Tari Magasa merupakan salah satu tarian tradisional masyarkat suku Arfak, Provinsi Papua Barat. Tarian ini bernunsa kebersamaan secara masal oleh penari pria dan wanita, dengan saling bergandengan tangan membentuk memanjang. Tarian ini disebut tari ular karena bentuk barisan seperti ular. Biasanya tari magasa ditampilkan diberbagai acara yang bersifat adat, hiburan, ataupun budaya. Dahulu fungsi tari ini dilakukan untuk merayakan kemenangan ataupun keberhasilan dalam melakukan sesuatu dan menyambut para tamu kehormatan yang berdatangan. Selain itu, tarian ini juga dimaknai sebagai simbol dari persatuan dan rasa kebersamaan dari masyarakat Suku Arfak, tanpa memandang umur, gender, dan juga status sosial. Para penari akan menari dengan saling bergandengan dan membentuk formasi memanjang. Gerakan ini didominasi oleh gerakan yang melompat ke samping secara bersama-sama dan juga satu arah dengan formasi melingkar, melengkung dan juga lurus. Tari ini diiringi dengan syair atau lagu...
Situs Purbakala Tapurarang, Kokas, Fakfak, Papua Barat. Nampak banyak gambar di tebing bebatuan terjal yang merupakan lukisan cap tangan darah. Letaknya ada di Andamarta, Fior, Forir, Darembang, dan Goras. https://twitter.com/PuBudaya
Amah Ora artinya rumah kebun dalam bahasa daerah Maybrat. Amah Ora nampak seperti rumah kaki seribu, karena memiliki banyak tiang kaki yang menopang rumah ini. Amah Ora sendiri bertujuan untuk melindungi masyarakat yang berlindung di dalamnya. https://twitter.com/PuBudaya
Mamade sendiri artinya adik dari ibu kita, cara panggilnya seperti itu. Suku Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat selalu mempertahankan budaya Kawin Mamade. Bukan artinya, adik dari ibu kita yang di kawini, melainkan marga yang dimiliki oleh sang mempelai wanita sama seperti ibunya. Akan tetapi, mereka tidak memiliki hubungan darah atau satu turunan keluarga yang sama. Di Ayamaru sendiri, terdapat beberapa marga yang sama tetapi berbeda kampung halamannya. Misalnya marga "Kareth", marga ini ada di beberapa kampung sekaligus. Misalnya kampung Karta, Kampung Yokhwer, dan Kampung Yukase. Meski sang mempelai wanita dengan marga sama tidak ada hubungan darah sama sekali, tetap dianggap mamade. Alasannya seperti tadi, marganya sama. Peraturan adat jika Kawin Mamade, maka harta yang dikeluarkan sendiri tidak terlalu besar atau mahal. Nah, Ayamaru sendiri dalam proses pembayaran menggunakan Kain Timur. Kain Timur inilah yang menjadi bahan untuk mempertahankan proses bayar har...
Sebelum masyarakat mengenal agama, setiap suku di Papua Barat selalu baku hongi. Ini terjadi ketika mereka memperebut hak wilayat adat. Seperti masa penjajahan dalam tulisan sejarah, hanya saja ditulis dalam catatan bersejarah. Berbeda dengan cerita hongi. Dari turun temurun ini kisahkan secara lisan, atau diceritakan saja. Perang hongi juga melibatkan adanya perbudakan. Bila salah satu suku kalah dalam peperangan, maka anak perempuan atau laki-laki dijadikan imbalan kepada suku yang menang sebagai penambah jiwa. Marganya pun akan diganti mengikuti suku itu. Hal ini masih terbukti sisa peninggalan perang hongi. Seperti pasir merah di distrik Kais, Sorong Selatan, yang mana antar suku saling membunuh dan terjadi pertumpahan darah sehingga pasir yang bewarna putih berubah menjadi warna merah. Ada pula salah satu tempat dimana kepala musuh yang di penggal lalu digantung diatas pepohonan menjadi tempat angker sampai saat ini. Tempat itu melimpah akan hasil laut seperti kerang, udang,...
Tradisi membawa anak keluar rumah setelah bayi berumur 1 bulan masih diterapkan hingga kini oleh masyarakat Papua Barat. Bayi akan di kurung dan tidak bisa dibawa keluar rumah hingga tiba waktunya sewaktu dari lahir. Biasanya orang tua akan buat ritual makan pinang dan papeda. Pinang akan diletakan dalam piring putih, lalu papeda yang dimakan oleh salah satu tetua akan diberikan sedikit dilidah sang bayi. Acara ini dimulai dari pukul 05.30 WIT sebelum matahari terbit. Bayi akan dibawa di empat arah mata angin, lalu orang tua sang anak akan menyebut marga-marga di daerah tersebut dengan harapan para leluhur mengenal sang bayi dan tidak menyakiti mereka ketika sang bayi sudah dibawa keluar rumah. https://twitter.com/PuBudaya
Permainan lembar boy berasal dari sebuah kampung yang bernama Kampung Folley, Papua Barat. Bahan yang disusun menggunakan batok kelapa tapi ada juga yang pakai kaleng susu/kaleng sarden bekas. Cara mainnya yaitu : tim 1 : menyusun Batok Kelapa tim 2 : Melempar tim 1 dengan bola untuk mengagalkan susunan batok kelapa Bola yang dipakai biasanya dari lapisan plastik bekas yang disusun dan dilapisi jadi satu membentuk bola dan diikat pakai karet. sumber: SaPuBudaya
pakaian adat, perhiasan dan senjata tradisional masyarakat Tambrauw, Papua Barat. sumber: SaPuBudaya dan @maksimussyufi