HUT RI
33 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Kaghati
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sulawesi Tenggara

Kaghati dari Sulawesi Tenggara ( https://lppks.org ) Sewaktu kita kecil mungkin pernah bermain dengan layang-layang baik di pekarangan rumah, di pematang sawah, dan lain sebagainya. Layang-layang pertama di Indonesia itu bernama Kaghati, sebuah layang-layang khas suku Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Hal itu dibuktikan dengan adanya lukisan tangan manusia di dalam sebuah gua. Kaghati di Gua Ceruk Sugi, Desa Liang Kobori Lukisan tersebut berada di Gua Ceruk Sugi Patani, Desa Liang Kobori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Propinsi Sulawesi Tenggara, lukisan itu menggambarkan seseorang yang sedang bermain layang-layang. Lukisan dalam gua itu terbuat dari oker. Itu merupakan campuran antara tanah liat dengan getah pohon. Permainan layang-layang (Kaghati) oleh nenek moyang masyarakat Muna telah dilakukan sejak 4 ribu tahun lalu. Hal ini berdasarkan penelitian Wolfgong Bick tahun 1997 di Muna....

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
TANJUNG NAPOTO
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Ratusan tahun yang lalu di Likey wilayah desa Kasihang hiduplah dua orang kakak beradik yang sudah remaja, namun asal-usul  serta orang tua mereka tidak diketahui. Sang kakak tidak diketahui namanya sedangkan adiknya perempuan bernama Sampahauta seorang gadis manis yang memiliki rambut lebat berombak laksana riak air danau yang ditiup angin sepoi-sepoi. Sepeninggal orang tua mereka hanya hidup berdua tetapi selalu rukun. Untuk kebutuhan sehari-hari mereka berkebun dan menangkap ikan. Demikianlah mereka menjalani kehidupan sehari-hari hingga dewasa. Sebagai orang dewasa timbullah keinginan untuk mencari pasangan sebagai teman hidup dan agar memperoleh keturunan. Mereka kemudian saling mengutarakan keinginannya untuk mencari pasangan hidup. Mereka berdua pun sepakat untuk mencari jodoh secara bergantian mengelilingi Tagulandang dengan membawa sebentuk cincin peninggalan orang tuanya. Jika dalam pengembaraan itu bertemu dengan seseorang yang jarinya cocok dengan cincin itu maka di...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Indara Pitaara dan Siraapare
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Dahulu, di sebuah kampung di Sulawesi Tenggara, hiduplah sepasang suami istri. Saat itu, sang istri sedang hamil tua. Semakin mendekati masa kelahiran, ia sering mengalami kesakitan seperti ada benda tajam yang menusuk-nusuk perutnya dari dalam. Melihat keadaan tersebut, sang suami pun hanya bisa pasrah dan berdoa semoga istri yang amat dicintainya itu dapat melahirkan dengan selamat.   Akhirnya, sang istri pun melahirkan anak lelaki kembar. Ajaibnya, kedua anak itu lahir bersama dengan sebuah keris pusaka di tangan kanan masing-masing. Pasangan suami istri pun baru menyadari bahwa ternyata kedua keris itulah yang kerap menusuk-nusuk perut sang istri. Mereka kemudian memberi nama kedua anak kembarnya itu Indara Pitaraa dan Siraapare dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.   Sepuluh tahun kemudian, Indara Pitaraa dan Siraapare telah tumbuh menjadi remaja. Namun sayangnya, mereka menjadi anak yang nakal. Keris pusaka itu menjadi sumber kenakalan mereka. Mer...

avatar
Roro
Gambar Entri
Rumah Adat Tolaki di Wonua Mekongga Sulawesi Tenggara
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Tenggara

** Rumah Adat Tolaki di Wonua Mekongga Rumah Adat Mekongga adalah rumah adat suku Tolaki. dalam dialek Mekongga Raha berarti Rumah yang memiliki arti seperti Poiaha (tempat tinggal/kediaman) . Bangunan ini berukuran luas, besar, dan berbentuk segi empat terbuat dari kayu dengan diberi atap dan berdiri diatas tiang- tiang besar yang tingginya sekitar 20 kaki dari atas tanah, rumah adat ini merupakan rumah adat hasil penduplikasian dari peninggalan ayah Kapita Konggoasa Latambaga yaitu Bokeo Latambaga alias Bio Seka, yang merupakan Raja Mekongga pada tahun 1906-1932. Bangunan ini terletak disebuah tempat yang terbuka di dalam hutan dengan dikelilingi oleh rumput alang-alang. Pada saat itu bangunan tingginya sekitar 60-70 kaki. Dipergunakan Sebagai tempat bagi raja untuk menyelenggarakan acara-acara yang bersifat seremonial atau upacara adat. Rumah Adat Tolaki di Mekongga perbentuk panggung yang terdiri dari 12 tiang penyangga yang bermakna 12 orang pemimpin yang berpengaruh...

avatar
Roro
Gambar Entri
BHARUGANO WUNA - RUMAH ADAT MUNA
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Tenggara

Pada umumnya setiap daerah memiliki keunikan yang menjadi ciri khas tersendiri. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai salah satu rumah adat yang berasal dari kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Rumah adat muna dikenal dengan sebutan Bharugano Wuna. Kata Bharugano Wuna diambil dari bahasa muna kuno yang artinya diri manusia. Bharugano wuna merupakan bangunan yang berbahan dasar kayu jati dengan kualitas terbaik yang berasal dari kekayaan alam hutan kabupaten Muna. Proses pembuatan bharugano memakan waktu yang cukup lama. Bangunan ini dibuat tanpa menggunakan paku. Bharugno wuna memiliki beberapa ruangan diantaranya ruang rapat, kamar raja, kamar permaisuri, kamar putri raja dan sebagainya. Dan setiap ruangan memiliki fungsinya masing-masing. Sumber gambar: https://www.munapos.com

avatar
Milawati
Gambar Entri
Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara : Kisah La Sirimbone
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

La Sirimbone adalah seorang anak laki-laki yang baik hati. Ia tinggal bersama ibunya, wa Roe. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Suatu hari, seorang pedagang kain dari Desa La Patamba datang menemui mereka. Saat melihat Wa Roe, La Patamba langsung jatuh hati. Seusai berdagang, La Patamba pergi menemui sesepuh desa untuk meminta izin menikahi Wa Roe. Dengan restu para sesepuh desa, akhirnya Wa Roe bersedia menikah dengan La Patamba. Apalagi La Patamba berjanji akan menyayangi La Sirimbone seperti anak kandungnya sendiri. Namun, setelah menikah, rupanya La Patamba mengingkari janjinya. Ia meminta Wa Roe untuk membuang anaknya itu ke hutan. Betapa hancur hati Wa Roe, tapi ia tak berani membantah permintaan suaminya. Apalagi la patamba mengancam akan membunuh La Sirimbone jika ia menolak permintaanya. Dengan berat hati terpaksa Wa Roe membuang anak satu-satunya. Sambil berurai air mata, Wa Roe berpesan, “Jaga dirimu baik-baik anaku. Ibu yakin Tuhan selalu akan melindungimu. Ib...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
OHEO (CERITA RAKYAT SULAWESI TENGGARA)
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Alkisah, di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, hidup seorang pemuda tampan bernama Oheo. Ia tinggal sendirian di sebuah gubuk di tengah hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menanam pohon tebu di kebunnya. Oheo seorang petani yang rajin dan tekun. Setiap hari ia merawat tanaman tebunya dengan baik. Pada suatu waktu, ketika tanaman tebunya sudah siap dipanen, Oheo berjalan-jalan mengelilingi kebunnya. Alangkah terkejutnya ia ketika menyaksikan banyak ampas tebu yang berhamburan di pinggir kebunnya dekat sungai. Melihat keadaan itu, Oheo menjadi kesal dan marah. Ia pun berniat untuk menangkap pelakunya. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Oheo berangkat ke kebunnya. Sesampainya di kebun, ia segera menuju ke tepi sungai. Saat akan sampai di tepi sungai, tiba-tiba langkahnya terhenti. Tidak jauh dari tempat ia berdiri, ada tujuh bidadari cantik sedang terbang berputar-putar di atas sungai. Melihat hal itu, ia segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Dari balik pohon itu i...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara, La Sirimbone
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Alkisah, di sebuah daerah di Sulawesi Tenggara, Indonesia, hidup seorang janda cantik bernama Wa Roe bersama seorang anak laki-laki yang masih kecil bernama La Sirimbone. Mereka tinggal di sebuah gubuk di pinggir kampung. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Wa Roe bekerja mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar. Pada suatu hari, datang seorang pedagang kain dari negeri seberang yang bernama La Patamba. Ia menawarkan barang dagangannya dari satu rumah penduduk ke rumah penduduk lainnya. Ia memulainya dari sebuah gubuk yang terletak di paling ujung kampung itu, yang tidak lain adalah tempat tinggal Wa Roe. Alangkah terkejutnya La Patamba saat melihat penghuni gubug itu adalah seorang perempuan cantik jelita. "Aduhai, cantik sekali perempuan ini," ucapnya dalam hati dengan takjub. Dengan perasaan gugup, La Patamba menawarkan kain dagangannya kepada Wa Roe. Namun, Wa Roe tidak membeli karena tidak mempunyai uang. Setelah itu, La Patamba mohon diri untuk menawarkan dag...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Kisah Kera dan Ayam - Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Dahulu, dikisahkan tentang persahabatan yang terjalin antara kera dan ayam. Mereksa selalu tampak rukun dan damai. Tapi, kenyataanya tidaklah demikian. Setelah sekian lama bersahabat, berulah terlihat sifat busuk si kera. "Hai Ayam. sahabatku," panggil kera. " Maukah kau pergi bersamaku? Sore-sore begini enaknya kita jalan-jalan," ajak si kera. "Wah ide yang bagus. Memang kau mau mengajakku ke mana?" tanya ayam. "Aku akan mengajakmu ke hutan, tempat biasa aku bermain. Di sana tempatnya indah. Pasti kamu suka!" ujar si kera seraya membujuk. Ayam tampak tertarik dengan ajakan si kera. Tanpa rasa curiga, ia mengikuti ajakan si kera untuk berjalan-jalan di hutan. Hari semakin gelap, perut kera mulai meronta-ronta minta diisi. Saat itulah timbul niat busuk kera untuk mencelakai ayam. "Ah, untuk apa aku pusing-pusing mencari makanan. Di depanku saja sudah ada makanan yang sangat lezat," pikir kera. Dilihatnya ayam kebingungan mas...

avatar
Sri sumarni