Diceritakan ada seorang anak muda bernama si Malanca. Ia dari keluarga miskin dan tidak mempunyai pekerjaan dan kepandaian. Pada suatu hari si Malanca merantau dan ia berhasil mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan kepandaian, yaitu menjadi tukang cuci piring di sebuah lepau nasi. Ia rajin memperhatikan orang-orang bekerja, terutama cara orang memasak. Oleh karena keyakinan dan kesungguhannya maka ia pandai memasak segala macam jenis masakan. Selama bekerja, si Malanca berkenalan dengan seorang gadis yang pada akhirnya menjadi istrinya. Karena diperantauan tidak ada perubahan dan peningkatan nasib, maka si Malanca dan istrinya pulang kampung. Tersebarlah di kampung itu bahwa si Malanca telah pulang dari rantau dan mereka mempunyai pandangan bahwa pulang merantau pasti beroleh rejeki banyak, karena si Malanca pulang membawa seorang istri. Padahal dalam kehidupan sehari-harinya ia hidup sangat payah. Setiap harinya ia memikirkan untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk beli beras. Pada suatu hari, satu bulan telah berlalu persediaan beras si Malanca sudah mulai menipis. Iapun sudah berfikir-fikir bagaimana usaha untuk memperoleh yang akan dimakan pada masa-masa berikutnya. Lelah berfikir, si Malanca mendapat akal. Dibelilah oleh si Malanca seekor kambing kecil. Daging ini dibagi-bagikan ke beberapa lepau nasi. Kemudian dibelinya pula sebuah topi pandan dan diberinya bergiring-giring. Sore harinya, si Malanca pergi ke rumah raja. Ia berkata "Tuanku, aku punya sebuah topi keramat. Mari kita pergi ke pasar. Disana akan Tuanku buktikan sendiri bagaimana keramatnya topi ini" lalu sang Raja pun menjawab "Kalau itu maksud Malanca, aku suka sekali untuk ikut". Raja percaya juga bahwa topi keramat itu tentulah hasil jerih payah selama si Malanca merantau dulu. Mereka pun beriringan menuju pasar.
Tiba di suatu lepau nasi, si Malanca menyuruh mereka makan sepuas-puasnya. Setelah selesai makan, si Malanca lalu memasang topi giring-giringnya. Kemudian ia arahkan mukanya pada orang lepau lalu diangguk-anggukannya kepalanya. Giring-giring berbunyi. Orang lepaupun mengangguk-angguk pula. Hanya itu dan mereka terus pergi berlalu saja. Kini mereka berjalan lagi. Mereka berjumpa dengan lepau nasi sebuah lagi dan mereka pun masuk. Setelah makan dicobakan pula persis seperti pada lepau pertama. Akhirnya raja berfikir-fikir. Kalau demikian memang betul-betul keramat topi si Malanca ini. Dengan hanya mengangguk-angguk saja bisa makan tanpa bayar di setiap lepau. Akhirnya raja sangat tertarik pada topi si Malanca. Raja: "Bagaimana kalau topi itu ku beli saja" tawar sang Raja. Si Malanca: "Kalau begitu maksud Tuanku, rasanya Hamba betul-betul keberatan. Hanya itulah milikku. Jika topi ini pergi dariku, payahlah memikirkan untuk makan hamba sehari-harinya" sahut si Malanca. Raja: "Kalau itu yang engkau fikirkan, tak usah gentar. Aku akan memberikan engkau setumpak sawah Si Malanca: "Hamba betul-betul keberatan, tetapi bila Tuanku terlalu berharap, Hamba akan menyutujuinya". Malanca pun menyerahkan topi itu pada raja, sementara si Malanca menerima setumpak sawah untuk tukarannya. Dua hari kemudian pergilah raja ke pasar. Mereka pergi kira-kira sepuluh orang, yaitu termasuk anak, istri, dan adik-adiknya. Raja tidak lupa membawa topi keramatnya yang berasal dari si Malanca itu.
Tiba di pasar masuklah mereka ke sebuah lepau yang termashyur. Orang lepau pun menghidangkan makanan selengkapnya bagi mereka. Mereka pun menyantap hidangan itu dengan lahapnya dan menghabiskannya. Sesudah mereka selesai makan, raja pun memasang topi giring-giringnya. Kemudian ia melihat pada orang lepau sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat, hingga kedengaran bunyi giring-giring itu. Orang-orang lepau hanya tercengang-cengang saja. Lalu berangkatlah rombongan itu keluar dan raja berjalan paling belakang. Sesudah hampir pergi seluruh rombongan raja dari pintu lepau, dihambatlah raja yang berjalan paling belakang itu oleh orang lepau. Orang lepau pun menagih biaya dari makanan yang telah habis dilahap mereka itu oleh karena malu, terpaksalah raja membayarnya tanpa bisa bicara sedikitpun. Untung pada saat itu raja membawa uang. Lalu raja merasa dongkol hatinya pada si Malanca karena merasa ditipu. Oleh sakit hatinya maka Raja hendak membunuh si Malanca. Jika maksudnya untuk membunuh Malanca tercapai maka raja akan mengawini istri Malanca, apalagi dia pandai memasak. Dengan kecewa yang tidak tertahankan maka pulanglah kembali raja berserta rombongannya dari pasar itu.
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...