Konon, kesenian yang bernama Bangsawan ini pada masa lalu bernama Wayang Parsi. Menurut Ediruslan dan Hasan Junus (t.t), kedatangan rombongan seniman wayang parsi ke Pulau Penang (1870) bukanlah dari Persia (Iran), melainkan dari orang-orang Majusi yang melarikan diri ke India karena tidak mau di-Islam-kan. Keturunan orang-orang Majusi yang banyak bermukim di Mumbay inilah yang akhirnya membawa wayang parsi ke Pulau Penang. Dari Penang, wayang parsi kemudian menyebar ke seluruh semenanjung Malaysia, dan juga ke kesultanan-kesultanan Melayu di Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Barat. Wayang parsi yang telah berubah menjadi Bangsawan diperkirakan masuk Penyengat tahun 1906. Dari Pulau Penyengat[1], akhirnya menyebar pula ke berbagai daerah di wilayah Kepulauan Riau. Walaupun demikian, kesenian ini tidak tumbuh subur di Penyengat, tetapi justeru di tempat lain, seperti Daik-Lingga dan Dabo-Singkep. Malahan, sekarang seolah-olah yang “memilikinya” a...
Ada dua versi yang berkenaan dengan seni pertunjukan Mendu. Henri Chambert-Loir yang dikutip oleh Raja Hamzah Yunus (1997) mengatakan bahwa, Mendu kemungkinan besar berasal dari Asia Tenggara, karena kesamaannya dengan seni pertunjukan yang disebut sebagai Mendura yang berkembang di Siam, Yunan, Vietnam, dan Kamboja. Kesamaan ini terutama terletak pada pementasannya yang dilakukan di areal tanah terbuka (tanah lapang). Sedangkan versi lainnya (B.M. Syamsudin, 1987), mengatakan bahwa Mendu yang berkembang di daerah Bunguran berasal dari Wayang Parsi yang berkembang di Pulau Penang sekitar tahun 1780-1880. Menurutnya pula, dahulu Mendu hanya dimainkan oleh kaum laki-laki. Namun, memasuki tahun 70-an, ia tidak hanya milik laki-laki semata, tetapi perempuan juga ikut ambil bagian dalam pementasan Mendu. Dari kedua versi itu, tampaknya yang sangat beralasan adalah versi yang pertama, sedangkan versi yang kedua lebih mendekati asal usul Mak Yong ketimbang Mendu. Lepas dari asal-usul t...
LOMPAT GETAH adalah permainan tradisional menggunakan karet gelah atau getah (bahasa melayu) di jalin menjadi satu kesatuan yang panjang dengan ukuran 3 sampai 4 meter. Tiap daerah memiliki istilah sendiri, seperti di Kepulauan riau dan Riau yaitu yeye atau tali merdeka, sebagain di pulau Jawa menyebutnya lompat karet, dan masih banyak istilah yang disematkan pada permainan tradisional yang satu ini. Memang tidak diketahui sejak kapan permainan ini dimulai di indonesia, ada yang menyebutkan permainan ini berkembang setelah memasuki masa kemerdekaan. Biasanya dimainkan diwaktu senggang oleh anak anak baik perempuan maupun laki laki. Sedangkan tempat bermain tidaklah memerlukan lapangan yang luas, tetapi harus diatas medan tanah yang datar. Kedua pemain yang menjadi pemegang tali perentang tali karet ini dan pemain lawan harus melompatinya satu persatu. Ketinggian karet dimulai dari setinggi mata kaki, lalu naik ke lutut, paha, hingga pinggang. Pada tahap k...