Kuliner jadul khas Tasikmalaya ini sekarang sudah jarang ditemui. Citruk merupakan jajanan khas Tasikmalaya sejenis kerupuk yang terbuat dari campuran tepung kanji dan tepung terigu yang dibentuk bundar mirip dengan koin logam. Citruk merupakan singkatan dari aci ngagetruk yang berarti aci atau tepung kanji yang teksturnya agak keras namun rasanya renyah. Citruk biasa dijadikan cemilan orang warga masyarakat Tasikmalaya karena rasanya gurih dan nagih.
Bahan-bahan:
250 Grm Tepung Tapioka 3 Buah Kencur, Kecil 1 Sashet Royko Rasa Ayam
Langkah:
Haluskan Kencur Lalu Rebus Dengan Air Sekitar 200 Ml Air Hingga Mendidih. Kalau Saya Kencurnya Ngk Terlalu Halus Biar Lebih Berasa Aroma Kencur nya Jadi Lebih Sedap, tambahkan Sedikit Garam.
Tuang Tepung Tapioka Dan Royko Kedalam Baskom Lalu Aduk Rata Dan Tuang Air Rebusan Kencurnya. Aduk Aduk Lalu Uleni Hingga Kalis Kalau Dirasa Masih Terlalu Kering Adonan Bisa Ditambah Sedikit Air Panas / Kalau Terlalu Lembek Bisa Ditambah Sedikit Tepung Tapiokanya. Asal Bisa Di pulung Berarti Adonan Sudah Pas.
Setelah Kalis Pulung Adonan Hingga Memanjang Lalu Potong Kecil Kecil.
Lakukan Hingga Selesai.
Goreng Dalam Minyak Hanggat Dulu Sambil Diaduk Aduk Hingga Mengapung, Aduk Terus Hingga Kering.
Setelah Kering Dan Berasa Ringgan Jika Diangkat, Sambil Di Cek Dulu Kalau Blom Kering Goreng Terus Hingga Benar Benar Krispy. Oh ya Waktu Menggoreng Yang Kedua Kalinya Matikan Api Dulu Biarkan Minyak Agak Hanggat Baru Goreng Seperti Yang Pertama Tadi. Tujuan nya Agar Citruk Tidak Pecah Dan Meletus Kalau Langsung Kena Minyak Yang Panas.
Bisa Ditambahkan Bubuk Balado Jika Suka Rasa Pedas. Tadi Saya Sebagian Rasa Original Dan Sebagian Rasa Pedas Bubuk Balado.
Jika Mau Buat Agak Banyak Tinggal Dikalikan saja Bahan Bahan nya.
https://tempatwisataindonesia.id/makanan-khas-tasikmalaya/#forward
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati