×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Minuman Khas Daerah

Elemen Budaya

Makanan Minuman

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Purworejo

Dawet Ireng khas Purworejo

Tanggal 16 Mar 2020 oleh Rika ayu novitasari .

Dunia kuliner memang tidak ada habis- habisnya untuk dibahas. Masyarakat pun sangat pun antusias dengan trend kuliner unik yang hadir, dari mulai apa kuliner itu, muncul karena apa, mengapa bisa begitu diminati, hingga bagaimana cara pembuatannya. Trend kuliner pun muncul dimulai dari kuliner serba keju, kuliner serba pedas, kuliner serba greentea, hingga kuliner serba hitam pun banyak bermunculan. Namun ditengah bermunculan trend kuliner baru, banyak makanan dan minuman tradisional yang tetap eksis.

Trend makanan hitam kini terus berkembang, namun di tengah trend saat ini, makanan tradisional pun punya sajian khas yang sudah memakai bahan pewarna. Jika mampir ke daerah Purworejo, Jawa Tengah, minuman ini tak akan asing dilihat, adalah es Dawet ireng. Es Dawet Ireng, adalah minuman dari tepung beras berwarna hitam pekat. Berbeda dengan es dawet biasa yang berwarna hijau karena memakai daun suji, dawet yang satu ini memakai abu merang atau jerami yang alami, sehingga menghasilkan warna hitam pekat atau keabu-abuan.

Salah satu kulier khas Purworejo yaitu Dawet Ireng awalnya merupakan minuman khas daerah Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Minuman ini dikenalkan pertama kali sekitar tahun 1950 oleh Ahmad yang membuka warung dawet di sebelah timur jembatan Butuh yang berada di sisi barat Kabupaten Purworejo (Lilis Wahyoeni, 2013). Sampai saat ini cikal bakal dawet ireng di Purworejo ini, masih diteruskan oleh generasi berikutnya. (Yanto & Bachtiar, 2017)

Dirintis oleh mbah Ahmad yang membuat minuman unik tersebut hanya untuk dikonsumsi para petani ketika musim panen. Ia berkeliling dari sawah ke sawah untuk menjajaknnya. "Awalnya kakek saya yang jualan, sekarang sudah meninggal. Dulu hanya untuk para petani pas musim panen. Keliling ke sana sini dan sekarang minuman itu diwariskan ke kami," ujar cucu dari mbah Ahmad, Wagiman (37) ketika ditemui detik.com saat jualan dawet, Kamis (26/4/2018). Setelah mbah Ahmad meninggal, minuman tersebut kemudian dilestarikan oleh anaknya yakni Nawon hingga akhirnya sampai dengan generasi ke tiga yakni Wagiman. Usaha dawet hitam atau dawet ireng yang dilanjutkan oleh Wagiman dan istrinya Hartati (32) ini pun bertambah ramai dan populer. (food.detik.com, 2018)

Di tilik dari penuturan pak wagiman, dulu kakeknya berjualan dawet ketika musem panen saja dengan cara berkeliling. Cara sederhana tersebut, ternyata disebut tradisi Ngurup, tradisi Ngurup sendiri merupakan berasal dari Istilah barter antara padi dengan makanan maupun minuman tersebut dikenal dengan istilah "Ngurup". Ngurup sudah dikenal masyarakat Jawa sejak zaman dahulu. Karena ketika memanen padi, para petani atau buruh tani, tentunya membutuhkan banyak makanan dan minuman, sedang bekal mereka sangat terbatas. Bagi penjual tentunya sangat menguntungkan dengan nilai padi yang mereka dapatkan. Begitulah cara mereka melakukan barter yang menguntungkan satu sama lain

Tradisi Ngurup juga menciptakan hubungan emosional antara orang -orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Mereka saling bersenda gurau satu sama lain di tengah panas terik matahari dan keringat yang bercucuran. Tentunya hal itu sedikit mengurangi letih mereka. Es dawet/es cendol menjadi primadona menu Ngurup. Bahkan tak jarang anak-anak ataupun saudara mereka sengaja menyusul ke sawah hanya untuk ngurup es cendol. Pedagang es cendol biasanya membawa dagangannya dengan cara dipikul mengelilingi sawah (Revisimedia.com, 2018)

Nama jawa “ dawet” dicatat pada awal abad ke 19 manuskrip Jawa dari serat Centhini yang disusun antara 1814 M dan 1823 M, di Surakarta, Jawa Tengah. Dan kata cendol/ dawet dalam bahasa jawa ini rupanya telah ada zaman Kerajaan Kediri, sekitar abad XII Masehi. Hal ini tercatat dalam kitab Kresnayana yang berkisah tentang percintaan Krisna dan Rukmini. (Yoseph Kelik P, 2016). Ireng diambil dari bahasa Jawa yang berarti 'hitam', menggambarkan hasil akhir warna dawet yang akan berwarna hitam pekat karena tercampur dengan air abu merang. Merang dipilih karena tumbuhan ini akan menambahkan rasa yang lezat dan kekenyalan alami di dalam dawet. Merang adalah bekas tangkai padi-padian kering yang banyak tumbuh di dataran Jawa, karena dataran jawa merupakan dataran pertanian dengan jenis padi.

Cara pembuatannya pun mirip layaknya seperti membuat cendol/ dawet seperti biasanya, namun terdapat perbedaan dalam hal pemebrian warna. berikut proses pembuatan dawet ireng:

Merang ini dibakar menjadi serpihan-serpihan kecil. Abu merang ini kemudian dicampur air yang kemudian bisa dijadikan pewarna makanan. Selain warnanya jadi hitam, merang juga menyumbangkan tekstur pada dawet yang kenyal alami dan enak.Tepung beras yang sudah diadon ini kemudian dicampur dengan air abu, lalu dimasak dan dicetak dalam cetakan khusus yang akan membentuk cendol menjadi serpihan-serpihan kecil berwarna hitam. Adonan dawet ireng itu kemudian ditampung di dalam air es, agar serpihan dawet tidak saling menempel. Air dingin pun dibuang, dawet yang alami nan segar ini bisa langsung dinikmati dengan kuah santan bercampur air gula merah. Tambah mantap dengan taburan gula merah cair dan es batu. Ada juga yang menambahkan potongan nangka atau es serut.

Selain rasanya yang kenyal enak, gurih dan menyegarkan, penggunaan merang di dalam dawet ini ternyata punya khasiat sendiri untuk kesehatan. Merang bisa meredakan panas dalam, hingga melancarkan pencernaan

Dawet Ireng Khas Purworejo sumber foto dari : https://www.tokomesin.com/peluang-bisnis-dawet-ireng-dan-analisa-usahanya.html

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...