Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sumatera Barat Sumatera Barat
Cerita Rakyat Si Malanca
- 11 Januari 2021

Diceritakan ada seorang anak muda bernama si Malanca. Ia dari keluarga miskin dan tidak mempunyai pekerjaan dan kepandaian. Pada suatu hari si Malanca merantau dan ia berhasil mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan kepandaian, yaitu menjadi tukang cuci piring di sebuah lepau nasi. Ia rajin memperhatikan orang-orang bekerja, terutama cara orang memasak. Oleh karena keyakinan dan kesungguhannya maka ia pandai memasak segala macam jenis masakan. Selama bekerja, si Malanca berkenalan dengan seorang gadis yang pada akhirnya menjadi istrinya. Karena diperantauan tidak ada perubahan dan peningkatan nasib, maka si Malanca dan istrinya pulang kampung. Tersebarlah di kampung itu bahwa si Malanca telah pulang dari rantau dan mereka mempunyai pandangan bahwa pulang merantau pasti beroleh rejeki banyak, karena si Malanca pulang membawa seorang istri. Padahal dalam kehidupan sehari-harinya ia hidup sangat payah. Setiap harinya ia memikirkan untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk beli beras. Pada suatu hari, satu bulan telah berlalu persediaan beras si Malanca sudah mulai menipis. Iapun sudah berfikir-fikir bagaimana usaha untuk memperoleh yang akan dimakan pada masa-masa berikutnya. Lelah berfikir, si Malanca mendapat akal. Dibelilah oleh si Malanca seekor kambing kecil. Daging ini dibagi-bagikan ke beberapa lepau nasi. Kemudian dibelinya pula sebuah topi pandan dan diberinya bergiring-giring. Sore harinya, si Malanca pergi ke rumah raja. Ia berkata "Tuanku, aku punya sebuah topi keramat. Mari kita pergi ke pasar. Disana akan Tuanku buktikan sendiri bagaimana keramatnya topi ini" lalu sang Raja pun menjawab "Kalau itu maksud Malanca, aku suka sekali untuk ikut". Raja percaya juga bahwa topi keramat itu tentulah hasil jerih payah selama si Malanca merantau dulu. Mereka pun beriringan menuju pasar.

Tiba di suatu lepau nasi, si Malanca menyuruh mereka makan sepuas-puasnya. Setelah selesai makan, si Malanca lalu memasang topi giring-giringnya. Kemudian ia arahkan mukanya pada orang lepau lalu diangguk-anggukannya kepalanya. Giring-giring berbunyi. Orang lepaupun mengangguk-angguk pula. Hanya itu dan mereka terus pergi berlalu saja. Kini mereka berjalan lagi. Mereka berjumpa dengan lepau nasi sebuah lagi dan mereka pun masuk. Setelah makan dicobakan pula persis seperti pada lepau pertama. Akhirnya raja berfikir-fikir. Kalau demikian memang betul-betul keramat topi si Malanca ini. Dengan hanya mengangguk-angguk saja bisa makan tanpa bayar di setiap lepau. Akhirnya raja sangat tertarik pada topi si Malanca. Raja: "Bagaimana kalau topi itu ku beli saja" tawar sang Raja. Si Malanca: "Kalau begitu maksud Tuanku, rasanya Hamba betul-betul keberatan. Hanya itulah milikku. Jika topi ini pergi dariku, payahlah memikirkan untuk makan hamba sehari-harinya" sahut si Malanca. Raja: "Kalau itu yang engkau fikirkan, tak usah gentar. Aku akan memberikan engkau setumpak sawah Si Malanca: "Hamba betul-betul keberatan, tetapi bila Tuanku terlalu berharap, Hamba akan menyutujuinya". Malanca pun menyerahkan topi itu pada raja, sementara si Malanca menerima setumpak sawah untuk tukarannya. Dua hari kemudian pergilah raja ke pasar. Mereka pergi kira-kira sepuluh orang, yaitu termasuk anak, istri, dan adik-adiknya. Raja tidak lupa membawa topi keramatnya yang berasal dari si Malanca itu.

Tiba di pasar masuklah mereka ke sebuah lepau yang termashyur. Orang lepau pun menghidangkan makanan selengkapnya bagi mereka. Mereka pun menyantap hidangan itu dengan lahapnya dan menghabiskannya. Sesudah mereka selesai makan, raja pun memasang topi giring-giringnya. Kemudian ia melihat pada orang lepau sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat, hingga kedengaran bunyi giring-giring itu. Orang-orang lepau hanya tercengang-cengang saja. Lalu berangkatlah rombongan itu keluar dan raja berjalan paling belakang. Sesudah hampir pergi seluruh rombongan raja dari pintu lepau, dihambatlah raja yang berjalan paling belakang itu oleh orang lepau. Orang lepau pun menagih biaya dari makanan yang telah habis dilahap mereka itu oleh karena malu, terpaksalah raja membayarnya tanpa bisa bicara sedikitpun. Untung pada saat itu raja membawa uang. Lalu raja merasa dongkol hatinya pada si Malanca karena merasa ditipu. Oleh sakit hatinya maka Raja hendak membunuh si Malanca. Jika maksudnya untuk membunuh Malanca tercapai maka raja akan mengawini istri Malanca, apalagi dia pandai memasak. Dengan kecewa yang tidak tertahankan maka pulanglah kembali raja berserta rombongannya dari pasar itu.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline