Dahulu, dikisahkan tentang persahabatan yang terjalin antara kera dan ayam. Mereksa selalu tampak rukun dan damai. Tapi, kenyataanya tidaklah demikian. Setelah sekian lama bersahabat, berulah terlihat sifat busuk si kera.
"Hai Ayam. sahabatku," panggil kera. " Maukah kau pergi bersamaku? Sore-sore begini enaknya kita jalan-jalan," ajak si kera.
"Wah ide yang bagus. Memang kau mau mengajakku ke mana?" tanya ayam.
"Aku akan mengajakmu ke hutan, tempat biasa aku bermain. Di sana tempatnya indah. Pasti kamu suka!" ujar si kera seraya membujuk.
Ayam tampak tertarik dengan ajakan si kera. Tanpa rasa curiga, ia mengikuti ajakan si kera untuk berjalan-jalan di hutan. Hari semakin gelap, perut kera mulai meronta-ronta minta diisi. Saat itulah timbul niat busuk kera untuk mencelakai ayam.
"Ah, untuk apa aku pusing-pusing mencari makanan. Di depanku saja sudah ada makanan yang sangat lezat," pikir kera.
Dilihatnya ayam kebingungan masuk ke dalam hutan. Ayam itu tampak besar dan segar. Kera berpikir, jika ayam hendak dimakannya, lebih enak jika tanpa bulu. Oleh karena itu ia hendak mencabuti bulu ayam terlebih dahulu.
Ayam dan kera semakin jauh masuk ke dalam hutan. Saat itu hari makin gelap, kera pun melaksanakan niatnya. Ia segera menangkap ayam. Ayam tampak terkejut melihat perlakuan kera. Kera yang jahat itu lalu mencabuti bulu-bulu ayam. Dengan sekuat tenaga ayam meronta-ronta. Ayam mencoba lari dari cengkeraman kera. Syukurlah usaha ayam melarikan diri berhasil. Ayam berlari sekencang-kencangnya keluar dari hutan.
Setelah sekian lama berlari, tibalah ia di rumah sahabatnya yang lain. Ayam tiba di rumah kepiting. Kepiting yang melihat ayam tampak kelelahan menjadi penasaran. Ia pun bertanya, "Wahai ayam, apa yang terjadi denganmu? Mengapa napasmu terengah-engah? Bulu-bulumu pun rontok," tanya kepiting.
"Sahabatku, aku dicelakai oleh sahabatku sendiri, si kera. Ia hendak memakanku," jawab ayam dengan nafasnya yang masih terengah-engah.
"Apa? Betapa teganya kera berbuat seperti ini kepadamu," ucap kepiting tak percaya. "Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kera harus kita beri pelajaran!" ucap kepiting dengan geram.
Ayam dan kepiting kemudian mengatur siasat untuk memberi pelajaran kepada si kera. Beberapa hari kemudian, kepiting dan ayam menemui kera. Ayam masih tampak ketakutan melihat si kera. Akhirnya, kepitinglah yang berbicara kepada kera.
"Hai kera, dua hari lagi aku dan ayam akan berlayar ke pulau seberang. DI pulau itu banyak buah-buahan yang matang dan lezat," ajak kepiting.
"Benarkah? Wah, aku ingin ikut berlayar bersama kalian," ucap kera dengan penuh semangat.
Hari yang telah ditentukan akhirnya tiba juga. Mereka berkumpul di tepi laut. Di situ telah tersedia perahu dari tanah liat yang sebelumnya telah disiapkan oleh kepiting dan ayam.
Perahu semakin lama semakin jauh dari tepian. Kera sudah mulai membayangkan lezatnya buah-buahan yang akan disantapnya nanti, sedangkan ayam dan kepiting sibuk berbalas pantun.
Ayam berkokok, "Aku lubangi kok...!" Si kepiting menjawab, "Tunggu sampai dalam sekali!"
Setiap kali kepiting berkata begitu, ayam mematuk-matuk perahu itu. Mereka kemudian mengulangi permainan itu lagi. Lama-kelamaan perahu yang mereka tumpangi pun bocor. Perahu semakin lama-semakin tenggelam. Kepiting dan ayam yang telah merencanakan hal tersebut lalu menyelamatkan diri. Si kepiting menyelam ke dasar laut, sedangkan si ayam dengan mudah terbang kembali ke darat. Tinggallah si kera yang tampak kebingungan. Ia meronta-ronta minta tolong, tapi tidak ada yang menolongnya. Karena kera tidak bisa berenang, ia pun akhirnya ikut tenggelam ke dasar laut bersama perahu itu.
Pesan Moral:
Jika bersahabat, harus menjaga kesetiaan. Orang yang jahat pasti akan mendapat musuh.
Sumber : https://www.daerahkita.com/artikel/198/kisah-kera-dan-ayam---cerita-rakyat-sulawesi-tenggara
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja