Jawi Jangkep Jawi Jangkep merupakan pakaian resmi yang dipakai oleh kaum pria suku Jawa. Terdiri dari baju atasan yang memiliki motif bunga-bunga sedangkan yang bagian bawah adalah berupa Jarik dengan memiliki motif atau corak batik yang dipakai dengan melilitkan bagian atas di pinggang, aksesoris penutup kepala adalah Blangkon. Blangkon terbuat dari kain dengan beragam corak, ada yang polos ada juga yang memiliki corak batik. Seperti pakaian adat lainnya, keris juga di sematkan pada pakaian ini dan biasanya keris di selipkan di bagian belakang, selain itu dilengkapi dengan alas kaki, sepatu sandal. https://www.silontong.com/2018/05/01/pakaian-adat-tradisional-jawa-tengah/
Blangkon Blangkon adalah semacam penutup kepala tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah. Dikaji lebih jauh, Blangkon bukan sekedar sebagai penutup kepala. Tetapi Blangkon memiliki filosofis, sekaligus merupakan simbol status bagi pemakainya. Tulisan Blangkon namun biasa disebut “Belangkon” oleh banyak orang. https://www.silontong.com/2018/05/01/pakaian-adat-tradisional-jawa-tengah/
Kuluk Persis halnya penutup kepala yang bernama Blangkon, Kuluk juga merupakan penutup kepala bagi pria Jawa. Kuluk adalah kopiah kebesaran yang biasanya berbentuk kaku dan tinggi, digunakan oleh pengantin pria dalam momen tertentu di upacara pernikahan adat Jawa. Pada zaman dahulu, Kuluk juga dipakai oleh raja-raja pada acara tertentu. Bagi Anda yang merasa sebagai raja, silahkan pakai Kuluk https://www.silontong.com/2018/05/01/pakaian-adat-tradisional-jawa-tengah/
Baritan atau sedekah laut adalah prosesi melarung Jolen ke tengah laut yang dilaksanakan para nelayan sebagai upacara rasa syukur atas hasil usaha menangkap ikan di laut. Sedekah laut diselenggarakan tiap tahun sekali pada Maulud, setiap Selasa atau Jumat Kliwon. Sebelum upacara pelarungan, diadakan tirakatan bersama yang dihadiri para nelayan, tokoh masyarakat setempat dan para pejabat terkait dengan mengambil lokasi di Tempat Pelelangan Ikan. Pembacaan doa dan tahlil menyertai upacara ini dengan maksud agar pelaksanaan upacara ini dapat berjalan lancar, selamat dan tidak menyimpang dari aturan agama. https://bppdpemalangjateng.wordpress.com/2011/08/12/kesenian-di-kabupaten-pemalang/
Kesenian tradisional ini dikenal masyarakat Pemalang sejak tiga abad silam. Berawal dari peristiwa penyerbuan Batavia oleh laskar Mataram. Pemalang yang saat itu termasuk dalam wilayah Mataram membantu laskar Sultan Agung dengan mengirim prajurit-prajurit terbaiknya. Cara menghasilkan prajurit tangguh saat itu ialah melatih para pemuda dengan ilmu kanuragan dan olah keprajuritan. Caranya setiap latihan olah kanuragan selalu diiringi musik atau tetabuhan. Kegiatan latihan olah kanuragan yang diiringi musik kini masih terus berlangsung, bahkan kian meluas. Materi yang ditampilkan kian berkembang dan diperkaya berbagai jenis ketangkasan lainnya seperti atraksi kekebalan tubuh dan ketrampilan akrobatik. Olah kanuragan kini telah beralih fungsi menjadi sebuah kegiatan kesenian dan tontonan yang menarik. Inilah cikal bakal lahirnya kesenian krangkeng. https://bppdpemalangjateng.wordpress.com/2011/08/12/kesenia...
Jaran kepang atau Kuda Lumping adalah jenis kesenian tradisional yang umumnya dikenal di masyarakat Jawa Tengah. Kesenian ini merupakan jenis permainan yang menyertakan unsur magis karena pada adegan tertentu pemainnya memainkan atraksi yang tidak mungkin dilakukan manusia biasa seperti adegan makan pecahan kaca. Dari sejumlah kesenian Jaran Kepang yang ada di Jawa Tengah, Pemalang mungkin memiliki beberapa kelebihan berupa inovasi seperti adanya adegan cukup unik dimana dua atau tiga orang pemain dijadikan manusia setengah robot yang bisa duduk atau berdiri mematung berjam-jam lamanya. Kesenian Jaran Kepang biasanya dipentaskan pada acara hajatan, upacara hari besar nasional atau pun menyambut kunjungan tamu resmi.
Pethik Tirta merupakan upacara selamatan desa (merti desa) yang dijadikan tradisi di Desa Jenar Lor, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo. Istilah “ Pethik Tirta ” berasal dari kata “ Pethik ” yang berarti “ mengambil ” dan “Tirta” yang berarti “air” . Secara etimologis, Pethik Tirta berarti upacara mengambil air (yang dilakukan di Sumur Talang, suatu sumur beji / tua yang terletak di Dusun Talang Bagus Desa Jenar Lor Kecamatan Purwodadi) yang dipercaya membawa berkah. Asal-usul upacara ini berkaitan erat dengan keberadaan Bulak (kawasan pertanian yang sangat luas) yang meliputi wilayah Desa Jenar Lor, Jenar Kidul, Walikoro, Sruwoh, Singkil, Wingko, Pundensari, Jenar Wetan. Saat ini Bulak tersebut dikenal dengan sebutan Bulak Kethip. Upacara bersih desa sendiri diduga telah dilaksanakan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan sejak zaman pra–Islam di...
Kesenian ebeg adalah kesenian rakyat yang memang mirip dengan jaran kepang atau kuda lumping atau jathilan. Kesenian ebeg atau kuda lumping adalah kekayaan budaya Indonesia terutama untuk masyarakat di Jawa, yiatu Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kuda lumping atau ebeg adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah yang mampu dengan tepat untuk menjelaskan asal mula ebeg atau asal usul kuda lumping ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Antara hidup segan mati tak mau Ebeg adalah salah satu kesenian tradisional yang gaungnya sudah tidak lagi nyaring terdengar. Namun di beberapa tempat seperti di Desa Kalirancang kecamatan Alian, kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dan di desa lain, masih ada mayarakat Kebumen yang peduli dan melestarikan seni tarian rakyat ini. Grup kesenian ebeg yang bertahan dan tetap setia men...
Wangi kemenyan menguar dengan tajam, berpadu dengan aroma sesaji yang diletakkan di tengah Alas Krendhowahono. Usai mendaraskan doa, para abdi dalem lantas mengubur kepala kerbau lengkap dengan kaki dan jeroannya. Upacara Wilujengan Nagari Mahesa Lawung pun ditutup dengan kenduri bersama. Siang itu, di Alas Krendhowahono yang terletak di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sedang dilangsungkan upacara adat Mahesa Lawung. Menurut ceritanya, tradisi yang bertujuan untuk menyelaraskan alam dan nasib manusia ini telah ada sejak Wangsa Syailendra dan Sanjaya. Hal ini berdasarkan pada keberadaan arca Durga Mahesa Suramandini. Lantas prosesi ini terus dijalani secara turun – temurun tanpa henti hingga kini. Upacara Mahesa Lawung dilaksanakan setiap tahun pada hari ke – 40 setelah acara Grebeg Maulud. Ritual yang menjadi puncak dari upacara Mahesa Lawung adalah mengubur potongan kepala dan kaki kerbau, lengkap dengan jeroa...