Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Ngawi
Cerita Rakyat Ngawi: Kisah Tragis Jaka Budug dari Kerajaan Powan
- 1 Mei 2023 - direvisi ke 2 oleh Haha_syifa_21 pada 1 Mei 2023

Kabupaten Ngawi yang terletak di Provinsi Jawa Timur menyimpan segudang cerita rakyat dan legenda yang menarik. Salah satu di antaranya adalah cerita rakyat Jaka Budug yang berasal dari Dusun Powan, Desa Tulakan, Kecamatan Sine. Kita dapat menemukan beragam versi cerita yang menceritakan seorang tokoh bernama Jaka Budug. Namun dalam artikel ini, akan diceritakan satu kisah pilu yang menimpa Jaka Budug.

Ratusan tahun yang lalu di tanah Jawa, berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Powan. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja Powan yang bijaksana dan dibantu oleh seorang patih. Raja Powan memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik dan terkenal di seluruh penjuru negeri. Selama ini, kehidupan di Kerajaan Powan selalu dilimpahi kemakmuran. Namun pada suatu hari, musim kemarau tak kunjung usai. Kondisi ini sangat menyengsarakan penduduk kerajaan.

Untuk mengatasi kekeringan tersebut, Raja Powan memutuskan untuk mengadakan sayembara bagi siapapun yang dapat mengakhiri musim kemarau di Kerajaan Powan. Imbalannya, jika ia laki-laki, maka ia akan dinikahkan oleh Putri Powan. Sedangkan jika ia perempuan, maka ia akan menerima uang dengan jumlah yang banyak. Ia kemudian meminta patihnya untuk mengumumkan sayembara ini ke seluruh penduduk kerajaan.

Setelah kabar tentang sayembara tersebut menyebar ke seluruh penjuru negeri, warga berbondong-bondong melakukan berbagai upaya untuk menghentikan musim kemarau ini. Banyak dari mereka yang bersemedi, mencari sumber air, melakukan berbagai ritual pemanggil hujan, dan lain-lain. Namun sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil menghentikan kekeringan di Kerajaan Powan.

Melihat keadaan tersebut, Raja Powan mulai risau. Ia takut jika nantinya tidak ada yang berhasil memenangkan sayembara tersebut. Di saat peserta sayembara, warga, dan raja mulai putus asa, muncul seorang pemuda yang akhirnya berhasil membuka saluran air di salah satu wilayah di Kerajaan Powan. Ia bernama Jaka Budug. Seluruh penduduk dan bangsawan di kerajaan menyambut hal ini dengan penuh suka cita. Akhirnya, kekeringan di Kerajaan Powan dapat teratasi.

Tiba saatnya pada momen pemberian imbalan, Jaka Budug yang berhasil membuka saluran air tersebut dipanggil untuk menghadap Raja Powan di istana kerajaan. Begitu melihat pemuda itu, betapa terkejutnya Sang Raja. Hampir seluruh tubuh pemuda tersebut dipenuhi oleh gudik, salah satu jenis penyakit yang menyerang kulit. Untuk sejenak, Raja memikirkan bagaimana putrinya bisa menerima pemuda itu sebagai suami.

Setelah berpikir, Raja pun meminta patih kepercayaannya untuk membersihkan Jaka Budug. Raja ingin agar kulit Jaka Budug bersih kembali. Namun sayangnya, patih kerajaan menafsirkan perintah tersebut dengan makna yang berbeda. Baginya, membersihkan berarti menghabisi atau membunuh. Akibat dari adanya kesalahpahaman tersebut, Jaka Budug pun tewas terbunuh.

Atas perintah raja, Jaka Budug akhirnya dikuburkan di sebuah bukit. Namun anehnya, setiap hendak dikubur, jasadnya semakin lama semakin memanjang. Hal ini membuat penggali kubur tak henti-hentinya menggali. Hingga beberapa saat kemudian, terdengar suara misterius yang entah dari mana asalnya. Suara itu terdengar mirip dengan suara Jaka Budug dan berkata, “Aku hanya ingin dikuburkan bersama Putri Powan. Jika tidak, jasadku semakin lama akan semakin memanjang,”.

Mendengar suara misterius tersebut, para penggali kubur suruhan Sang Raja berniat untuk mengejar Putri Powan agar dapat dimakamkan bersama Jaka Budug. Selamatnya, Sang Putri pun berhasil berlari melarikan diri. Pada akhirnya, jasad Jaka Budug tetap dikuburkan seorang sendiri tetapi dengan panjang makam yang tak lazim.

Konon katanya, sebuah makam kuno yang ditemukan di puncak Gunung Lirliran yang terletak di Sine, Ngawi adalah makam Jaka Budug. Hal ini disebabkan karena makam tersebut berukuran sangat panjang layaknya isi cerita Jaka Budug. Sedangkan, sisa-sisa peninggalan Kerajaan Powan sendiri dapat disaksikan di Dusun Powan, Desa Tulakan, Kecamatan Sine. Di situs tersebut, kita dapat melihat sisa-sisa gapura masuk Kerajaan Powan.

Begitulah isi dari salah satu versi cerita rakyat Jaka Budug. Cerita rakyat ini menyebar di masyarakat dari mulut ke mulut. Para orang tua melestarikan produk kebudayaan berupa cerita rakyat ini dengan menceritakannya ke anak dan cucu mereka. Dengan begitu, cerita ini tetap eksis hingga sekarang.

Referensi: Hasil wawancara penulis dengan Bapak Ripto dan Bapak Agus (Ngawi, 25 April 2023)

Santosa, E. (2003). Seri Pendidikan Budaya: Cerita Rakyat dari Jawa Timur 3. Jakarta: Grasindo.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline