu pula bergerak sesuai dengan langkah kaki mereka. Dengan busana berwarna cerah dan aksesoris pelengkap, mereka menari mengikuti iringan musik yang dimainkan dengan manisnya. Tari yang dibawakan ini merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Tangerang.
Tari Lenggang Cisadane namanya. Nama Cisadane diambil dari nama sungai terkenal yang membelah dan membentang di sepanjang kota, yang juga merupakan ikon daerah ini. Makna penamaan Cisadane menyiratkan arti sebagai orang yang menginjakkan kakinya di Tangerang dan meminum air sungainya akan merasa betah berada di daerah ini. Diharapkan pula, nama Cisadane bisa dijadikan sebagai ciri khas yang mewakili daerah Tangerang.
Kata Lenggang sendiri diartikan sebagai seseorang yang berjalan atau melangkah dengan cara berlenggang. Lenggang merupakan sebuah gerakan berjalan sembari menganyun-ngayunkan tangan kanan dan kiri secara bergantian sesuai dengan langkah kakinya. Kata ini juga diharapkan sang pencipta dapat menggambarkan keceriaan, kelincahan, dan kecantikan para gadis daerahnya tanpa mengabaikan motto Akhlaqul Kharimah yang dimiliki Kota Tangerang. Dibandingkan dengan budaya lainnya, tarian ini masihlah terbilang sangat baru. Disahkan pada tahun 2011 oleh Dinas Pemuda, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar), tari ini telah diciptakan sejak tahun 2008 menurut http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/. Penciptanya adalah salah satu seniman kota yang sehari-harinya berprofesi sebagai guru seni budaya bernama M. Yunus Ahmad Sanusi. Tari ini sengaja dibuat bukan hanya semata-mata karena tidak adanya tarian tradisional daerah Tangerang, tapi juga karena keprihatinan sang pencipta atas akan terkikisnya nilai-nilai budaya lokal di kalangan remaja. Tarian yang menitik beratkan sasarannya pada remaja ini, dibuat dengan sangat memperhatikan unsur etika dalam gerakan dan busana yang akan dikenakan penarinya, terutama goyangan pinggul.
Tarian ini sebenarnya dibuat dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan yang mendominasi dan berkembang di masyarakat Tangerang, yaitu budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina (Tionghoa), dan Arab (Melayu). Tarian yang tergolong dalam tarian kelompok ini dibawakan oleh penari perempuan dengan jumlah minimal 3 orang dan jumlah maksimal yang sebenarnya tidak dibatasi oleh penciptanya. Hanya saja setelah diresmikan menjadi budaya Kota Tangerang, Pemerintah Daerah meminta jumlah penari untuk disesuaikan dengan jumlah kecamatan yang ada di wilayah Kota Tangerang, yang berjumlah 13. Biasanya penari akan membawakan tarian ini dengan durasi minimal kurang lebih 6 menit.
Busana yang biasanya dikenakan oleh para penari biasanya berwarna hijau dan merah serta biru dan merah muda (pink). Warna-warna cerah ini digunakan untuk melambangkan kesan ceria pada penari. Sebenarnya, busana yang harus dikenakan penari belum ditentukan secara khusus atau dipakemkan oleh penciptanya, tetapi ada syarat dalam berpakaian yang harus dipenuhi, yaitu busana haruslah tertutup dan sopan. Pakaian yang biasa digunakan oleh penari adalah kebaya encim dengan rok atau sarung dengan motif bunga-bunga. Untuk pelengkapnya, aksesoris yang dapat dikenakan adalah hiasan kepala, tusuk konde ala Tionghoa, hiasan leher (kace), kain, apok (khas penari ronggeng Jawa Barat, yaitu semacam long torso yang dililitkan melingkari badan dari dada sampai pinggul, biasanya diberi hiasan berbagai manik-manik dan renda emas), selendang sebagai properti tari, dan ikat pinggang (pending) untuk menyangkutkan selendang. Pakaian dan aksesoris yang telah digunakan juga dilengkapi dengan tatanan rambut penari yang dikonde cepol.
Tari Lenggang Cisadane memiliki 10 gerakan inti di dalamnya, yaitu: 1) Sibat, 2) Landangan, 3) Keupat, 4) Selut, 5) Lungsar, 6) Cocor Bebek, 7) Keupat Linggek, 8) Lontang Canting, 9) Kewer II, dan 10) Sontang Lageday. Gerakan pada tarian ini sebenernya banyak mendapat pengaruh dari gerakan tari atau seni lainnya, seperti tari Cokek yang berkembang di Betawi, tari Topeng Betawi, tari Jaipong, tari Melayu, dan Pencak Silat. Meskipun mendapat pengaruh dari gerakan tari Cokek dan Jaipong, tarian ini tidak mengandung gerakan erotis dan telah menyesuaikan semua gerakannya berdasarkan motto kota dan norma yang berkembang di masyarakat. Contohnya gerak Landangan yang menyimbolkan gerakan berdo’a. Gerakan tangan dan kaki saat musik Marawis membawakan sholawat Nabi pada bagian tengah tarian juga merupakan salah satu pengaruh dari gerakan tarian Melayu.
Alat musik pengiring tarian yang digunakan berupa perpaduan gamelan, gambang kromong, dan marawis. Gamelan yang dipakai adalah satu set gamelan salendro, yang terdiri dari saron I, saron II, bonang, rincik, demung, gendang, kecrek, dan gong. Sementara itu, gambang kromong yang digunakan berupa gendang, kempul, gong, kecrek, ningnong, tehyan, kongahyan, dan sukong. Untuk alat musik marawisnya terdiri dari rebana atau gendang berukuran kecil (diameter 10 cm, tebal 17 cm) sebanyak setidaknya 4 buah dan perkusi besar (diameter 10 cm, tinggi 50 cm) yang disebut hajir.
Musik yang dimainkan di bagian awal merupakan perpaduan antara gamelan dan gambang kromong. Irama dari kedua alat musik yang dimaikan secara bersamaan ini menghasilkan nada yang manis di dengar telinga. Irama selanjutnya diisi dengan sholawat Nabi yang dimainkan dengan alat musik marawis yang berdiri sendiri. Setelahnya, irama disambung kembali dengan perpaduan musik dari gamelan dan gambang kromong hingga tarian selesai.
Tari Lenggang Cisadane ini merupakan hasil dari proses pembentukan harmonisasi musik, tata busana dan gerak yang dipadukan menjadi suatu tarian yang indah dan mencirikan budaya Kota Tangerang, serta merupakan hasil ekspresi artistik individu, kolektif atau komunal yang berbasis kreativitas penciptaan baru yang terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan. Karena terbilang masih baru, maka tarian ini masihlah banyak belum dikenal. Kurang adanya eksistensi membuat Disporabudpar Kota Tangerang haruslah bekerja lebih keras lagi.
Tarian ini telah dijadikan sebagai tari selamat datang dalam menyambut tamu negara maupun tamu-tamu penting lainnya yang berkunjung ke Kota Tangerang oleh Pemerintah Daerah sejak tahun 2011. Tari tradisional yang juga digunakan sebagai hiburan masyarakat ini dapat dinikmati banyak pengunjung pada Festival Cisadane dan HUT Kota Tangerang. Seperti apa yang sudah dibayangkan saat pemberian nama tarian ini, diharapkan Tari Lenggang Cisadane dapat mencirikan dan mewakili daerah Tangerang agar dapat lebih dicintai lagi oleh banyak orang. Semoga.
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dala...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang