Tarian
Tarian
Seni Banten Kota Tangerang
Lenggang Cisadane
- 16 Maret 2020 - direvisi ke 2 oleh Lisna Vertyaningrum pada 16 Maret 2020

Beberapa penari berjalan kesana kemari sembari menganyunkan tangan kanan dan kirinya secara bergantian. Tangan-tangan itu pula bergerak sesuai dengan langkah kaki mereka. Dengan busana berwarna cerah dan aksesoris pelengkap, mereka menari mengikuti iringan musik yang dimainkan dengan manisnya. Tari yang dibawakan ini merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Tangerang.

Tari Lenggang Cisadane namanya. Nama Cisadane diambil dari nama sungai terkenal yang membelah dan membentang di sepanjang kota, yang juga merupakan ikon daerah ini. Makna penamaan Cisadane menyiratkan arti sebagai orang yang menginjakkan kakinya di Tangerang dan meminum air sungainya akan merasa betah berada di daerah ini. Diharapkan pula, nama Cisadane bisa dijadikan sebagai ciri khas yang mewakili daerah Tangerang.

Kata Lenggang sendiri diartikan sebagai seseorang yang berjalan atau melangkah dengan cara berlenggang. Lenggang merupakan sebuah gerakan berjalan sembari menganyun-ngayunkan tangan kanan dan kiri secara bergantian sesuai dengan langkah kakinya. Kata ini juga diharapkan sang pencipta dapat menggambarkan keceriaan, kelincahan, dan kecantikan para gadis daerahnya tanpa mengabaikan motto Akhlaqul Kharimah yang dimiliki Kota Tangerang. Dibandingkan dengan budaya lainnya, tarian ini masihlah terbilang sangat baru. Disahkan pada tahun 2011 oleh Dinas Pemuda, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar), tari ini telah diciptakan sejak tahun 2008 menurut http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/. Penciptanya adalah salah satu seniman kota yang sehari-harinya berprofesi sebagai guru seni budaya bernama M. Yunus Ahmad Sanusi. Tari ini sengaja dibuat bukan hanya semata-mata karena tidak adanya tarian tradisional daerah Tangerang, tapi juga karena keprihatinan sang pencipta atas akan terkikisnya nilai-nilai budaya lokal di kalangan remaja. Tarian yang menitik beratkan sasarannya pada remaja ini, dibuat dengan sangat memperhatikan unsur etika dalam gerakan dan busana yang akan dikenakan penarinya, terutama goyangan pinggul.

Tarian ini sebenarnya dibuat dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan yang mendominasi dan berkembang di masyarakat Tangerang, yaitu budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina (Tionghoa), dan Arab (Melayu). Tarian yang tergolong dalam tarian kelompok ini dibawakan oleh penari perempuan dengan jumlah minimal 3 orang dan jumlah maksimal yang sebenarnya tidak dibatasi oleh penciptanya. Hanya saja setelah diresmikan menjadi budaya Kota Tangerang, Pemerintah Daerah meminta jumlah penari untuk disesuaikan dengan jumlah kecamatan yang ada di wilayah Kota Tangerang, yang berjumlah 13. Biasanya penari akan membawakan tarian ini dengan durasi minimal kurang lebih 6 menit.

Busana yang biasanya dikenakan oleh para penari biasanya berwarna hijau dan merah serta biru dan merah muda (pink). Warna-warna cerah ini digunakan untuk melambangkan kesan ceria pada penari. Sebenarnya, busana yang harus dikenakan penari belum ditentukan secara khusus atau dipakemkan oleh penciptanya, tetapi ada syarat dalam berpakaian yang harus dipenuhi, yaitu busana haruslah tertutup dan sopan. Pakaian yang biasa digunakan oleh penari adalah kebaya encim dengan rok atau sarung dengan motif bunga-bunga. Untuk pelengkapnya, aksesoris yang dapat dikenakan adalah hiasan kepala, tusuk konde ala Tionghoa, hiasan leher (kace), kain, apok (khas penari ronggeng Jawa Barat, yaitu semacam long torso yang dililitkan melingkari badan dari dada sampai pinggul, biasanya diberi hiasan berbagai manik-manik dan renda emas), selendang sebagai properti tari, dan ikat pinggang (pending) untuk menyangkutkan selendang. Pakaian dan aksesoris yang telah digunakan juga dilengkapi dengan tatanan rambut penari yang dikonde cepol.

Tari Lenggang Cisadane memiliki 10 gerakan inti di dalamnya, yaitu: 1) Sibat, 2) Landangan, 3) Keupat, 4) Selut, 5) Lungsar, 6) Cocor Bebek, 7) Keupat Linggek, 8) Lontang Canting, 9) Kewer II, dan 10) Sontang Lageday. Gerakan pada tarian ini sebenernya banyak mendapat pengaruh dari gerakan tari atau seni lainnya, seperti tari Cokek yang berkembang di Betawi, tari Topeng Betawi, tari Jaipong, tari Melayu, dan Pencak Silat. Meskipun mendapat pengaruh dari gerakan tari Cokek dan Jaipong, tarian ini tidak mengandung gerakan erotis dan telah menyesuaikan semua gerakannya berdasarkan motto kota dan norma yang berkembang di masyarakat. Contohnya gerak Landangan yang menyimbolkan gerakan berdo’a. Gerakan tangan dan kaki saat musik Marawis membawakan sholawat Nabi pada bagian tengah tarian juga merupakan salah satu pengaruh dari gerakan tarian Melayu.

Alat musik pengiring tarian yang digunakan berupa perpaduan gamelan, gambang kromong, dan marawis. Gamelan yang dipakai adalah satu set gamelan salendro, yang terdiri dari saron I, saron II, bonang, rincik, demung, gendang, kecrek, dan gong. Sementara itu, gambang kromong yang digunakan berupa gendang, kempul, gong, kecrek, ningnong, tehyan, kongahyan, dan sukong. Untuk alat musik marawisnya terdiri dari rebana atau gendang berukuran kecil (diameter 10 cm, tebal 17 cm) sebanyak setidaknya 4 buah dan perkusi besar (diameter 10 cm, tinggi 50 cm) yang disebut hajir.

Musik yang dimainkan di bagian awal merupakan perpaduan antara gamelan dan gambang kromong. Irama dari kedua alat musik yang dimaikan secara bersamaan ini menghasilkan nada yang manis di dengar telinga. Irama selanjutnya diisi dengan sholawat Nabi yang dimainkan dengan alat musik marawis yang berdiri sendiri. Setelahnya, irama disambung kembali dengan perpaduan musik dari gamelan dan gambang kromong hingga tarian selesai.

Tari Lenggang Cisadane ini merupakan hasil dari proses pembentukan harmonisasi musik, tata busana dan gerak yang dipadukan menjadi suatu tarian yang indah dan mencirikan budaya Kota Tangerang, serta merupakan hasil ekspresi artistik individu, kolektif atau komunal yang berbasis kreativitas penciptaan baru yang terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan. Karena terbilang masih baru, maka tarian ini masihlah banyak belum dikenal. Kurang adanya eksistensi membuat Disporabudpar Kota Tangerang haruslah bekerja lebih keras lagi.

Tarian ini telah dijadikan sebagai tari selamat datang dalam menyambut tamu negara maupun tamu-tamu penting lainnya yang berkunjung ke Kota Tangerang oleh Pemerintah Daerah sejak tahun 2011. Tari tradisional yang juga digunakan sebagai hiburan masyarakat ini dapat dinikmati banyak pengunjung pada Festival Cisadane dan HUT Kota Tangerang. Seperti apa yang sudah dibayangkan saat pemberian nama tarian ini, diharapkan Tari Lenggang Cisadane dapat mencirikan dan mewakili daerah Tangerang agar dapat lebih dicintai lagi oleh banyak orang. Semoga.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline