|
|
|
|
Mendu adalah salah satu kesenian khas kabupaten natuna yang berawal dari pulau laut, dan juga dikembangkan oleh orang kaya Maddun. Mendu berasal dari kata menghibur rindu atau hiburan rindu kampung halaman dan kasih sekampung. Kesenian mendu menyebar diberbagai tempat yaitu Bunguran Timur (ranai dan sepempang), Siantan (terempa dan langi), dan Mindai serta Tanjung Pinang. Keunikan dari seni Mendu ni adalah bahwa cerita yang dimainkan tanpa naskah, harus hafal diluar kepala. Dialognya disampaikan dengan nyanyian dan tarian. Semntara itu, lagu-lagu yang dinyanyikan adalah : Numu Satu, Lemak Lamun, Lakau, Catuk, Air Mawar, Jalan Kunon, Ilang Wayat, Perang, Beremas dan masih banyak yang lain. Sedangkan tariannya Ladun, Jalan Runon, Air Mawar, Lemak Lamun, Lakau, dan Beremas.
Zaman dahulu para saudagar, nelayan, dan petani sangat senang menghibur diri pada malam hari. Mereka memainkan musik, nyanyian, berpantun sebagai pelepas rindu pada kampung halaman. Kata menghibur diri berubah menjadi mendu karena kesenian ini menjadi tontonan menarik dan digemari oleh masyarakat natuna. Pertunjukan mendu dimainkan mulai dari pukul 21.00 yang kadang sampai diadakan semalam suntuk. Permainan ini dipentaskan di tanah lapang, dimana para penonton bisa melihat sesuka hati. Kebanyakan penonoton kesenian ini adalah petani dan nelayan yang bekerja seharian. Cerita yang dipentaskan yaitu Hikayat Dewa Mendu, yang apabila dimainkan secara keseluruhan aka berlangsung selama 44 malam, tetapi karena keterbatasan uang dan juga panjangnya hari maka cerita itu disingkat menjadi 3 atau 14 malam. "Seni mendu merupakan khas melayu yang telah ada sejak zaman dahulu hinggasekarang. Kesenian ini berasal dari Bunguran Natuna." Ungkap Walikota Lis Darmansyah Pertunjukan dibuka dengan ladun yaitu tarian pembuka. Para pemain keluar berpasang-pasangan dan berperan sebagai rakyat jelata serta wakil rakyat, mereka menari sambil berpantun. Selesai berladun, beduk ditabuh dan para pemain mengambil posisinya masing-masing. Tontonan rakyat ditutup dengan Beremas yang artinya berkemas-kemas untuk pulang. Yang unik pada bagian Beremas ini adalah lagunya dikemas menyentuh perasaan, tidak ada penonton yang bercucuran air mata mendengarnya. Sehingga membuat para penonton ingin melihat lanjutan di malam berikutnya. Kesenian ini menggunakan bahasa melayu, bahasa mendu di masing-masing daerah berbeda. pemainnya memiliki pencitraan(imajinasi) yang kuat. Pencitraan yaitu daya dalam batin kita untuk membayangkan atau menggambarkan suatu peristiwa sehingga peristiwa itu benar-benar dipahami atau dimengarti oleh penonton sesuai kenyataannya. Pemain mendu ini yaitu kalangan rakyat biasa namun mereka mempunyai kemampuan pencitraan yang kuat.
Untuk pementasan pemainnya berjumlah minimal 25 tetapi lebih baiknya 35 orang karena dengan itu pembagian tugas sama. Panggung yang digunakan untuk pementasan adalah berukuran 4x14 meter yang terdiri atas tiga bagian yaitu ruang rias, balai penghadapan, dan area berlandun. Khafilah adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pementasan yang tugasnya yaitu mengatur jalannya pementasan. Syekh adalah yang bertanggung jawab terhadap lingkungan yang tugasnya pelindung para pelakon.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |