Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita rakyat Nusa Tenggara Barat Lombok
Datu Pejanggiq, Raja Bijaksana Pemimpin Negeri
- 22 Februari 2021

Pada zaman dahulu kala tersebutlah seorang raja yang bernama Datu Pejanggiq. Raja ini ter­kenal sangat berani, bertampang gagah dan juga amat sakti. Ia berkulit putih kuning, terkenal adil dan bijaksana. Ia juga sangat terkenal dengan kesak­tiannya karena memiliki suatu benda keramat yang bernama Gu­mala Hikmat. Di samping itu Datu pejanggiq amat gemar me­mikat kerata, yaitu sejenis ayarn hutan yang mempunyai suara yang amat nyaring.

Datu Pejanggiq, mempunyai seorang permaisuri, yang bernama Puteri Mas Dewi Kencana. Puteri itu adalah seorang puteri jelita dari Raja Kentawang. Dari permaisuri itu ia memperoleh seorang putra. Sifat dan perilaku dan tampaknya sarna dengan’- Datu Pejanggiq, sehingga dia pun sangat dikasihi oleh masyarakat, di sarnping oleh ayahanda dan ibunya sendiri.

Pada suatu ketika Datu Pejanggiq berangkat ke hutan Lengku­kun ‘untuk “menangkap burung kerata. Ia diiring oleh patih Batu Bangka. Tiba-tiba hujan pun turun dengan lebatnyadisertai sa­bungan kilat dan sambaran petir. Datu Pejanggiq hanya bernaung di bawah sebatang pohon. Pakaiannya menjadi basah kuyup dan mereka pun menggigil kedinginan. Dengan keadaan yang demi­kian Datu Pejanggiq menyuruh Demung Batubangka untuk me­lihat keadaan sekitar, kalau-kalau di temp at itu ada rumah tempat berteduh.

Demung Batubangka berangkat meneliti daerah sekitarnya. Dan akhimya di suatu tempat yang tidak jauh ia menemukan sebuah gubuk berpenghuni dan dijaga oleh seorang lelaki jabut. Ia pun segera melaporkan kepada Datu Pejanggiq bahwa tidak jauh dari tempat berteduh itu terdapat sebuah rumah yang dijaga oleh lelaki jabut. Datu Pejanggiq menyuruh Batu Bangka meminta ijin untuk berteduh. Dengan segala keikhlasan lelaki jabut itu mempersilakan mereka, lebih-lebih setelah diketahui yang’ber­teduh itu adalah Datu Pejanggiq yang memang terkenal dimana-mana: Setelah mendengar kesediaan lelaki jabut itu untuk mene­rimanya, Datu Pejanggiq berangkat diiringi oleh Demung Batu­bangka dengan pakaian yang basah kuyupp.Setiba di rumah ltu lelaki jabut itu pun menerima dengan segala kehormatan

Tak lama kemudian hujan pun reda, angin masih berembus dengan keras. Dan hembusan angin itu telah membantu memper­cepatkeringnya pakaian Datu Pejanggiq. Tiba-tiba ketika mereka sedang duduk bertiga Datu Pejanggiq melihat seberkas sinar yang gemerlapan. Sinar itu datang dari barat daya. Cahaya apa gerangan yang gemerlapan itu. terlin­tas dalam hati Datu Pejanggiq, bahwa rumah tempat mereka ber­ada itu bukanlah rumah sembarang orang. Memang pemilik rumah itu adalah searang raja jin yang mem­punyai seorang putri cantik rupawan. Ketika itu’ ia sedang mandi di suatu telaga dalam taman, diiringi oleh dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Cahaya yang gemerlapan yang terlihat oleh Datu Pejanggiq adalah cahaya yang datang dari putri jin itu karena letak telaga itu searah dengan arah duduk Datu Pejanggiq. Pada saat itu Sang Putri pun merasakan hal yang sama. Terasa olehnya suatu cahaya datang dari arah tenggara. Karena itu putri jin itu segera berhenti mandi dan berkemas pulang. Setiba di rumah pandangannya bertemu dengan pandangan Datu Pejanggiq yang mengakibatkan keduanya jatuh pingsan.

Melihat peristiwa yang serba tiba-tiba ini lelaki jabut itu pun tak bisa berbuat apa kecuali mundar-mandir tak tentu tujuan. Begitu juga Demung Batubangka sangat gelisah melihat peristiwa luar biasa ini. Namun ia tidak kehilangan akal. Ia berusaha mem­buat agar Datu Pejanggiq sadar dari pingsannya dengan jalan me­mercikkan air pada mukanya. Setelah Datu Pejanggiq sadar kemu­dian lelaki itu pun berbuat sarna kepada putrinya. Setelah kedua­nya sadar, keduanya kembali bertatapan mata. Datu Pejanggiq segera menghampiri putri dan berkata: “Duhai gadis jelita, sungguh pertemuan yang tak diduga ini telah membuat diriku tak bisa berbuat sesuatu, kecuali untuk me­nyerahkan diri pada dirimu. Dapat kiranya kau menerimaku sebagai suami.”

Demikianlah kata Datu Pejanggiq seraya ingin membelai tubuh putri jin itu. Tetapi putri itu menolak dengan sapan santun sambil berkata: “Wahai pemuda tampan, daku berharap agar tuan sadar dan sabar dahulu. “Daku belum tahu pasti siapa gerangan tuan ini, dari mana tuan datang, hendak ke mana, dan siapa gerangan nama tuan jelaskan semua itu kepadaku.”

Mendengar itu sadarlah Datu Pejanggiq bahwa dirinya telah hampir bertindak ceroboh. “Kiranya tata caraku kurang berkenan di hatimu, hendaklah dimaafkan. Tetapi yakinlah bahwa tindakan itu semata-mata terdorong oleh suatu perasaan yang sulit diIukiskan. Aku telah jatuh hati kepadamu. Karena itu satu permintaanku kepadamu, yaitu bersediakah hendaknya kau berumah tangga denganku.”

Saat itu kembali Datu Pejanggiq kehilangan keseimbangan. tangannya terangkat untuk membelai sang putri. Tetapi dengan spontan namun penuh hormat, belaian itu dielakkan. “Tuan muda yang tampan. Kuharap jangan tuan berlaku meliwati batas. Keinginan tuan tentu saja akan aku pikirkan, asalkan tuan katakan dulu siapa tuan, dari mana dan hendak ke mana.” Karena itu Datu Pejanggiq berceritera panjang lebar tentang dirinya, asal-usulnya serta tujuannya, hingga terdampar di rumah itu. Sebagaimana halnya Datu Pejanggiq, sang putri pun sejak pandangan pertama telah dihinggapi perasaan aneh dan simpati serta cinta kepada Datu Pejanggiq. Tetapi ia mampu mengendaIikan perasaannya sendiri.

Demikianlah setelah Datu Pejanggiq cukup lama membujuk dan merayunya, sang putri pun bersedia untuk diperistri oleh Datu Pejanggiq dengan satu syarat. Dengan disaksikan oleh Demung Batubangka dan ayahnya putri jin itu mengajukan syarat, hendaknya Datu Pejanggiq bisa menjadikan Hutan Lengkukun itu menjadi suatu kerajaan tanah yang subur, berpenduduk cukup dan sehat dengan sebuah istana yang lengkap dengan perabotnya. Setelah mendengar syarat yang diajukan oleh putri jin itu, maka Datu Pejanggiq pun menyanggupi kemudian minta diri dan langsung menuju ke suatu temp at yang bernama Tibu Mong.

Dengan jelas terlihat oleh Demung Batubangka, bahwa apa yang dikehendaki aleh putri jin itu telah terjadi. Ia melihat sebuah kerajaan yang aman, makmur, lengkap dengan rakyat serta istananya, telah berdiri di hutan Lengkukun.

Segera setelah harapan Datu Pejanggiq menjadi kenyataan, maka ia pun menuju kembali menemui putri jin itu dan kemudian melangsungkan perkawinan. Perkawinan itu memberikan kebaha­giaan kepada mereka. Mereka hidup dalam suasana kasih menga­sihi. Tiada berapa lama antaranya putri jin itu pun hamil. Tetapi setelah. kandungan. berumur tiga bulan Datu Pejanggiq merasa perlu untuk, kembali kekerajaan yang lama ditinggalkannya. Putri jin itu pun tidak berkeberatan atas keheridak Datu Pejanggiq, karena sadar bahwa suaminya mempunyai tugas lain yang lebih besar.

Demikianlah sebelum berpisah, Datu Pejanggiq meninggalkan pesan kepada putri jin itu. “Kelak. bila kau melahirkan seorang putra, berikanlah Leang dan cincin ini,” kata Datu Pejanggiq serta memberikan kedua jenis benda itu kepada permaisurinya. “Sebaliknya bila kelak kau melahirkan seorang putri, maka wewenangmulah untuk memberikan nama dan mengurusnya.” Setelah itu Datu Pejanggiq melangkahkan kaki, diikuti oleh doa restu dan ditemani hingga gerbang istana.

Demikianlah beberapa bulan kemudian, putri jin itu melahir­kan seorang putra, yang amat tampan. Atas berkat Tuhan, putra itu dapat berbicara semenjak dilahirkan. Karena itu putri jin itu segera memberikan leang dan cincin pemberian Datu Pejanggiq kepada putranya. Putra Datu Pejanggiq sungguh luar biasa. Berapa banyaknya hidangan yang disuguhkan, semua dilalap habis. Demikian pun ketika tam bahan dihidangkan, disuguhkan berulang-ulang, semuanya disikat habis.

Melihat hal itu,’ Datu Pejanggiq merasa sangat malu. Karena itu denganr diam-diam ia meninggalkan ruang pesta. Kemudian dengan melalui negeri Pejanggiq ia menuju ke UjungPandang. Di ujung Pandang ia menuju ke tempat salah seorang saudara kandungnya.Kepergian Datu Pejanggiq tak diketahui oleh ‘siapa pun juga. Setelah lama Datu Pejanggiq tak tampak barulah orang bertanya-tanya. Putranya pun menjadi gelisah kemudian minta diri untuk mencari ayahnya.

Datu Pejanggiq pergi ke suatu tempat yang bernama Kemaliq Toro. Di tempat itulah Datu Pejanggiq berdoa dengan doa Istikoq. Tiada berapa lama antaranya hujan pun turun se­lama tujuh hari tujuh malam. Di Kemaliq itu Datu Pejanggiq memerintahkan untuk meletakkan’ sebuah batu besar. Demikian jugalah yang dilakukan di Pakulan, setelah doanya terkabul dan hujan turun dengan lebat selama tujuh hari tujuh malam. Setelah kedua peristiwa itu Datu Pejanggiq berpesan, bila kelak terjadi tanaman padi rusak karena penyakit, hendaknyalah dicari­kan air penawar di kedua tempat tadi. Atas karunia Tuhan tanam­an akan baik kembali.

Demikianlah setelah memberikan tanda di Pakulan, Datu Pe­janggiq langsung menuju Seriwa, diikuti oleh empat puluh empat pengiring. Setiba di tempat itu Datu Pejanggiq berkata: “Sekarang telah tiba saatnya kita akan berpisah. Janganlah ka­lian mencariku. Biarlah aku’ yang mencarimu.” Mendengar kata­kata itu segera pengiIing-pengiring itu menangis semuanya sambil menutup mata. Tiba-tiba setelah tangis mereka reda dan mata mereka buka kembali, Datu Pejanggiq telah sirna. Mereka hanya menemukan bekas ujung tongkat Datu Pejanggiq yang menyerupai sumur. Setelah itu para pengiring yang beljumlah empat puluh empat orang itu kembali ke Pejanggiq dan menyampaikan berita tentang peristiwa yang dialami baik kepada keluarga Datu Pe­janggiq maupun kepada rakyat kebanyakan. Demikianlah selan­jutnya air sumur itu dipergunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit padi.

Sumber : https://catatanlombok.blogspot.com/2018/01/cerita-rakyat-sasak-lombok-datu.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline