Seringkali dalam cerita epic kepahlawanan Suku Dayak tidak hanya dibatasi oleh gender, tidak sedikit pula kaum wanita Dayak mengangkat senjata demi membele kehormatan kaumnya. Didalam budaya Dayak memang tidak mengenal permasalahan strata gender – semua memiliki hak dan tanggungjawab yang sama. Salah satu pahlawan yang dikenal kaum Sabah utamanya Dayak Kadazan adalah GAYATAS. GAYATAS ini adalah seorang pemimpin wanita suku Dayak Kadazandusun Liwan di kawasan pergunungan Crocker. Setiap kali ia dan kelompoknya melakukan pengayauan (perburuan kepala) maka ia akan memberi tanda pada sebuah “menhir” atau tugu batu, jika dihitung di batu Gayatas ini terdapat sekitar 75 tanda yaang artinya ada kira-kira 75 pahlawan yang sudah dikalahkan dan dipenggal kepalanya. Cerita deitail tentang kepahlawanannya dan masa hidupnya tidak banyak diketahui. sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/11/22/gayatas-kesatria-wanita-dayak-kadazan/ #SBJ
Jika kita menyusuri Sungai Kapuas dari kota Pontianak menuju kota Sanggau, di antara kota Tayan dan kota Sanggau kita akan melewati dua buah pulau yang berjejer di tengah Sungai Kapuas. Bentuk kedua pulau itu menyerupai dua buah kapal yang sedang berlomba. Oleh karena itu, penduduk menamai kedua pulau ini Pulau Belumbak. Belumbak dalam bahasa daerah pedalaman Kalimantan Barat berarti “berlomba”. Menurut cerita para leluhur, kedua pulau itu asalnya dari dua buah kapal milik dua bersaudara. Pada zaman dahulu, di tempat kedua pulau itu berada, terdapat sebuah kota. Walaupun kota itu tidak begitu besar, penduduknya cukup banyak dan ramai. Di pinggiran kota itu hiduplah seorang janda miskin dengan dua orang anak laki-lakinya. Ayah mereka telah meninggal dunia. Tiap hari mereka hanya mencari kayu bakar yang mereka jual kepada orang kampung demi sesuap nasi. Dari tahun ke tahun, mereka menjalani kehidupan semacam itu hingga kedua anak itu tumbuh menjadi dewasa. Ketika k...
Bagi suku Mentawai wanita yang cantik harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, telinganya yang panjang. Kedua, tubuhnya dihiasi titi atau tato. Ketiga, giginya yang runcing. Tradisi untuk meruncingkan gigi ini diyakini akan menambah kecantikan sang wanita.
Orang Punan dapat berhubungan dengan ruh-ruh nenek-moyang pada upacara-upacara tertentu di dalam lingkaran kehidupan mereka, dan selain percaya kepada ruh nenek-moyang yang bersifat baik dan menjadi pelindung mereka, mereka juga percaya adanya ruh jahat ( krongoa ). Orang Punan sejak akhir Perang Dunia II telah diperkenalkan kepada ajaran Katolik, dan kepada agama Protestan dalam tahun 1979. Agama Islam masuk ke daerah orang Punan dalam tahun-tahun berikutnya. Namun dalam kehidupan sehari-hari mereka masih percaya kepada kekuasaan arwah-arwah nenek moyang yang tinggal di havun (langit). Krongoa , atau sering disebut pula “hantu”, adalah ruh jahat yang dapat mendatangkan bencana dan kesusahan, baik sewaktu pengembaraan maupun dalam perjalanan. Apabila dalam pengembaraan mereka berjumpa dengan krongoa , maka dapat dipastikan bahwa mereka akan menjumpai kesusahan, atau bahwa hasil hutan yang akan mereka peroleh hanya sedikit. Perjumpaan itu dapat...
Busana tradisional Adat Dayak adalah pakaian khas yang digunakan oleh Suku Dayak disaat mengadakan upacara adat, acara perkawina dan acara lainnya. Busana tradisional Dayak juga memiliki fungsi sebagai pemberian kasta dimana desain corak yang berbeda atau lebih menonjol dari corak yang dikenakan pada umumnya menandakan orang tersebut adalah keturunan bangsawan, contohnya adalah corak bergambar harimau. Busana Suku Dayak Kenyah Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur memiliki busana tradisional yang disebut sapei sapaq untuk kaum laki-laki dan ta'a untuk kaum perempuan, pakaian ta a terdiri dari semacam ikat kepala yang disebut da a yang dibuat dari pandan, umumnya yang menggunakan da a ini adalah para orang tua, baju atasannya disebut dengan nama sapei inoq serta bawahan dari busana tersebut berupa rok yang dikenal dengan nama ta a. Busana sapei sapaq untuk l...
Koleksi Kain Wastra Yanti K. Isfandiary Airlangga ini merupakan kain tenundengan warna dasar hijau daun. Dengan warna Hitam serta pink, Kain ini bermotif khas dayak yang berasal dari kalimantan, tepatnya kain tenun ikat Dayak Iban . Dulu Suku Dayak Iban hanya mengenakan pakaian hasil tenunan atau olahan kulit kayu sendiri dan keterampilan menenun kain ikat ini menjadi syarat layaknya seorang remaja putri untuk memasuki gerbang pernikahan. kekhasan kain tenun ini adalah pada warna-warna terang dan cerah. Warna dan motifnya lebih bervariasi dibandingkan jenis tenunan dayak lainnya, sehingga cara pengerjaannya pun lebih rumit. Motif dasarnya bisa berupa naga, bunga, dan orang-orangan atau perpaduan ketiganya. Seorang wanita Iban bisa menyelesaikan jenis tenunan ini 1 lembar dalam waktu 4-6 bulan dengan ukuran maksimal 2m x 0,5 meter.
Tari Jepin adalah salah satu kesenian tradisional Kalimantan barat yang di adaptasi dari kesenian melayu, agama islam, dan budaya lokal. Tarian ini merupakan salah satu media penyebaran agama Islam di Kalimantan barat. Tarian jepin merupakan kesenian tari gerak dan lagu yang memiliki arti di setiap gerakannya. Tari Jepin awalnya merupakan kesenian yang menjadi media dakwah dalam penyebaran agama islam pada abad ke – 13. Menurut beberapa sumber, tarian ini awalnya di tampilkan di daerah Sambas Kalimantan barat. Kemudian menyebar dan berkembang ke berbagai daerah di Kalimantan barat. Gerakan dalam tarian ini lebih menekankan pada gerakan kaki dan tangan. Dalam pertunjukannya, gerakan di awali dengan salam pembuka. Setelah itu penari melakukan gerakan yang bertumpu pada gerak kaki yang bergerak berulang – ulang. Dua kaki penari bergerak maju – mundur, ke kiri - ke kanan, dan juga gerakan memutar. Pada awalnya gerakan ini memiliki beberapa aturan, salah satunya adalah penari tidak bo...
Tari Ayun Pala adalah tarian suku Dayak Mualang, Kalimantan Barat dan merupakan sebuah tarian tunggal tradisional yang di sajikan kepada masyarakat mualang setelah para kesatria ( Sabung ) Mualang pulang dari Mengayau dan membawa kepala musuh yang sudah ia kalahkan, sebagai bukti kemenangan tersebut, kepala hasil kayau, mereka hantar dan disambut oleh seorang penari wanita. Tari ini lebih menekankan pada gerakan – gerakan menyambut dan menimang kepala manusia yang di dapatkan dari ekspedisi Mengayau pada masa lalu. Adapun property yang digunakan dalam menari tersebut yakni sebuah kain tenun yang dilipatkan atau di lingkarkan di bagian bahu, ibarat menggendong bayi, kepala tersebut disambut dan di timang, kemudian baru di serahkan kepada orang – orang tertentu yang dipilih, untuk di upacarakan. Upacar menyambut kepala hasil kayau di sebut Mulai Burung ( mengembalikan semangat perang ) yang di hadiri oleh kesatria yang telah mengalahkan dan memenggal kepala tersebut. Iringan musik u...
Di suatu daerah terpencil di Kalimantan Barat, hidup seorang ibu tua bersama anak gadisnya yang cantik bernama Darmi. Semenjak suaminya meninggal, sang ibu terpaksa bekerja menjadi buruh sawah dengan upah harian kecil. Darmi, anak ibu tersebut adalah anak cantik tapi sangat manja. Meskipun kehidupan mereka susah, namun Darmi tetap saja senang bersolek. Ia senang memamerkan kecantikannya ke seantero kampung. Setiap hari Darmi kerjanya hanya menghabiskan uang ibunya dengan membeli perhiasan dan alat-alat kecantikan. Sering ibunya menasehati Darmi agar mau hidup sederhana sesuai kemampuan, namun Darmi tak menggubrisnya. Darmi justru malah membentak ibunya agar bekerja lebih keras lagi. Darmi tak pernah mau membantu ibunya bekerja di sawah. Selalu saja ada alasan agar tidak ikut ke sawah. Pada saat ibunya bekerja, Darmi akan mulai bersolek kemudian berjalan-jalan di desa untuk memamerkan kecantikannya. Banyak pemuda desa mengagumi kecantikan Darmi. Suatu ketika, saat ibunya hendak p...