Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_BANTEN2013_TERSABA02 [ KUMPULAN KITAB TENTANG ISRA’ MIRAJ, MAULID NABI, DAN FIQH ] LKK_BANTEN2013_TERSABA2 Nama Pemilik Bhs. Arab Aksara Arab Prosa SJ & FQ 265 hal,15 baris/hal Ukuran 16 x 10,5 cm Kertas Eropa Naskah ini berisi teks berupa [ Kumpulan Kitab tentang Isra’ Miraj, Maulid Nabi, dan Fiqh], dalam salah satu teks disebutkan judul Fi Mi’rajihi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Penulisnya tidak disebutkan.Naskah ini adalah naskah asli yang berasal dari Tersaba, Tanara, Kabupaten Serang. Naskah ini memiliki ukuran 16 x 10,5 cm, dengan tebal naskah 2 cm. Ukuran teks naskah 13 x 7 cm, dengan ukuran huruf 0,5 cm.Margin Recto: kiri 1cm, atas 1,7 cm, kanan 2,4 cm, dan bawah 1,2 cm; sedangkan Margin Verso: kiri 2 cm, atas 1,5 cm, kanan 1cm, dan bawah 1,5cm. Isi naskah berbahasa Arab, ditulis dengan aksara Arab menggunakan khat Nasakh.Tulisan berwarna hitam danmerah, di atas bahan kertas Eropa be...
Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_BANTEN2013_TERSABA03 LKK_BANTEN2013_TERSABA3 Bhs. Arab dan Jawa Aksara Arab Pegon Prosa 149hal/5 baris/hal Ukuran 21 x 17,5 cm Kertas Eropa Naskah ini berisi teks dengan judul [ ], Penulisnya tidak disebutkan.Naskah ini adalah naskah asli yangberasal dari Tersaba, Tanara, Kabupaten Serang. Naskah ini memiliki ukuran 21 x 17,5 cm, dengan tebal naskah 2 cm. Ukuran teks naskah 12,5 x 10,5 cm, dengan ukuran huruf 0,8 cm.Margin Recto: kiri 2cm, atas 4,5 cm, kanan 5,5 cm, dan bawah 4 cm; sedangkan Margin Verso: kiri 5 cm, atas 4 cm, kanan 2cm, dan bawah 4,5cm. Isi naskah berbahasa Arab dan Jawa, ditulis dengan aksara Arab Pegon menggunakan khat Nasakh. Tulisan berwarna hitam danungu, di atas bahan kertas Eropa berwarna coklat. Jumlah halaman 149, dengan jumlah baris per halamannya 5 baris.Terdapat 16 Kuras, dengan 20halaman per Kurasnya. Terdapat Kata Alihan di tiap lembarnya, dan tidak ada Kolofon.Tahun pe...
Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_BANTEN2013_TERSABA04 TAFSIR JALALEN LKK_BANTEN2013_TERSABA4 Nama Pemilik Bhs. Arab Aksara Arab Prosa QA 375 hal/19 baris/hal Ukuran 30 x 21 cm Kertas Eropa Naskah ini berisi teks dengan judul Tafsir Jalalen, Penulisnya tidak disebutkan. Naskah ini adalah naskah asli yang berasal dari Tersaba, Tanara, Kabupaten Serang. Naskah ini memiliki ukuran 30 x 21 cm, dengan tebal naskah 3,7 cm. Ukuran teks naskah 21,5 x 13,5 cm, dengan ukuran huruf 0,5 cm. Margin Recto: kiri 2,5cm, atas 4,5 cm, kanan 4,6 cm, dan bawah 4,5 cm; sedangkan Margin Verso: kiri 4,5 cm, atas 4,5 cm, kanan 2,5cm, dan bawah 4,5cm. Isi naskah berbahasa Arab, ditulis dengan aksara Arab menggunakan khat Nasakh. Tulisan berwarna hitam dan merah, di atas bahan kertas Eropa berwarna putih kecoklatan. Jumlah halaman 375, tapi ada 13 halaman yang kosong, dan 8 halaman hilang, dengan jumlah baris per halamannya 19 baris. Terdapat 12 Kuras, de...
Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_BANTEN2013_UNDIR LKK_BANTEN2013_UNDIR Nama Pemilik Bhs. Arab dan Jawa Aksara Arab Prosa SNI 180 hal/1 - 25 baris/hal Ukuran 25,3 x 17 cm Kertas Daluang Naskah ini berisi teks dengan judul [ ], Penulisnya tidak disebutkan.Naskah ini adalah naskah asli yang berasal dari Undar-andir, Keragilan, Kabupaten Serang. Naskah ini memiliki ukuran 25,3 x 17 cm, dengan tebal naskah 2 cm. Ukuran teks naskah 16 x 10 cm (hlm 1-2), 22 x 13 cm (hlm 129-130), dengan ukuran huruf 0,9 cm.Margin Recto: kiri 2 cm, atas 1,8 cm, kanan 1,5 cm, dan bawah 2 cm; sedangkan Margin Verso: kiri 5 cm, atas 1,7 cm, kanan 8 cm, dan bawah 1,5 cm. Isi naskah berbahasa Arab dan Jawa, ditulis dengan aksara Arab menggunakan khat Nasakh.Tulisan berwarna hitam dan merah, di atas bahan kertas Daluang berwarna coklat.Jumlah halaman 180, dengan jumlah baris per halamannya 1 - 25 baris. Terdapat 8 Kuras, dengan 20 halaman per Kurasnya. Tidak t...
SUMUR KERAMAT JATI HERANG Suasana sore ini begitu cerah, anak-anak di Kampung Tampeuyan yang sudah beberapa hari tidak dapat keluar rumah karena hujan terus-menerus mengguyur kampung yang subur itu, kini tampak bersenang-senang. Cuaca cerah seperti ini makin membuat anak-anak bersemangat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain di luar rumah sore ini. Kosim berlari sekuat tenaga mengejar temanteman sebayanya agar bisa menangkap salah satu dari mereka. Bermain kejar-kejaran pada sore hari sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak kampung itu, sambil menunggu beduk Magrib. Sesekali terdengar jeritan mereka yang polos karena hampir saja tertangkap oleh Kosim yang larinya begitu cepat. Jika mereka tertangkap oleh Kosim, jadilah mereka. Artinya, yang tertangkap akan berganti mengejar yang lainnya. Mereka tidak akan lelah bermain sampai waktu Magrib tiba atau dipanggil oleh orang tuanya untuk berangkat mengaji ke sebuah langgar di Kampung Tampeuyan. ”Nyai..., kopinya sudah belum...
Prasasti Munjul ditemukan pada tahun 1947, di aliran Sungai Cidanghyang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Karena ditemukan di daerah Munjul, maka prasasti ini dinamakan Prasasti Munjul. Prasasti Munjul berhuruf Palawa dan berbahasa Sanskerta, dipahat pada sebuah batu andesit yang berukuran panjang 3,2 m dan lebar 2,25m. Prasasti Munjul ditulis menggunakan teknik tatah dengan kedalaman gores kurang dari 0,5 cm, sehingga antara permukaan batu asli dengan tulisan hampir sama. G. J. de Casparis bersama Boechari, dua tokoh yang terkenal di bidang epigrafi, berhasil membaca prasasti Munjul pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1954, Dinas Purbakala RI melakukan transkripsi prasasti tersebut, yang berbunyi sebagai berikut: “vikranto ‘yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah) narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah“ yang berarti: “Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang me...
Kelenteng Boen San Bio yang juga dikenal dengan nama Vihara Nimmala, adalah sebuah kelenteng unik megah berusia tua di Jl. Pasar Baru, Kelurahan Kranjaya, Karawaci, Kota Tangerang yang dipergunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut Kong Hu Cu, Tao dan Buddha. Kelenteng Boen San Bio pertama kali dibangun pada tahun 1689 oleh seorang pedagang yang berasal dari Cina bernama Lim Tau Koen, dan menempatkan patung Kim Sing Kong – co Hok Tek Tjeng Sin yang dibawanya dari Banten. Kelenteng Boen San Bio mengalami beberapa kali renovasi sesudah itu, terutama setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998. Bangunan Kelenteng Boen San Bio ini berbentuk empat persegi panjang, yang berdiri di atas tanah seluas 1.650 m2. Halaman samping Kelenteng Boen San Bio cukup luas dan mampu menampung beberapa puluh kendaraan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kabarnya Kelenteng Boen San Bio telah memecahkan 11 rekor MURI, diantaranya dengan menegakkan 1.150 telur dalam waktu hanya beberapa menit yang dilakukan...
Tari Saman adalah tarian tradisional Aceh yang telah menjadi bagian dari budaya dan warisan seni Indonesia. Tarian ini memiliki gerakan yang dinamis dan energik, serta menggunakan irama musik yang khas dengan menggunakan alat musik berupa rebana, seruling, dan gendang. Tari Saman dilakukan oleh sekelompok penari yang terdiri dari pria dan wanita yang biasanya dipimpin oleh seorang kepala tari yang disebut Syekh. Sejarah Tari Saman Dikutip dari bogornews Tari Saman berasal dari daerah Gayo, Aceh Tengah, dan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya, tarian ini ditarikan oleh sekelompok pemuda yang sedang mengikuti sebuah upacara adat. Tarian ini dimaksudkan sebagai bentuk perayaan dan ungkapan syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah. Tarian Saman juga digunakan sebagai sarana untuk mempererat hubungan antaranggota masyarakat, karena tarian ini membutuhkan kerja sama dan sinergi yang kuat antara penari. Selain itu, Tari Saman juga memiliki nilai-nilai keagamaan dan...
Debus merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Provinsi Banten. Pada awalnya, debus berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam, kemudian berkembang digunakan sebagai media untuk memompa semangat rakyat Banten dalam menghadapi penjajahan Belanda pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Fase berikutnya, debus sempat menghilang seiring dengan melemahnya Kasultanan Banten di bawah kekuasaan Sultan Rafiudin. Kesenian debus muncul lagi pada tahun 1960-an, dan sampai sekarang berfungsi sebagai sarana hiburan. Saat ini, debus memang menunjuk pada satu kesenian yang memanifestasikan kekuatan tubuh terhadap sentuhan senjata atau benda tajam dan pukulan benda keras di Banten.(Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/debus-kesenian-tradisional-masyarakat-banten/ )