Dunia kuliner memang tidak ada habis- habisnya untuk dibahas. Masyarakat pun sangat pun antusias dengan trend kuliner unik yang hadir, dari mulai apa kuliner itu, muncul karena apa, mengapa bisa begitu diminati, hingga bagaimana cara pembuatannya. Trend kuliner pun muncul dimulai dari kuliner serba keju, kuliner serba pedas, kuliner serba greentea, hingga kuliner serba hitam pun banyak bermunculan. Namun ditengah bermunculan trend kuliner baru, banyak makanan dan minuman tradisional yang tetap eksis.
Trend makanan hitam kini terus berkembang, namun di tengah trend saat ini, makanan tradisional pun punya sajian khas yang sudah memakai bahan pewarna. Jika mampir ke daerah Purworejo, Jawa Tengah, minuman ini tak akan asing dilihat, adalah es Dawet ireng. Es Dawet Ireng, adalah minuman dari tepung beras berwarna hitam pekat. Berbeda dengan es dawet biasa yang berwarna hijau karena memakai daun suji, dawet yang satu ini memakai abu merang atau jerami yang alami, sehingga menghasilkan warna hitam pekat atau keabu-abuan.
Salah satu kulier khas Purworejo yaitu Dawet Ireng awalnya merupakan minuman khas daerah Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Minuman ini dikenalkan pertama kali sekitar tahun 1950 oleh Ahmad yang membuka warung dawet di sebelah timur jembatan Butuh yang berada di sisi barat Kabupaten Purworejo (Lilis Wahyoeni, 2013). Sampai saat ini cikal bakal dawet ireng di Purworejo ini, masih diteruskan oleh generasi berikutnya. (Yanto & Bachtiar, 2017)
Dirintis oleh mbah Ahmad yang membuat minuman unik tersebut hanya untuk dikonsumsi para petani ketika musim panen. Ia berkeliling dari sawah ke sawah untuk menjajaknnya. "Awalnya kakek saya yang jualan, sekarang sudah meninggal. Dulu hanya untuk para petani pas musim panen. Keliling ke sana sini dan sekarang minuman itu diwariskan ke kami," ujar cucu dari mbah Ahmad, Wagiman (37) ketika ditemui detik.com saat jualan dawet, Kamis (26/4/2018). Setelah mbah Ahmad meninggal, minuman tersebut kemudian dilestarikan oleh anaknya yakni Nawon hingga akhirnya sampai dengan generasi ke tiga yakni Wagiman. Usaha dawet hitam atau dawet ireng yang dilanjutkan oleh Wagiman dan istrinya Hartati (32) ini pun bertambah ramai dan populer. (food.detik.com, 2018)
Di tilik dari penuturan pak wagiman, dulu kakeknya berjualan dawet ketika musem panen saja dengan cara berkeliling. Cara sederhana tersebut, ternyata disebut tradisi Ngurup, tradisi Ngurup sendiri merupakan berasal dari Istilah barter antara padi dengan makanan maupun minuman tersebut dikenal dengan istilah "Ngurup". Ngurup sudah dikenal masyarakat Jawa sejak zaman dahulu. Karena ketika memanen padi, para petani atau buruh tani, tentunya membutuhkan banyak makanan dan minuman, sedang bekal mereka sangat terbatas. Bagi penjual tentunya sangat menguntungkan dengan nilai padi yang mereka dapatkan. Begitulah cara mereka melakukan barter yang menguntungkan satu sama lain
Tradisi Ngurup juga menciptakan hubungan emosional antara orang -orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Mereka saling bersenda gurau satu sama lain di tengah panas terik matahari dan keringat yang bercucuran. Tentunya hal itu sedikit mengurangi letih mereka. Es dawet/es cendol menjadi primadona menu Ngurup. Bahkan tak jarang anak-anak ataupun saudara mereka sengaja menyusul ke sawah hanya untuk ngurup es cendol. Pedagang es cendol biasanya membawa dagangannya dengan cara dipikul mengelilingi sawah (Revisimedia.com, 2018)
Nama jawa “ dawet” dicatat pada awal abad ke 19 manuskrip Jawa dari serat Centhini yang disusun antara 1814 M dan 1823 M, di Surakarta, Jawa Tengah. Dan kata cendol/ dawet dalam bahasa jawa ini rupanya telah ada zaman Kerajaan Kediri, sekitar abad XII Masehi. Hal ini tercatat dalam kitab Kresnayana yang berkisah tentang percintaan Krisna dan Rukmini. (Yoseph Kelik P, 2016). Ireng diambil dari bahasa Jawa yang berarti 'hitam', menggambarkan hasil akhir warna dawet yang akan berwarna hitam pekat karena tercampur dengan air abu merang. Merang dipilih karena tumbuhan ini akan menambahkan rasa yang lezat dan kekenyalan alami di dalam dawet. Merang adalah bekas tangkai padi-padian kering yang banyak tumbuh di dataran Jawa, karena dataran jawa merupakan dataran pertanian dengan jenis padi.
Cara pembuatannya pun mirip layaknya seperti membuat cendol/ dawet seperti biasanya, namun terdapat perbedaan dalam hal pemebrian warna. berikut proses pembuatan dawet ireng:
Merang ini dibakar menjadi serpihan-serpihan kecil. Abu merang ini kemudian dicampur air yang kemudian bisa dijadikan pewarna makanan. Selain warnanya jadi hitam, merang juga menyumbangkan tekstur pada dawet yang kenyal alami dan enak.Tepung beras yang sudah diadon ini kemudian dicampur dengan air abu, lalu dimasak dan dicetak dalam cetakan khusus yang akan membentuk cendol menjadi serpihan-serpihan kecil berwarna hitam. Adonan dawet ireng itu kemudian ditampung di dalam air es, agar serpihan dawet tidak saling menempel. Air dingin pun dibuang, dawet yang alami nan segar ini bisa langsung dinikmati dengan kuah santan bercampur air gula merah. Tambah mantap dengan taburan gula merah cair dan es batu. Ada juga yang menambahkan potongan nangka atau es serut.
Selain rasanya yang kenyal enak, gurih dan menyegarkan, penggunaan merang di dalam dawet ini ternyata punya khasiat sendiri untuk kesehatan. Merang bisa meredakan panas dalam, hingga melancarkan pencernaan
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...