"Bhinneka Tunggal Ika! Ungkapan ini sungguh tepat untuk menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Tanah air kita, Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan kebudayaan yang tumbuh subur di setiap daerahnya. Ketika kita berbicara tentang kearifan lokal dan kebudayaan, salah satu elemen yang tak bisa dilewatkan adalah seni.
Indonesia memiliki beragam jenis seni yang telah diwariskan turun-temurun dari nenek moyang kita, dan keindahan seni ini tetap abadi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di Kabupaten Purwakarta, juga ditemukan berbagai bentuk seni lokal yang terus dilestarikan dan dijaga dengan tekun untuk diserahkan kepada generasi mendatang."
Dibawah ini beberapa kesenian maupun kebudayaan yang berasal dari kabupaten Purwakarta yang perlu kalian ketahui, sebelum itu liat juga info-info OK di situs Wisatpurwakarta. Ok lanjut gays!
"Kesenian Genye merupakan sebuah seni pertunjukan khas yang berasal dari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dikatakan bahwa nama Genye merupakan singkatan dari 'gerakan nyere,' yang menjadikan pertunjukan ini sangat unik karena memanfaatkan nyere (dalam bahasa Sunda) yang artinya sapu lidi sebagai elemen kunci dalam tariannya. Selain tari, kesenian Genye juga mencakup unsur seni musik dan seni rupa.
Ornamen sapu lidi yang digunakan dalam kesenian ini memiliki makna filosofis yang penuh dengan pesan positif. Sapu lidi, yang biasanya digunakan untuk membersihkan kotoran, mengandung pesan bahwa kita sebagai manusia seharusnya membersihkan diri baik secara fisik maupun spiritual, sehingga kita dapat membentuk sebuah masyarakat yang bersih. Filosofi sapu lidi juga merangsang kita untuk menghilangkan kemalasan dan menjauhi pengaruh negatif.
Meskipun relatif baru, Kesenian Genye sangat diminati oleh masyarakat Purwakarta, dan ini terlihat dari penampilannya yang selalu menghiasi jalan-jalan protokol Kabupaten Purwakarta setiap tahun dalam rangka perayaan HUT Kabupaten Purwakarta."
"Banyak masyarakat di Indonesia sudah akrab dengan seni bela diri, khususnya pencak silat, yang menekankan gerakan tubuh yang cepat dan akurat. Di Purwakarta, ada varian seni bela diri yang sangat populer, yaitu Ibing Pencak Silat.
Ibing Pencak Silat adalah bagian dari warisan budaya yang diwarisi dari leluhur masyarakat Purwakarta. Salah satu ciri khasnya adalah disertai oleh musik terebang. Yang menarik, setiap jurus yang ditampilkan dalam Ibing Pencak Silat mengandung unsur Islami, yang sesuai dengan lingkungan di Purwakarta yang memiliki banyak pesantren.
Dengan menggabungkan unsur Islami dan pencak silat, para pencipta Ibing Pencak Silat tampaknya ingin mendorong generasi muda untuk mencintai seni lokal ini, sambil mempromosikan pesan-pesan Islami yang bernilai tinggi."
Menurut sumber dari disparbud.jabarprov.go.id, Seni Domyak memiliki akronim atau singkatan yang berarti "ari dur ari rampayak," di mana "dur" merujuk kepada suara beduk dari salah satu instrumen musik pengiring dalam pertunjukan ini. "Rampayak" sendiri berarti menari. Jadi, ketika suara "dur" dari beduk terdengar, para pemain Domyak langsung menari. Ini adalah penjelasan dari makna Domyak yang diberikan oleh Didi, salah seorang pemain Domyak dari Pasir Angin, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.
Seni Domyak memiliki kaitan erat dengan ritus meminta hujan. Inti dari ritus ini adalah Ngibakan Ucing, yang dimulai dengan arak-arakan keliling kampung. Dalam arak-arakan ini, seekor kucing dimasukkan ke dalam kurungan yang disebut "dongdang ucing" dan diangkut oleh dua orang. Arak-arakan ini ditemani oleh musik dan alat musik seperti angklung, dogdog, beduk, kendang, dan gong. Mereka kemudian menuju ke sebuah mata air dan melaksanakan ritual Ngibakan Ucing.
Ngibakan Ucing memiliki makna mendalam bahwa kucing sebagai simbol tidak pernah mandi, sementara manusia seharusnya menjaga kebersihan dan melakukan ritual mandi. Inilah pesan inti yang terkandung dalam Seni Domyak.
Kesenian terbaru yang berkembang di Purwakarta adalah celempungan. Celempungan adalah bentuk seni yang berfokus pada penggunaan alat musik tradisional yang sebagian besar terbuat dari batang bambu.
Seni ini mempesonakan penonton dengan musik-musik tradisional yang sangat indah, sehingga sering digunakan dalam acara-acara penting. Biasanya, celempungan sering ditampilkan dalam perayaan pernikahan dan acara sunatan di berbagai daerah.
Pertunjukan celempungan sering kali disertai dengan syair-syair yang menambah keindahan keseluruhan pertunjukan. Hal ini menciptakan atmosfer pedesaan yang khas dari wilayah Sunda.
Sayangnya, pertunjukan celempungan lebih umum terjadi di daerah-daerah terpencil atau perkampungan, dan mungkin sulit ditemui di daerah perkotaan. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat dan tokoh penting yang mulai menghargai keunikan dan keindahan celempungan. Akibatnya, banyak acara tradisional kini memasukkan alat musik celempungan dalam pertunjukannya.
Meskipun semakin dikenal oleh masyarakat tradisional dan generasi muda, celempungan tetap harus dilestarikan dengan baik, karena kesenian ini masih menghadapi tantangan berupa penurunan minat seiring berjalannya waktu.
Wayang golek adalah salah satu kesenian yang sangat terkenal di wilayah Jawa Barat, khususnya di kalangan suku Sunda. Kesenian ini berbentuk boneka wayang yang menyerupai wajah manusia, dengan beragam pilihan warna yang menarik.
Keistimewaan dari wayang golek adalah fleksibilitasnya dalam pertunjukan, sehingga dapat dihadirkan dalam berbagai jenis acara. Tidak hanya terbatas pada perhelatan tradisional, wayang golek juga cocok untuk diadopsi dalam acara-acara modern dengan tema-tema yang beragam.
Purwakarta, sebagai salah satu daerah di Jawa Barat, memiliki banyak pengrajin wayang golek yang sangat terampil dalam pembuatan karya seni ini. Bahkan, beberapa di antaranya telah dikenal karena kemampuan mereka dalam menciptakan wayang golek yang menyerupai tokoh-tokoh terkenal dengan sangat baik.
Meskipun wayang golek cukup berkembang dan diminati di kalangan masyarakat Purwakarta, sayangnya, kesenian ini tidak selalu menarik perhatian generasi muda. Sebagian dari mereka menganggap wayang golek sebagai unsur budaya yang kuno, sehingga terkadang terlupakan.
Padahal, wayang golek memiliki potensi besar untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Itu sebabnya, penting untuk terus mempromosikan dan melestarikan kesenian ini sebagai bagian berharga dari warisan budaya daerah.
Itulah beberapa informasi penting seputar kesenian khas Purwakarta yang perku kita ketahui dan wajib kita lestarikan sebagai bagian dari kekayaan bangsa Indonesia.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.