|
|
|
|
Engklek (Sunda Manda) Tanggal 23 Jun 2021 oleh Finazakiyyah1004 . |
Jika kita mendengar kata ‘budaya’ maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah seperangkat kegiatan dari masyarakat yang dilakukan sejak lampau. Istilah kebudayaan atau budaya berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu Budhayah yang berarti bentuk jamak dari budhi (budi atau akal). Selain itu kebudayaan dalam Bahasa Inggris yaitu culture yang berasal dari kata colere yang memiliki arti mengolah atau mengerjakan. Menurut (Koentjaraningrat, 1993) kebudayaan merupakan suatu sistem gagasan rasa, sebuah tindakan, dan karya yang dihasilkan oleh manusia yang di dalam kehidupannya yang bermasyarakat. Budaya erat kaitannya dengan cara hidup sekelompok masyarakat yang mereka yakini untuk diturunkan dari generasi ke generasi, pada suatu budaya biasanya dipengaruhi oleh beberapa unsur, seperti agama, politik, bahasa, pakaian, adat istiadat, benda, bangunan, karya seni, dan lainnya. Hal tersebut membuat budaya sangat dilindungi keberadaannya karena menyangkut dengan kemajuan peradaban manusia. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, maka terciptalah benda yang dapat memelihara kebudayaan untuk nantinya dapat dilihat dan dinikmati oleh generasi penerus. Setidaknya jika suatu kebudayaan tidak dilakukan lagi, maka kegiatan tersebut masih bisa dilihat atau dinikmati dalam bentuk dokumentasi. Berdasarkan Pasal 5 UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, setidaknya terdapat 10 objek dokumentasi budaya, diantaranya adalah tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, Bahasa, olahraga tradisional, dan permainan rakyat. Dari 10 objek tersebut, permainan rakyat adalah salah satu objek kebudayaan yang penting untuk dilestarikan, apalagi pada era new normal seperti saat ini, masyarakat khususnya anak-anak dituntut untuk tidak melakukan kegiatan yang membahayakan kesehatan dan wajib melaksanakan social distancing, sehingga bukan tidak mungkin jika kebiasaan memainkan permainan rakyat ini mulai terlupakan dan anak-anak lebih memilih permainan berbasis digital yang sering dijumpai lewat gawai atau media lainnya. Menurut Wahyu Ningrum yang dikutip oleh (Pratiwi, n.d.) menyatakan bahwa permainan rakyat atau biasa disebut permainan tradisional merupakan permainan yang dilakukan masyarakat secara turun temurun dan merupakan hasil dari penggalian budaya lokal yang didalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan nilai pendidikan, serta untuk hiburan bagi masyarakat yang memainkannya. Jika kita berkaca pada masa lalu, permainan rakyat adalah salah satu kegiatan yang lumrah bahkan wajib dilakukan khususnya bagi anak-anak, hal ini dapat meningkatkan kekompokan antar teman serta dapat melatih konsentrasi. Salah satu permainan rakyat yang populer pada masyarakat Sunda adalah Sunda Manda atau biasa disebut engklek. Permainan rakyat atau dolanan Engklek sebenarnya ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Meskipun di beberapa daerah nama permainan ini berbeda-beda, namun permainan ini berasal dari Bahasa yaitu Belanda Zondag Maandag atau Sunday Monday yang menyebar di nusantara pada zaman colonial Belanda. Menurut Dr. Smpuck Hur Gronje, permainan ini berasal dari hindustan yang mencerminkan latar belakang cerita perebutan petak sawah. Sama seperti permainan rakyat lainnya, Engklek atau yang sering disebut Sondah atau Sunda Manda ini merupakan permainan yang bersifat kompetitif yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Sebelum memainkan permainan ini, biasanya pemain Sunda Manda membentuk kotak-kotak yang menyerupai tambah atau pohon yang dibagi menjadi beberapa bagian yang disebut ‘sawah’. Biasanya permainan ini dilakukan di permukaan tanah matang seperti yang terdapat di pedesaan atau lantai semen. Selanjutnya adalah aturan main Sunda Manda, pemain pertama melempar ‘gacuk’ yaitu benda berbentuk pipih (biasanya berasal dari potongan kecil genting atau batu) kearah kotak yang pertama, jika gacuk berada di luar kotak atau garis, maka pemain dianggap gugur dan diteruskan pada pemain berikutnya. Jika gacuk berada di salah satu kotak, maka pemain harus melompat dengan satu kaki mengitari kotak-kotak yang ada, dengan catatan tidak melompati kotak yang terdapat ‘gacuk’, pemain harus mengambil dan melemparkannya agar dapat melalui kotak tersebut. Mengingat setiap pemain melemparkan ‘gacuk’, maka setiap pemain tidak boleh menginjak kotak yang terdapat gacuk miliknya dan milih pemain lain, karena jika demikian maka pemain dianggap gugur dan pemain selanjutnya dipersilahkan untuk bermain. Bagi pemain yang telah melewati kotak-kotak dalam satu kali putaran, maka pemain tersebut diberi kesempatan untuk memilih salah satu kotak sebagai hak milik dan tidak boleh diinjak oleh pemain lain, begitu seterusnya hingga permainan ini memiliki pemenang. Permainan rakyat ini memiliki banyak manfaat khususnya untuk tumbuh kembang anak, manfaat tersebut diantaranya: (a) melatih motorik kasar. Motorik kasar sendiri meliputi melompat, berlari, dan berjalan. Hal ini membuktikan bahwa melakukan permainan engklek merupakan salah satu kegiatan yang dapat menstimulus motorik kasar. (b) Melatih keseimbangan, permainan ini dilakukan dengan cara melompati kotak dengan satu kaki, hal ini dapat melatih keseimbangan pemain untuk dapat memenangkan permainan ini. (c) Meningkatkan sosialisasi, permainan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, hal ini sudah pasti memicu terjadinya interaksi antara pemain satu dengan pemain lainnya sehingga terbentuklah sosialisasi. Hal ini tentu penting apalagi untuk anak-anak yang sedang dalam proses pembentukan karakter, permainan yang melibatkan terjadinya interaksi akan menstimulus individu untuk dapat berkomunikasi dengan baik (d) Meningkatkan kecerdasan logika dan strategi, konsep permainan engklek yang kompetitif akan memicu pemain untuk memikirkan cara dan memperhatikan langkah untuk bisa memenangkan permainan, hal ini jelas dapat meningkatkan kecerdasan logika dan strategi pemainnya. (e) Melatih kemandirian dan kepercayaan diri, kemandirian akan terbentuk dalam diri individu ketika munculnya rasa kepercayaan diri, setelah pemain dapat memikirkan cara untuk memenangkan permainan, maka kepercayaan diri tersebut akan muncul dan terbentuklah rasa kemandirian. Kenyataannya, permainan rakyat engklek ini sudah jarang kita temui keberadaannya, apalagi kini dunia sedang dilanda era new normal yang membuat beberapa komunitas atau masyarakat sulit untuk melakukan permainan ini. Untuk dapat dikenal dan dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat, kebudayaan ini dapat didokumentasikan dalam bentuk digital baik berupa video, foto, atau penjelasan yang dikemas secara digital lainnya, agar generasi penerus dapat melestarikannya dengan cara memainkan permainan ini. Salah satu contoh upaya pelestariannya adalah video yang dibagikan oleh kanal YouTube bernama Jember 1TV, pada video tersebut menampilkan anak-anak yang sedang melakukan permainan engklek disertai dengan instruksi mainnya. Hal ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi dapat melestarikan kebudayaan, sudah menjadi tugas kita sebagai manusia untuk dapat mempertahankan eksistensi permainan rakyat ini agar dapat dinikmati dan dilakukan oleh generasi penerus bangsa, hal ini bertujuan agar kebudayaan itu tidak hilang dan menyisakan dokumentasinya saja.
Daftar Pustaka Koentjaraningrat. (1993). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Pratiwi, Y. (n.d.). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar (Keseimbangan Tubuh) Anak Melalui Permainan Tradisional Engklek di Kelompok B Tunas Rimba II Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Penelitian PAUDIA.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |