Prabu Panggung Keraton yang memerintah sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan, memiliki seorang adik perempuan yang sudah terkenal kecantikannya.
Putri Rarang Purbaratna namanya.
Saking cantiknya, rakyat kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan menganggap Putri Rarang Purbaratna adalah seorang titisan bidadari.
Kendati demikian, menginjak usia remaja, Putri Rarang Purbaratna belum juga memiliki jodoh.
Hal ini membuat raja merasa sedih.
Di suatu hari sang raja memanggil adiknya.
“Rayi putri, ada yang ingin Kakang tanyakan kepada Rayi. Sekarang Rayi Putri sudah telah menginjak usia remaja, Kakang merasa sudah saatnya Rayi mendapatkan jodoh. Kalau kakang boleh tahu, sudahkah ada pemuda pilihan hatimu?" tanya prabu Panggung.
"Maaf kakang, Rayi memang sudah lama memikirkan hal ini. Hingga saat ini Rayi belum memiliki tambatan hati. Rayi tidak mempersoalkan siapa yang akan menjadi pendamping hidup Rayi, asalkan dia mampu memenuhi persyaratan Rayi, maka Rayi akan menerima dia menjadi pendamping hidup.” jawab Putri Rarang.
“Oh begitu rupanya. Memang apa persayaratan Rayi Putri untuk calon pendamping hidup? Nanti Kakang akan umumkan ke seantero kerajaan.” tanya prabu penasaran.
“Syaratnya hanya menjelaskan teka-teki dari Rayi, begini bunyinya:
Teras kangkung hati bitung Bekas itik dalam lubuk Bekas angsa pada bantar Bekas semut di atas batu Daun padi kering menjarum Sisir kecil tanduk kucing Sisir besar tanduk kuda Kemben layung kasunten Berhiaskan bianglala Tulis langit gurat mega Panjangnya seputar jagat Intan sebesar buah labu...
seperti itulah." kata sang putri.
“Baiklah kalau begitu.” Setelah mendengar teka-teki dari adiknya, sang prabu kemudian mengirim ratusan utusan yang disebar tidak saja ke seluruh penjuru kerajaan Dayeuh Manggung, bahkan juga ke kerajaan-kerajaan yang jauh.
Kecantikan Putri Rarang Purbaratna sudah tersohor hingga ke kerajaan-kerajaan lain jadi tidak heran tidak berapa lama kemudian halaman istana kerajaan Dayeuh Manggung sudah dipenuhi ribuan pemuda dan bahkan pria-pria tua yang ingin mengikuti sayembara.
Namun, tidak ada satupun dari peserta yang bisa memecahkan teka-teki Putri Rarang.
Banyak diantara para peserta yang merupakan raja-raja dari kerajaan-kerajaan tetangga, namun mereka juga gagal memecahkan teka-teki yang diberikan.
Salah seorang Raja yang gagal bernama Prabu Gajah Menggala dari kerajaan Kuta Genggelang.
Prabu Gajah Manggala sangat marah dengan kegagalannya.
Tidak terima dengan kegagalannya, dia bersumpah akan menyerang kerajaan Dayeuh Manggung jika suatu hari nanti putri Rarang Purbaratna menemukan jodohnya.
Adalah Pangeran Munding Larik dari kerajaan Pakuan Pajajaran, seorang pemuda yang sangat tampan dan gagah, tanpa sengaja terdampar di kerajaan Dayeuh Manggung setelah berhari-hari mengembara di lautan ditemani oleh Patih kerajaan.
Sang Pangeran tengah bersiap menggantikan ayahandanya yang telah sepuh, menjadi raja Pakuan Pajajaran.
Untuk mempersiapkan diri, sang pangeran melakukan pengembaraan dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman.
Raja Pakuan membekali pangeran Munding Larik dengan sebuah gambar bernama Nusa Tiga Puluh Tiga - Bengawan Sewidak Lima dan dua buah senjata.
Dua senjata tersebut bernama Senjata Sejuta Malang dan Keris Gagak Karancang.
Menurut ayahandanya, di sebuah daerah yang mirip gambar Nusa Tiga Puluh Tiga itulah Pangeran Munding Larik akan menemui jodohnya.
Karena telah terdampar di daratan, Pangeran dengan ditemani patihnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan lewat daratan.
Karena tidak mengenal daerah tersebut, maka mereka berdua mencari tempat yang tinggi.
Setelah tiba di tempat tinggi, betapa terkejutnya sang pangeran, karena ternyata daerah tersebut sangat mirip dengan gambar yang dipegangnya.
Sang Patih menyarankan agar mereka menemui penguasa kerajaan tersebut.
Setelah bertanya-tanya kepada para penduduk, akhirnya tibalah Pangeran Munding Larik beserta seluruh prajuritnya di istana Dayeuh Manggung.
Prabu Panggung Keraton tentu saja merasa sangat senang hati menerima kedatangan Pangeran Munding Larik dari kerajaan Pakuan Pajajaran.
Sang Prabu menjelaskan bahwa saat itu tengah diadakan sayembara memecahkan teka-teki dalam rangka mencari jodoh bagi adiknya Putri Rarang Purbaratna.
Pangeran Munding Larik yang terkesima dengan kecantikan sang putri, memutuskan untuk ikut sayembara tersebut dan ternyata bisa memecahkan teka-teki sang putri dengan mudah.
Setelah dibacakan teka-teki dari sang putri, pangeran Munding Larik terdiam sejenak kemudian berkata: "Artinya setiap ilmu kesejahteraan adalah jalan menuju keselamatan. Itulah yang dinamakan kehampaan sejati. Yang berarti asal yang sejati dan kehidupan yang sejati. Siapa saja yang mampu memahami hal tersebut, maka tentunya akan bertemu dengan kesejahteraan dan keselamatan. Dan itulah yang disebut dengan kesempurnaan sejati."
Putri Rarang Purbaratna sangat gembira karena seorang pangeran tampan dari kerajaan Pakuan Pajajaran berhasil menjawab teka-tekinya.
Karena Pangeran Munding Larik berhasil menjawab arti teka-teki tersebut, maka sang Pangeran berhak mempersunting Putri Rarang Purbaratna.
Maka segeralah digelar pesta pernikahan besar-besaran.
Seluruh rakyat negeri Dayeuh Mangung menyambut gembira dan ikut berpesta di istana.
Mengetahui Putri Rarang telah berhasil mendapatkan jodohnya, Prabu Gajah Manggala sangat marah.
Dia lalu pergi ke Goa Jotang untuk menemui siluman Jonggrang Kalapitung yang terkenal sakti dan memintanya untuk menculik Putri Purbaratna.
Tentu saja itu adalah hal mudah bagi siluman tersebut.
Dengan mudah dia menemukan kamar putri Rarang Purbaratna yang saat itu sedang tertidur pulas.
Namun begitu melihat kecantikan sang putri, Jonggrang Kalapitung jatuh hati.
Alih-alih menculik sang putri untuk dibawa ke tempat Prabu Gajah Menggala, Jonggrang Kalapitung malah menyembunyikannya.
Istana pun gempar karena Putri Rarang diculik.
Prabu Panggung Keraton sangat marah mengetahui adiknya diculik.
Dia mengutus patihnya pergi ke kerajaan Kuta Genggaleng untuk menemui Prabu Gajah Menggala yang diyakini sebagai dalang penculikan adiknya.
Namun patihnya malah menemui ajal di tangan Prabu Gajah Menggala.
Maka Prabu Panggung Keraton memutuskan untuk menghadapinya sendiri.
Maka berangkatlah sang raja ke kerajaan Kuta Genggaleng.
Setelah Prabu Panggung Keraton bertemu Prabu Gajah Menggala, mereka pun bertarung hebat.
Keduanya sama-sama sakti mandraguna.
Berbagai jurus dan ilmu mereka keluarkan.
Akhirnya menjelang sore, Prabu Gajah menggala yang sudah kelelahan dapat dikalahkan oleh prabu Panggung Keraton.
Karena sudah tidak berdaya, Prabu Gajah Menggala memohon ampun dan berjanji akan mengembalikan putri Rarang Purbaratna.
Maka dia pun segera menemui Jonggrang Kalapitung dan membawa kembali Putri Rarang Purbaratna ke negerinya.
Akhirnya Jonggrang Kalapitung mengembalikan Putri Rarang ke istana kerajaan Dayeuh Manggung.
Namun rupanya Jonggrang Kalapitung masih menyimpan rasa cinta kepada Putri Rarang Purbaratna.
Maka beberapa bulan kemudian saat sang putri sedang hamil tua, Jonggrang Kalapitung kembali menculiknya.
Di perjalanan Putri Rarang melahirkan bayi kembar, sehingga Jonggrang Kalapitung memutuskan untuk merubah dirinya menjadi ular besar lalu menelan sang putri sedangkan kedua bayi kembarnya ditinggalkan begitu saja di tengah hutan.
Di istana kerajaan Dayeuh Manggung terjadi kehebohan karena Putri Rarang kembali diculik.
Prabu Panggung Keraton segera mencari sang putri.
Di tengah hutan sang prabu menemukan kedua bayi kembar tersebut.
Ajaib sekali, meski masih bayi mereka sudah bisa berlari-lari sehingga sang prabu pun maklum bahwa mereka bukan bayi sembarangan.
Kedua bayi kembar tersebut mengatakan bahwa ibu mereka ditelan oleh ular besar.
Maka mereka bertiga pun segera mengejar ular besar yang menelan Putri Rarang Purbaratna.
Setelah melalui perkelahian yang sangat seru, Jonggrang Kalapitung pun tewas tertebas keris pusaka Prabu Panggung Keraton.
Akhirnya mereka berhasil mengeluarkan Putri Rarang Purbaratna yang ternyata masih hidup dari dalam perut ular siluman tersebut dan kemudian mereka kembali ke kerajaan Dayeuh Manggung.
Sejak saat itu mereka hidup bahagia tanpa gangguan dari pihak lain.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja