×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Tengah

Asal Daerah

Sulawesi Tengah

Kisah Tiga Tadulako Asal Bulili

Tanggal 22 Jan 2021 oleh Sri sumarni.

Sebutan untuk pendekar di Sulawesi Tengah adalah tadulako, yang berarti panglima perang. Kisah dari Sulawesi Tengah ini bercerita tentang tiga orang tadulako yang hidup di Desa Bulili. Mereka adalah orang-orang yang sangat kuat tiada bandingannya. Tiga orang tadulako itu bernama Bantili, Molove, dan Makeku. Tidak ada tadulako lainnya yang mampu menandingi kesaktian tadulako dari Bulili ini. Berkat para tadulako tersebut, Desa Bulili menjadi aman. Semua orang akan gentar jika mendengar nama ketiga tadulako itu. Suatu hari, Desa Bulili kedatangan seorang raja dari Sigi. Ketika sedang berjalan-jalan, sang raja berjumpa dengan seorang gadis cantik asal Bulili. Raja Sigi pun kemudian meminang gadis cantik itu. Mereke menikah dan tinggal di Bulili.

Berbulan-bulan sudah Raja Sigi tinggal di Desa Bulili. Istrinya pun kemudian mengandung. Namun, ketika sang istri ingin dimanja dan disayang oleh suaminya, Raja Sigi malah mengutarakan keinginannya untuk kembali ke Sigi.

“Adinda, aku harus kembali ke Sigi. Sudah cukup lama aku meninggalkan Sigi. Banyak urusan yang belum terselesaikan di sana,” ucap Raja Sigi.

“Haruskah Kakanda pergi? Tidakkah Kakanda akan merasa kehilanganku dan kehilangan anak kita?” bujuk istrinya. “Rakyat Sigi membutuhkanku, Dinda. Aku harap Dinda bisa mengerti,” kata Raja Sigi lagi.

“Aku dan anak dalam kandunganku ini juga membutuhkanmu, Kanda. Apakah Kanda tidak ingin menyaksikan anak kita ini lahir ke dunia?” tanya sang istri.

“Bukan begitu, Dinda. Kanda yakin Dinda adalah wanita yang sangat kuat. Jadi, tunggulah kanda di sini,” ucap Raja Sigi.

Keesokan harinya, Raja Sigi kembali ke negerinya. Istrinya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tidak mampu menahan suaminya agar tidak pergi. Tinggallah ia di Bulili tanpa suami. Namun, ia tidak seorang diri, beberapa kerabatnya tinggal tak jauh dari rumahnya. Tetangga dan sahabat-sahabatnya dengan senang hati menemaninya siang dan malam.

Bulan demi bulan ia lalui. Tanpa terasa, tibalah waktu untuk melahirkan buah hatinya. Tanpa ditemani sang suami, ia melahirkan seorang bayi yang lucu dan sehat. Semua warga Bulili ikut berbahagia menyambut kehadiran makhluk mungil itu sebagai warga baru mereka. Para pemuka desa pun mengutus dua orang tadulako yang gagah pergi ke Sigi untuk menemui Raja Sigi. Berangkatlah Makeku dan Bantili ke Sigi mengemban tugas yang diberikan pada mereka.

Sesampainya di sana, mereka langsung menemui sang raja. Namun sayangnya, bukan keramahan yang mereka dapatkan, tapi justru ucapan tidak bersahabat yang keluar dari Raja Sigi. “Apa maksud kalian datang ke istanaku?” tanya Raja Sigi dengan sinis.

“Maaf, Baginda. Kami diutus untuk meminta padi di lumbung Sigi. Padi itu untuk anak Baginda yang baru saja lahir,” jawab Bantili.

Mendengar berita itu, Raja Sigi bukannya merasa senang, tetapi malah melecehkan kedua tadulako sakti itu. “Baiklah. Jika kalian menginginkan lumbung padi milikku, coba kalian angkat dan bawalah lumbung padi itu. Cukup kalian tahu, dengan puluhan orang saja baru bisa menggeser lumbung itu,” ucap Raja Sigi dengan angkuh. Ia pikir kedua tadulako pasti tidak akan sanggup membawa lumbung itu.

Merasa diremehkan, Makeku dan Bantili segera pergi menuju ke arah lumbung padi Raja Sigi. Dengan kesaktiannya, Bantili mampu mengangkat lumbung padi yang besar itu, sedangkan Makeku mengawal Bantili dari belakang.

Betapa terkejut dan marahnya raja Sigi menyaksikan lumbung padinya yang besar berhasil dibawa oleh kedua tadulako. Akhirnya, sang raja mengerahkan para pengawal kerajaan untuk menangkap dua tadulako itu.

“Para pengawal, cepat tangkap orang-orang Bulili itu!” teriak Raja Sigi.

Dengan sigap, para pengawal mengejar Makeku dan Bantili. Meskipun tenaga telah dikerahkan, mereka tetap tidak mampu mengejar kedua tadulako dari Bulili itu. Sampai akhirnya, tibalah Makeku dan Bantili di sebuah sungai yang sangat besar dan dalam. Para pengawal tampak senang, mereka mengira kedua tadulako itu pasti akan menyerah. Namun, ternyata dugaan mereka meleset, kedua tadulako sakti itu berhasil menyeberangi sungai dengan mudah. Meskipun Bantili membawa lumbung padi yang sangat besar, bukanlah hal yang sulit baginya untuk menyeberangi sungai. Para pengawal kerajaan yang menyaksikan hal itu hanya bisa terperangah. Mereka tidak mampu menyebarangi sungai yang lebar dan dalam seperti yang dilakukan tadulako sakti.

Dengan kesaktiannya itu, Makeku dan Bantili bisa lolos dari kejaran para pengawal Raja Sigi. Mereka pun melanjutkan perjalan pulang dan akhirnya sampai kembali ke Desa Bulili dengan selamat. Sedangkan Raja Sigi menderita kerugian yang besar, karena lumbung padi kerajaannya telah dibawa ke Bulili.

Pesan moral:

Tepatilah janji yang sudah diucapkan. Selain itu, janganlah menjadi pemimpin yang angkuh dan sombong.

Sumber : https://www.daerahkita.com/artikel/48/kisah-tiga-tadulako-asal-bulili-cerita-rakyat-sulawesi-tengah

DISKUSI


TERBARU


Candi Ijo - Sej...

Oleh Dewiarya | 02 May 2024.
Bangunan Bersejarah

Candi ijo terletak di kecamatan Prambanan Sleman DIY , kita harus melewati perbukitan Boko yang berbatu cadas, Candi Ijo merupakan situs seja...

Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

Bubur Pedas

Oleh Sherly_lewinsky | 25 Apr 2024.
Makanan khas Kalimantan Barat

Bubur pedas adalah salah satu makanan khas dari Kalimantan Barat. Biasanya, bubur ini akan dilengkapi dengan berbagai macam sayuran seperti daun kuny...

ANALISIS FENOME...

Oleh Keishashanie | 21 Apr 2024.
Keagamaan

Agama Hindu Kaharingan yang muncul di kalangan suku Dayak sejak tahun 1980. Agama ini merupakan perpaduan antara agama Hindu dan kepercayaan lokal su...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...