Pada suatu masa di derah Toraja hiduplah sepasang suami istri bernama Dopang dan Bangun. Saat itu sang istri sedang dalam keadaan hamil tua. Saat tiba waktunya melahirkan maka bersiaplah Dopang untuk menyambut kelahiran bayinya yang sedang dikandung istrinya. Akhirnya lahirlah seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Tulangdidi. Tulangdidi dikabarkan kelak akan menjadi anak yang membawa keberkahan dan kemakmuran bagi keluarga dan masyarakat Toraja. Akan tetapi rupanya ada beberapa orang yang tidak senang dan menjadi iri dengan adanya kabar tersebut. Karena rasa dengki menguasai hati orang-orang tersebut maka mereka pun lalu menyebarkan fitnah mengenai Tulangdidi. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan dan demikianlah yang terjadi, Tulangdidi dikabarkan akan membawa bencana dan malapetaka bagi seluruh masyarakat Toraja. Untuk menghindari malapetaka maka Tulangdidi haruslah dibunuh. Masyarakat rupanya terpengaruh akan kabar fitnah tersebut tanpa menyelidiki dulu asal usul kebenarannya. Merekapun segera menemui Dopang dan Bangun, orang tua Tulangdidi dan menyampaikan kabar yang mereka terima serta mereka pun mendesak agar Tulangdidi dibunuh demi keselamatan para penduduk kampung. Orang tua Tulangdidi pun tak berdaya menghadapi desakan masyarakat, sehingga akhirnya menyetujui untuk membunuh Tulangdidi. Namun mereka meminta waktu hingga usia Tulangdidi telah cukup untuk dibunuh. Akhirnya Bapaknya berjanji akan membunuh Tulangdidi sendiri dengan tangannya. Hal itu akhirnya disetujui oleh masyarakat yang terhasut. Waktu terus berlalu dan kini Tulangdidi pun tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan cerdik hingga tibalah masanya saat Tulangdidi akan dibunuh oleh Bapak-nya sendiri. Maka Tulangdidi diajak Bapaknya masuk ke dalam hutan yang sangat jauh jaraknya dari rumah tinggal mereka. Sebutir telur ayam diberikan Ibunya kepada Tulangdidi sebagai bekal. Setibanya di dalam hutan, telur ayam itu diletakkan di sebuah sarang burung yang ada di pohon, sebelum Tulangdidi akhirnya dibunuh oleh Bapaknya. Menyaksikan kematian anaknya yang begitu menggenaskan dan mati di tangannya sendiri membuat Dopang, Bapak Tulangdidi sangat bersedih. Dirapikannya mayat anaknya, dipakaikannya pakaian yang paling bagus untuk mayat anaknya, setelah itu diletakkan mayat Tulangdidi di dalam sebuah goa yang ada di dalam hutan. Lalu berlalulah sang Bapak sambil terisak meninggalkan mayat Tulangdidi, kembali pulang ke rumahnya, menemui masyarakat Toraja dan melaporkan bahwa ia telah membunuh Tulangdidi atau anaknya tersebut. Setelah beberapa minggu kejadian itu berlalu maka menetaslah telur ayam yang dibawa Tulangdidi, menjadi seekor ayam jantan. Ayam itu rupanya bukanlah ayam biasa, melainkan seekor ayam ajaib dan bisa bicara seperti manusia dan menjadi besar dalam waktu singkat. Hingga suatu hari sang Ayam menghampiri Goa tempat mayat Tulangdidi di letakkan oleh Bapak-nya. Setibanya di Goa, berkokoklah sang Ayam saat melihat mayat Tulangdidi. Keajaiban pun terjadi, Tulangdidi bangkit kembali dari kematiannya. Ayam Jantan pun menceritakan apa yang terjadi pada Tulangdidi, hingga kemudian mereka pergi keluar dari hutan untuk mencari keluarga Tulangdidi. Orang tua Tulangdidi kaget campur bahagia melihat anaknya telah hidup kembali. Akhirnya merekapun hidup bersama lagi dalam keadaan bahagia sementara masyarakat yang mengetahui hal itu tak bisa berbuat apa apa lagi. Hingga pada suatu waktu saat tiba masanya panen padi telah tiba maka orang orangpun menumbuk padi. Mendekatlah sang ayam jantan ke arah lisung padi untuk mencari makan. Tanpa sengaja kepala sang Ayam terkena sebuah alu. Kesakitan yang dirasakan sang ayam jantan tersebut membuatnya berlari pergi menemui Tulangdidi. Di hadapan Tulangdidi, sang Ayam bercerita bahwa kepala-nya dipukul oleh penumbuk padi, oleh karena itu ia hendak pamitan dan ingin segera pergi berlalu dari Tana Toraja dan berniat menuju ke bulan. Tak sanggup berpisah dengan ayamnya, Tulangdidi pun akhirnya pamitan kepada kedua orang tuanya, dan berpesan jikalau mereka rindu kepada Tulangdidi, maka pandangilah bulan saat bulan purnama, karena saat itulah Tulangdidi bisa dilihat masyarakat Toraja. Saat ayam tersebut selesai pamitan maka terbanglah ayam jantan itu dan Tulangdidi yang berpegangan pada kedua kaki ayam jantannya. Mereka berdua pun terbang ke bulan dan menetap di sana selamanya. Hingga kini di Toraja, masyarakat akan mengingat legenda Tulangdidi saat mereka melihat bulan purnama.
Sumber : https://web.facebook.com/miracle.toraja/posts/-cerita-tulangdidi-yang-melegenda-pada-suatu-masa-di-derah-toraja-hiduplah-sepas/528102750867856/?_rdc=1&_rdr
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja