Di desa Lawang Agung Lama kecamatan Muara Payang Kabupaten Lahat terdapat suatu tradisi yang masih ada hingga sekarang dan disebut dengan "Bersih Dusun". Bersih dusun dilakukan apabila terdapat salah seorang warga yang melakukan perbuatan zina atau hamil diluar nikah dan dianggap telah mengotori desa tersebut. Untuk membersihkan desa tersebut adalah dengan menyembelih seekor kambing. Keunikan dari tradisi ini adalah, kambing tersebut harus disembelih jauh dari perkampungan. Mengapa harus jauh dari perkampungan? Karena dikatakan oleh para tetua adat, bahwa asap dari kambing yang dimasak tersebut tidak boleh masuk ke dalam desa karena jika asapnya masuk ke dalam desa, mereka percaya nanti keluarga yang masih memiliki anak gadis akan mengalami hal itu juga. Orang-orang yang berpartisipasi dalam tradisi ini adalah bapak-bapak yang sudah tua atau yang memiliki anak tetapi sudah menikah semua. Karena apabila ada remaja laki-laki atau bapak-bapak yang masih memiliki anak gadis dan m...
Di desa Lawang Agung Lama kecamatan Muara Payang Kabupaten Lahat terdapat suatu tradisi yang masih ada hingga sekarang dan disebut dengan "Bersih Dusun". Bersih dusun dilakukan apabila terdapat salah seorang warga yang melakukan perbuatan zina atau hamil diluar nikah dan dianggap telah mengotori desa tersebut. Untuk membersihkan desa tersebut adalah dengan menyembelih seekor kambing. Keunikan dari tradisi ini adalah, kambing tersebut harus disembelih jauh dari perkampungan. Mengapa harus jauh dari perkampungan? Karena dikatakan oleh para tetua adat, bahwa asap dari kambing yang dimasak tersebut tidak boleh masuk ke dalam desa karena jika asapnya masuk ke dalam desa, mereka percaya nanti keluarga yang masih memiliki anak gadis akan mengalami hal itu juga. Orang-orang yang berpartisipasi dalam tradisi ini adalah bapak-bapak yang sudah tua atau yang memiliki anak tetapi sudah menikah semua. Karena apabila ada remaja laki-laki atau bapak-bapak yang masih memiliki anak gadis dan m...
Secara ilmiah, cerita rakyat peninggalan Si Pahit Lidah sebenarnya hanya imbuhan, karena para pakar arkeologi sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini masih terkagum-kagum dan takjub dengan peninggalan budaya masa lampau, yang konon ditaksir sudah ada sejak beratus-ratus tahun silam itu. Tapi cerita masyarakat Sumsel, arca batu yang bertahtahkan torehan bentuk manusia, bahkan kapal batu di laut, dan sebuah goa merupakan bukti kutukan yang pernah dilakukan Si Pahit Lidah pada zamannya. Batu macan adalah salah satu mitos peninggalan kutukan si pahit lidah. Patung Batu Macan terdapat di Kecamatan Pulau Pinang, Kota Lahat, sudah ada sejak zaman Majapahit pada abad 14. Batu macan ini merupakan simbol sebagai penjaga (terhadap perzinahan dan pertumpahan darah) dari 4 daerah, yaitu: Pagar Gunung, Gumai Ulu, Gumai Lembah dan Gumai Talang. Menurut Wikipedia berdasarkan keterangan yang diperoleh dari penjaga situs setempat, kisah batu macan terkait dengan legenda...
Mak mana urang tua Tak kecek ati Tige bulan tamat sakolah Pangalok nak bi leki Tige bulan tamat sakolah Pangalok nak bi leki Payo dituruti Kalu ia nak pekok Tige taun ia bi leki Pangalok mintak campak'an bie Tige taun ia bi leki Pangalok mintak campak'an bie Ninggalan anak sikok Empay pacak makan bie Umakna jende mude Gewena bi raes bie Pagi petang ia bireyau Dirumah... ruwak redang Juharah mun ia nak gewal Lagak tak apa ka sukaran Juharah mun ia nak gewal Lagak tak apa ka sukaran Payo dituruti Kalu ia nak pekok Tige taun ia bi leki Pangalok mintak campak'an bie Tige taun ia bi leki Pangalok mintak campak'an bie Ninggalan anak sikok Empay pacak makan bie Umakna jende mude Gewena bi raes bie Pagi petang ia bireyau Dirumah... ruwak redang Juharah mun ia nak gewal Lagak tak apa ka sukaran Juharah mun ia nak gewal Lagak tak apa ka sukaran Juharah mun ia nak gewal Lagak tak apa ka sukaran Juharah mun ia nak gewal Lagak tak apa ka sukaran Sumber: https://youtu....
Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bulan Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bintang Aku bukan urang takata Bukan urang tarkenal Aku bukan Urang tapandang Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bulan Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bintang Rejak mara ku tak ngarap Kau gelak dengan aku Aku ni juge ngerasa Aku anak urang sara Belom tidok, lah bi mimpi Kau tak pantas dengan aku Gik deri pundeh, lah ka klek'an Kita jioh bilainan Gik deri pundeh, lah ka klek'an Kita jioh bilainan Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bulan Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bintang Rejak mara ku tak ngarap Kau gelak dengan aku Aku ni juge ngerasa Aku anak urang sara Belom tidok, lah bi mimpi Kau tak pantas dengan aku Gik deri pundeh, lah ka klek'an Kita jioh bilainan Gik deri pundeh, lah ka klek'an Kita jioh bilainan Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bulan Tak ade, tak kan ade.. eee Aku ngang gepai bintang Sumber: https://youtu....
Dul Muluk merupakan salah satu seni tradisional di Sumatera Selatan. Teater Abdul Muluk pertama kali terinspirasi dari seorang pedagang keturunan arab yang bernama Wan Bakar. Dia datang ke Palembang pada abad ke-20 lalu menggelar pembacaan kisah petualangan Abdul Muluk Jauhari, anak Sultan Abdul Hamid Syah yang bertakhta di negeri Berbari di sekitar rumahnya di Tangga Takat, 16 Ulu. Acara itu menarik minat masyarakat sehingga datang berkerumun. Sejak itu Wan Bakar sering diundang untuk membacakan kisah-kisah tentang Abdul Muluk pada berbagai perhelatan, seperti acara perkawinan, khitanan atau syukuran saat pertama mencukur rambut bayi. Bersama murid-muridnya, antara lain Kamaludin dan Pasirah Nuhasan, Wan Bakar lalu memasukkan unsur musik gambus dan terbangan (sejenis musik rebana) sebagai pengiring. Bentuk pertunjukan pun diperkaya. Jika semula Wan Bakar menjadi wakil semua tokoh, kemudian para muridnya dilibatkan membaca sesuai tokoh perannya. Pada tahun 1919, t...
Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.23 No.2 tahun 2018 Fahrozi, M. Nofri and Azmi, Seffiani Dwi and Indriastuti, Kristantina and Nes, Muhammad Riyad and Cho, Taeyoung and Widyawati, Surini and Siregar, Sondang Martini (2018) Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.23 No.2 tahun 2018. Jurnal Arkeologi Siddhayatra, 23 (2). Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Palembang. ISBN 0853-9030 Text Siddhayatra Vol.23 (2) November 2018.pdf Download (8MB) Official URL: http://siddhayatra.kemdikbud.go.id Abstract Seluruh artikel yang dimuat di dalam terbitan Volume 23 No. 2 bulan November tahun 2018 ini melingkupi kajian arkeologi prasejarah, kolonial, klasik, dan linguistik. Tulisan dari Muhammad Nofri Fahrozi memfokuskan...
Suatu ketika di sumidang, Sumatra Selatan, hidup seorag perempuan bernama Sitti. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Aria Tebing, dan ia baru saja menikah dengan seorang bangsawan bernama Serunting. Setelah Sitti pindah ke istana, ia mencemaskan adiknya yang hanya seorang diri tinggal dirumah karena mereka merupakan anak yatim piatu. Maka dari itu, Siiti dan Serunting pun memustuskan untuk menawarkan Aria Tebing supaya tinggal bersama mereka di istana. Setelah Aria Tebing mendengar tawaran itu, ia menolaknya dan berkata ia ingin tinggal sediri dirumah itu agar dapat menjaga tanah peninggalan orang tuanya. Tiba-tiba Aria teringat, orang tuanya pernah berkata bahwa tanah peninggalann itu dibagi dua antara Ariia dengan Sitti. Maka dari itu, Serunting pun memberi saran untu menaruh sebuah pohon diperbatasan tersebut. Setelah pohon tersebut ditaruh, cabang batang kayu yang mengarah ke tanah milik Aria tumbuh sebuah jamur emas sedangkan yang dibagian Sitti tumbuh jamur biasa. Serunti...
Udara dingin malam itu terasa menusuk tulang. Hujan deras disertai angin kencang turun tak henti-henti sejak sore tadi. Di dalam gubuk itu si Lemang duduk berlunjur sambil menyembunyikan kedua tangannya di balik ketiak untuk menahan dingin. Matanya tertuju ke arah jendela kayu yang bergoyang-goyang terkena hentakan angin. Di sampingnya terbaring seorang lelaki tua berpakaian hitam-hitam dengan sarung diikatkan di sekeliling tubuhnya yang tambun. Dari sore tadi ia tertidur dan tidak bangunbangun lagi. Pak Belalang namanya. Penduduk desa biasa memanggilnya Pak Belalang karena mereka mengenalnya sebagai lelaki tua yang pemalas dan suka tidur. Sementara itu, si Lemang seorang anak yang rajin dan suka menolong. Sehari-harinya ia membantu para petani berkebun di ladang. Kadangkadang ia membantu menamam ubi, jagung, dan buah-buahan. Kadangkadang pula ia ikut memanen padi ketika musim panen tiba. Upahnya dia belikan untuk keperluan makan sehari-hari. Malam itu langit tampak gelap. Suara g...