Raja Klungkung bernama Sri Sagening yang gagah dan berwibawa, sorot matanya tajam, satu lagi Bagus Mantra adalah seorang perwira andalannya. Mereka penunggang kuda dari Klungkung sedang berjalan di Kelana, seluruh kawasan Bali dalam penyamaran. Mereka menyamar menjadi seorang kelana yang sempurna. Sudah sampai di Desa Den Bukit, mereka ingin beristirahat di tempat itu. Bagus Mantra memberi hormat kepada Pak Tua. Bagus Mantra minta izin kepadanya bahwa mereka ingin menginap di tempat. Pak Tua dipanggil sebagai Kyai Pasek. Kyai Pasek menjelaskan kejadian ada penjahat datang ke rumahnya. Maka mereka harus berhati-hati. Malam hari, mereka beristirahat. Ada gadis yang bernama Ni Luh Pasek. Dia adalah putri dari Kyai Pasek. Dia sedang menyiapkan makanan untuk Mantra dan Aditia (nama samaran Raja Klungkung). Setelah makan bersama, Aditia memuji kepada Kyai Pasek bahwa putrinya memasak makanan sangat lezat. Mereka bertemu penjahat. Penjahat itu berkata tidak sopan kepada mereka. Penjahat ingin melawan mereka. Mereka bersiap-siap melawannya. Ahkirnya mereka menang melawannya. Aditia ingin masih tetap disini karena mau melamar Ni Luh Pasek. Aditia berpikir bahwa Ni Luh Pasek banyak disukai cowok. Lalu dia menanyakan kepada Kyai Pasek “Apakah Ni Luh Pasek banyak disukai cowok?”. Lalu Kyai Pasek menjawab “Ya, tetapi Ni Luh Pasek menolak karena mungkin hatinya belum suka”. Aditia berpikir langsung melamar Ni Luh Pasek. Kyai Pasek bersyukur bahwa Aditia melamarnya. Kyai Pasek memanggil Ni Luh Pasek. Ni Luh Pasek langsung mendekatinya. Kyai Pasek mengatakan bahwa Aditia melamar Ni Luh Pasek. Ni Luh memerah pipinya dan langsung meninggalkan mereka. Kyai Pasek berpikir sambil berkata pada Aditia “Dia pasti menyukainya dan menerima lamarannya”. Aditia pun bahagia bersamanya. Gelar pesta perkawinan sangat meriah. Banyak penduduk senang menyambut perkawinan Aditia dan Ni Luh Pasek. Setelah itu, Aditia ingin berpindah ke tempat supaya bisa bertemu keluarganya. Lalu Aditia minta izin kepada Kyai Pasek. Kyai Pasek memperbolehannya tetapi menyuruhnya bahwa Aditia harus menjaga Ni Luh Pasek dengan baik-baik. Aditia, Mantra dan Ni Luh Pasek bersiap-siap berangkat ke Klungkung. Sudah sampai di sana, Ni Luh Pasek bingung lalu bertanya kepada Aditia. Aditia sibuk maka menyuruh Mantra menjelaskan tentang hal itu. Setelah dijelaskan oleh Mantra, Ni Luh Pasek mengerti/memahami bahwa Aditia benar-benar raja Klungkung dan mempunyai banyak istri. Sudah beberapa bulan, Ni Luh Pasek telah mengandung maka rela berpisah Raja Klungkung karena tempatnya tidak aman. Maka Raja Klungkung akan menitipkan Ni Luh Pasek kepada Kyai Jelantik Boyol. Tak beberapa lama kemudian, Ni Luh Pasek melahirkan anak laki-laki yang diberi nama ‘I Gusti Gede Pasekan’. Sesudah I Gede Pasekan menginjak umur 20 tahun. Ayahnya menyuruhnya bahwa dia harus pindah ke tempat kelahiran ibunya untuk memperjuangkan pertarungan dengan kelompok penjahat. Lalu I Gede Pasekan mempunyai anak buah dari kelompok penjahat akan menjadi orang yang baik. I Gede Pasekan akan mengganti nama ‘Panji Sakti’. Ia bertemu Singaraja yang memakai makhota seperti raja mulia. Di Buleleng yang dibangun istana yang megah diberi nama ‘Singaraja’. Banyak penghuninya yang mengatakan bahwa Singaraja adalahs seorang yang gagah dan laksana singa. Namun ada pendapat penghuni bahwa Singaraja artinya persinggahan raja. Di Suksasada sering singgah raja. Jadi, kata Singaraja artinya singgah raja.
Pesan : Jangan takut melawannya, lawanlah dengan percaya diri, berani dan kuat. Dan jangan suka membunuh, ajaklah penjahat itu sebagai anak buahmu agar menjadi orang yang baik!
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja