Surakarta dikenal sebagai salah satu kota di Indonesia yang kaya akan produk budayanya dan menjadi ikon bagi kota Surakarta itu sendiri. Salah satu produk budaya asli Surakarta tersebut adalah kain batik yang menjadi batik khas Surakarta dan cukup terkenal baik di kalangan masyarakat setempat atau di luar daerah. Batik merupakan suatu karya seni yang cukup populer asli dari Indonesia karena terdapat beberapa daerah yang juga memiliki produk batik khas daerah masing - masing. Begitu pula Surakarta yang memiliki produk batik tradisional dan sudah berkembang menjadi industri . Terdapat beberapa sentra batik yang tersebar dan populer di beberapa bagian kota Surakarta, seperti sentra kampung batik Kauman dan batik Laweyan.
Batik Kauman merupakan produk batik tulis tradisional khas Surakarta yang terpusat di kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. Kampung Batik Kauman ini lah yang menjadi cikal bakal lahirnya industri batik tradisional di kota Surakarta yang berkembang hingga saat ini. Kampung Batik Kauman ini terletak di pusat kota Surakarta berdekatan dengan kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tepatnya di wilayah Kelurahan Kauman dan mulai berkembang sejak tahun 1800 sampai 1950 an. Dulunya kampung ini merupakan kampung tempat tinggal para pejabat dan kaum ulama kerabat keraton yang sekaligus juga bekerja sebagai pengusaha atau saudagar batik pribumi. Para pengusaha batik tersebut memproduksi kain batik yang biasanya digunakan oleh keluarga keraton untuk keperluan acara tertentu yang biasanya diselenggarakan oleh keraton Surakarta (Atmojo, 2008). Sehingga dari kondisi itu lah maka kampung ini dinamakan kampung Kauman karena berasal dari kata Kaum yang artinya tempat para kaum ulama.
Di Kampung Batik Kauman ini dapat dijumpai banyak bangunan tua bersejarah dengan gaya arsitektur yang khas pada masa lampau seperti bergaya Eropa. Beberapa bangunan tua tersebut merupakan peninggalan para penduduk kampung Kauman terdahulu dan juga tempat produksi batik pada saat itu. Sampai saat ini bangunan - bangunan tua tersebut masih terpelihara dengan baik dan beberapa masih aktif digunakan seperti sebagai rumah produksi batik, galeri atau toko batik, dan sebagainya. Sehingga memang sampai sekarang masih terdapat beberapa pengusaha yang tinggal dan tetap meneruskan produksi batik untuk diperdagangkan sekaligus menjadi daya tarik wisata daerah Kauman ini.
Salah satu pengusaha yang terkenal di kawasan kampung batik Kauman ini adalah Bapak Gunawan Setiawan. Beliau merupakan salah satu pengusaha batik Kauman yang masih aktif memproduksi batik sampai saat ini. Bahkan beliau juga memiliki galeri batik yang cukup besar dan sukses sebagai tempat berdagang produk batiknya serta menjadi daya tarik wisata. Tidak hanya galeri batik saja yang dapat dijumpai di kampung batik Kauman ini tetapi juga terdapat fasilitas lain yang menunjang aspek wisata tersebut di Kauman ini. Para wisatawan tidak hanya dimanjakan dengan berbagai produk batik yang cantik tetapi juga salah satunya dapat menikmati makanan dari restoran bernuansa tradisional di kampung batik Kauman yang cukup terkenal yaitu restoran "Wesja". Adanya restoran di kampung batik Kauman ini tentu menjadi hal baru dan menarik masyarakat sebagai bentuk upaya pengembangan wisata secara berkelanjutan. Hal tersebut yang menandakan bahwa kampung batik Kauman mengalami perkembangan.
Kampung batik Kauman dari sejak dahulu sampai sekarang menjadi kampung wisata memang telah mengalami banyak perkembangan yang cukup baik (Atmojo, 2008). Pada zaman dahulu kampung ini hanya sekedar dikenal sebagai kampung tempat tinggal para kaum ulama dan produsen batik keraton Surakarta. Namun kini nama kampung batik Kauman telah melejit dan menjadi tempat populer bagi semua masyarakat tidak hanya bagi warga keraton Surakarta. Tentu yang menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan adalah produk dari batik tradisional yang memiliki keunikan tersendiri dengan berbagai macam motif cantik seperti motif Wahyu Tumurun, Sidomulyo, Sri Katon, Semen Rante, dan lain sebagainya (Atmojo, 2008). Tidak hanya itu, para pengusaha batik di Kauman ini mengembangkan inovasi membuat produk yang mengikuti trend masa kini, seperti membuat pakaian modern dengan motif batik yang lebih kekinian dan beberapa aksesoris lainnya.
Selain dari produk batik yang ditawarkan, pengusaha batik di Kauman juga berinovasi menciptakan lingkungan kampung batik Kauman ini menjadi lebih berwarna dan lebih menarik, berbeda dengan kondisi kampung di masa lalu yang hanya seperti kampung pada umumnya. Sehingga tampilan dari kampung batik Kauman kini tetap semakin menonjolkan wisata batik dengan dikombinasikan berbagai ornamen dan dekorasi modern namun tetap memiliki nuansa tradisional khas Surakarta yang lebih mengikuti perkembangan zaman. Terlebih lagi saat ini banyak anak muda yang memburu tempat - tempat unik dan instagramable. Hal tersebut sangat sesuai dengan kondisi kampung batik Kauman saat ini yang menyuguhkan berbagai fasilitas seperti galeri batik yang lebih modern dan artistik, cafe modern, restoran tradisional, dan beberapa spot foto menarik, serta yang terpenting adalah wisatawan dapat berkunjung ke kampung batik Kauman ini secara gratis.
Referensi : Atmojo. (2008). Batik Tulis Tradisional Kauman Solo: Pesona Budaya nan Eksotik. Tiga Serangkai, Solo. file:///C:/Users/acerSwift/Downloads/5.%20BAB%20IV.pdf
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...