Anak
597 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
DALIHAN NATOLU SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MASYARAKAT BATAK TOBA DALAM MENJALIN KEKERABATAN
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Negara Indonesia terdiri dari suku bangsa yang memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Budaya dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena masyarakat sebagai pendukung dan pelaku kebudayaan tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan saling ketergantungan satu sama lain. Hal inilah yang berlaku dalam kebudayaan Batak yang memiliki falsafah Dalihan na tolu sebagai patron utama dalam menjalani kehidupan. Suku Batak terdiri dari lima rumpun besar. Batak Toba adalah salah satu rumpun yang memegang teguh adat istiadat sebagaimana akan dikaji dalam artikel ini sesuai konsep falsafah Dalihan na tolu. Namun, pada masa kini banyak generasi muda yang tidak mengetahui apa itu Dalihan na tolu, Sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seolah terlupakan dan tidak berarti. Oleh sebab itu artikel ini bertujuan untuk menerangkan nilai-nilai yang terdapat pada falsafah Dalihan na tolu, agar menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya bagi generasi muda Suku Batak Toba yang menjadi bagian...

avatar
Yohanesmanullang
Gambar Entri
Jambatan Tapanuli
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Marjambatan Tapanuli, atau Ular Naga, ada juga menyebutnya marole-ole. Dimainkan malam hari oleh anak laki maupun perempuan, kira-kira 8 anak atau lebih. Anak-anak akan berbaris di halaman. Dua orang saling berpegangan tangan diangkat ke atas, seolah gapura pintu gerbang ke jembatan. Sebelum mulai bermain, anak-anak dalam barisan akan berteriak bertanya: “Boi Maridi?” (Boleh menumpang mandi?” Kedua anak di gerbang akan menjawab “Boi!” (Boleh!) Setelah itu anak-anak akan masuk menyuruk ‘gapura - jembatan’ tangan kedua anak secara merunduk, sambil bernyanyi ramai-ramai: “ .. Jambatan Tapanuli, na denggan jala na uli. Manuruk hamu sudena, tartangkup na parpudi. Ole ole, langkat ni tobu hape. Molo poltak bulan i, mambuat boru hape. Boru ni ise tahe, boru ni raja ..! Tepat pada suku kata ‘ja’ di ujung syair, kedua tangan ‘gapura’ akan diturunkan menangkap anak yang tepat di bawahnya. Anak itu akan ditanya mau ikut anak ‘gapura’, lalu ia akan ‘ditawan’ di belakang anak penjaga gapura pili...

avatar
As.bookmark
Gambar Entri
Mangongkal Holi: Budaya Unik dari Suku Batak Toba untuk Menghormati Leluhur
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Sumatera utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kebudayaan yang beragam, kekayaan suku-suku serta adat istiadat di dalamnya. Provinsi ini menjadi jendela yang memperlihatkan betapa kaya dan indahnya warisan budaya Indonesia dengan keberagaman budaya yang ada dan selama ini telah hidup bersama kehidupan masyarakat di sana. Suku Batak, yang terdiri dari kelompok etnis Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing, dan Pakpak merupakan salah satu suku terbesar dan paling terkenal di provinsi Sumatera Utara. Setiap etnis dalam suku batak ini tentunya memiliki kebudayaan masing-masing yang sangat khas dan menarik untuk diketahui orang banyak. Salah satunya adalah tradisi “Mangongkal Holi” yang merupakan salah satu tradisi unik masyarakat Suku Batak Toba. Mangongkal Holi adalah salah satu tradisi membongkar kembali makam (udean) orang yang sudah lama meninggal untuk diambil sisa tulang-belulang (holi-holi) dan dipindahkan ke tugu (tambak). Ini merupakan salah satu bu...

avatar
Haha_sosmasyinfo2023
Gambar Entri
Batu Parhundulan Tuan Manggala Bulan
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sumatera Utara

Batu Parhundulan Tuan Manggala Bulan merupakan batu tempat duduk Tuan Manggala Bulan. Batu yang terletak di kawasan Rumahela, Situs Parhutaan Raja Isumbaon, di daerah Pusuk Buhit. Menurut sumber yang diperoleh pada saat Tim Survey Batakologi melakukan Ekspedisi ke Samosir, Pusuk Buhit dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah hasundutan (barat) yang didiami oleh Guru Tatea Bulan, dan daerah habinsaran (timur) yang didiami oleh Raja Isombaon, keduanya merupakan anak dari Si Raja Batak. Tuan Manggala Bulan adalah anak sulung dari Raja Isombaon. Kisahnya tidak tercatat di buku Tarombo Batak, sebab beliau tidak memiliki keturunan, dan diyakini Batu Parhundulan inilah tempat Tuan Manggala Bulan senang melihat Danau Toba dari atas Pusuk Buhit.

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Mangelek Ompu Raja Tao Toba
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Dalam rangkaian kegiatan Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak (FWELB) yang diselenggarakan oleh Komunitas Rumahela dari tanggal 1 hinggal tanggal 10 Juli 2024, acara pertama yang dilaksanakan adalah Mangelek Ompu Raja Tao Toba . Dalam Bahasa Batak Toba, mangelek berarti memohon, atau membujuk. Dalam acara ini, mangelek ditujukan kepada Ompu Raja Tao Toba. Menurut sumber yang diperoleh Tim Survey Batakologi ketika melakukan ekspedisi di kawasan Samosir, dijelaskan bahwa Ompu Raja Tao Toba merupakan ayah dari Si Boru Siak Goina, istri dari Raja Isombaon. Beliau dipercaya menjadi penguasa Danau Toba. Tujuan dari mangelek ini adalah untuk memohon restu dari sang penguasa Danau Toba agar kegiatan yang akan dijalankan sepanjang 10 hari ini berjalan dengan baik. Di dalam Ritual Mangelek Ompu Raja Tao Toba, disajikan juga di atas kapal berbagai macam makanan dan minuman serta buah-buahan yang terbaik untuk acara ini, hal ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada Ompu Raja Tao Toba....

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela)
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sumatera Utara

Menurut sumber yang diperoleh dari hasil ekspedisi Tim Survey Batakologi di Samosir, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) ditemukan pada tahun 2010 dan sampai pada Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak tahun 2024, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) tetap dijaga dan dirawat oleh Komunitas Rumahela. Ketika Tim Survey Batakologi mengunjungi acara festival yang diselenggarakan dari tanggal 1 Juli hingga tanggal 10 Juli 2024, pada tanggal 5 Juli diadakan acara Misa Inkulturasi yang diselenggarakan menurut Agama Kristen Katolik. Hal ini menjadi informasi yang menarik dimana perpaduan antara agama dan budaya berkolaborasi dalam perayaan suatu ibadah. Adapun Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) berada di bagian timur Pusuk Buhit (Habinsaran) dan diyakini sebagai awal mula peradaban masyarakat Batak yang berasal dari keturunan-keturunan dari Raja Isombaon (anak kedua dari Si Raja Batak), sedangkan di bagian barat (Hasundutan) dihuni oleh keturunan dari Guru Tatea Bulan.

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Pasahat Ulian
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Pasahat Ulian merupakan salah satu dari beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak, dimana acara ini bertujuan untuk menyampaikan permohonan dan persembahan kepada Debata Mulajadi Na Bolon dan juga kepada para leluhur. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat parnangkok ni mata ni ari (sekitar pukul 12 siang). Menurut sumber yang kami peroleh ketika Tim Survey Batakologi melakukan ekspedisi di Samosir, seluruh tamu yang hadir menghadap ke arah Situs Parhutaan Raja Isombaon yang letaknya berada di Gunung Pusuk Buhit yang diyakini sebagai awal mula peradaban Batak. Pasahat Ulian yang dipersiapkan antara lain daging kerbau (saksang horbo), ihan naniura, indahan songko, kelapa, pisang, semangka, nasi kuning, nasi putih, telur, dan masih banyak lagi.

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Sangsang Horbo
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sumatera Utara

Dalam pesta Batak, sangsang merupakan salah satu makanan yang biasa dihidangkan untuk para tamu, dan biasanya menggunakan daging babi. Namun ketika Tim Ekspedisi Batakologi menghadiri Acara Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak, sangsang yang dihidangkan tidak menggunakan daging babi, melainkan menggunakan daging kerbau (horbo). Bagaimanakah dengan rasanya? Tentu keduanya memiliki tekstur yang berbeda.

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Ulos Jugia
Pakaian Tradisional Pakaian Tradisional
Sumatera Utara

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimpang di "Parmonang-monangan" (Hombung). Menurut kepercayaan oran batak, ulos jenis ini tidak dapat dipakai sembarangan dan hanya orang tertentu saja yang dapat menggunakan ulos Jogia ini. Orang yang menggunakan ulos ini adalah orang yang sudah Saurmatua yaitu semua anak laki-laki dan perempuan sudah menikah dan dari semua anak laki-laki dan perempuannya dia sudah memiliki cucu. Hanya orang yang demikianlah yang di sebut "Na gabe", yang berhak menggunakan Ulos Jugia ini, Selama masih ada anaknya yang belum kawin, atau masih ada anaknya (laki-laki dan perempuan) yang belum memiliki keturunan, maka belum digolongkan menjadi orang uamg saurmatua Untuk lebih jelas terkait dengan status Saurmatua, berikut contoh dalam keluarganya. Seorang keluarga Terdiri dari Ayah, Ibu dan 5 anak laki-laki, dan 2 anak perempuan, maka t...

avatar
Zendratoteam