Ratusan warga Kampung Bustaman, Kota Semarang mempunyai tradisi unik untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan. Acara dimulai dari siang hari, dimana semua warga menyiapkan air berwarna-warni yang dibungkus dalam plastik. Air tersebut diambil dari sebuah sumur yang berdekatan dengan Mushala Al Barokah. Menjelang sore hari, semua warga Kampung Bustaman berkumpul di halaman Musholah Al Barokah untuk pembacaan doa. Prosesi doa ini dipimpin oleh sesepuh kampung dan dilanjutkan dengan tradisi perang air. Acara tersebut langsung menghebohkan kampung dengan suara tertawa dan teriakan banyak orang. Uniknya lagi, tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh para remaja, tetapi juga orang tua. Seorang tokoh masyarakat setempat, Hari Bustaman mengatakan, Gebyuran Bustaman bertujuan untuk membersihkan warganya dari segala kotoran menjelang bulan Puasa. Hari berujar, bila tradisi unik tersebut sudah diadakan oleh warga sejak puluhan tahun silam. Pria berkulit legam itu mengungkapkan,...
Telasanan adalah budaya berupa unjung-unjung asli asal lumajang, jawa timur. Berasal dari bahasa madura telas yang berarti habis. Habis disini karena bertepatan dengan hari raya idulfitri yang bermakna penghabisan dosa selama setahun penuh. Tradisi ini dilakukan selama riyoyo yaitu tanggal 1-7 syawal. Tradisi telasanan dilakukan dengan cara tuan rumah menerima dan menyiapkan tamu dan tetangga dengan sajian makanan. Para ibu sejak tanggal 23 ramadan mulai memasak jangan pedes atau sayur pedas dengan cabai 12 genggaman tangan, ketupat, lontong. Telasanan dimulai setelah ibadah sholat ied. Warga pulang dari ibadah mengunjungi rumah-rumah. Tuan rumah menyajikan makanan tersebut di ruang tamu, minuman (biasanya teh mocca , teh tradisional), dan rokok. Setelah disambut dan disuguhi, tuan rumah pergi meninggalkan para tamu sekitar 20 menit. Penyajian rokok disini bervariasi, ada yang menyajikan toples berisi cengkeh dan tembakau ditambah kertas...
Setiap daerah pasti memiliki makanan khas, salah satu yang menjadi favorit saya adalah jojorong, jajanan khas Kabupaten Pandeglang, Banten. Jojorong mempunyai cita rasa manis dan gurih. Penyajiannya menggunakan tempat dari daun pisang yang ujung-ujungnya diikat dengan ditusuk menggunakan tusuk gigi. Penampilannya berwarna putih dari luar, dengan bagian dalam berwarna coklat merah yang berasal dari gula aren. Teksturnya kenyal. Jojorong dibuat dengan bahan dasar tepung beras. Bahan-bahan lainnya yang dibutuhkan untuk membuat jojorong antara lain tepung tapioka, santan, gula merah, garam, dan daun pandan. Jojorong sering disajikan pada acara-acara hajatan, baik sunatan maupun nikahan. Jajanan ini lebih mudah ditemui lagi saata ramadan karena merupakan makanan yang wajib disajikan saat berbuka. #OSKMITB2018
Perkenalkan saya Rifky Ramadan berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Di daerah saya terdapat satu objek wisata yang memiliki daya tarik tersendiri, yaitu Cibulan. Objek wisata ini memiliki cerita yang mencengangkan ketika seorang baru pertama kali mendengarnya. Jadi di Cibulan in terdapat 1 kolam renang besar berisi ikan dan 7 sumur suci. Ujar cerita rakyat setempat, tempat ini merupakan tempat bertapa Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi merupakan Pangeran dan Panglima Perang dari tanah Pasundan ini (tanah sunda). Disini biasanya sang Prabu berdiam diri selama berhari hari ketika beliau membutuhkan petunjuk dan pertolongan jika terdapat suatu permasalahan pelik di kerajaannya. beliau biasanya mencampurkan ketujuh mata air dari sumur suci dengan ditambang 7 macam bunga lalu mandi dengan air dan bunga tersebut, supaya diberi petunjuk, Dan di tempat ini terdapat ikan yang menmpati kolam berenang tersebut, rakyat sekitar biasanya menyebutnya lauk kancra bodas (ikan emas putih). Ikan in...
17 Sya'ban, 1434 Hijriah, warga tumpah ruah di sebuah kawasan bersejarah di Kampung Dampang, Kelurahan Gantarangkeke, Kecamatan Gantarangkeke. Di Kawasan yang ramai dengan situs sejarah tersebut, tari-tarian dipertunjukkan, gendang ditabuh, dan kecapi didendangkan.Salah satu permainan menarik yang dipertunjukkan adalah seni silat khas Makassar, yakni "A'Manca". Dalam arena seluas sekitar 5 x 5 meter tersebut, para pa'manca (pemain silat, red) menunjukkan aksinya berlaga dengan jurus-jurus silat yang terlihat elok, dan disaksikan ribuan warga yang hadir. Selain pertunjukan A'manca, ada juga "a'raga". Sebuah atraksi raga (sepak takraw tradisional, red), dengan memainkan bola raga yang terbuat dari rotan. Pertunjukan itu dimulai dengan tarian Paule, yang diiringi bunyi gendang dan kecapi. Permainan lain yang dipertunjukkan, seperti "A'Longga" (seperti permainan egrang; jangkungan, red), dan Cangke (permainan dengan melempar kayu, red)....
Ribuan warga Kota dan Kabupaten Gorontalo memadati jalan raya dan obyek wisata, untuk memeriahkan tradisi jalan pagi yang biasa dilakoni saat bulan Ramadan tiba. Tradisi jalan pagi atau mondalengo tersebut, biasanya dilakukan saat minggu pertama bulan puasa setelah makan sahur, dengan mengunjungi tempat tertentu. Di obyek wisata Benteng Otanaha, Kota Gorontalo, warga berbodong-bondong menaiki ribuan anak tangga padahal pada hari-hari biasa, obyek wisata bersejarah tersebut jarang dikunjungi warga karena tempatnya yang cukup berbahaya untuk dijangkau. Meski harus mengeluarkan tenaga dan keringat, namun warga mengaku tak khawatir akan merasa haus sebelum buka puasa. sumber: http://pakguruhonorer.blogspot.com/2015/06/tradisi-dan-kearifan-lokal-di-sulawesi.html #SBJ
Kuwah beulangöng, atau sering disebut juga dengan gulèe sie kamèng (bahasa Indonesia: gulai kambing), adalah masakan Aceh sejenis gulai yang berbahan baku utama daging kambing dan nangka muda yang dimasak dalam belanga,[1] serta disertai potongan pisang kepok, dan ditambah cabai kering, kelapa gongseng, kayu manis, dan bumbu lainnya. Referensi ^ Harapan, Sinar. "Kuah Beulangong Tradisi Kebersamaan Masyarakat Aceh". sinarharapan.co. Diakses tanggal 19 Maret 2016. Kuah beulangong sebenarnya hanya daging sapi atau kambing yang dimasak dalam belanga besar, ... ^ "Apa Itu Kuah Beulangong, Tradisi Akhir Ramadan di Aceh | Tempo Travel". Tempo Travel (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 19 Maret 2016. Bahan utamanya adalah daging sapi atau kambing yang dipotong kecil-kecil, kemudian nangka muda atau pisang kapok dipotong sesuai selera. Bumbunya lumayan banyak: kelapa gongseng, kelapa giling, cabai merah, cabai kering, cabai rawit, bawang putih, jahe, kunyit, ke...
Kehidupan suku betawi yang relijius islami terlihat dari kesiapan orang betawi dalam menyambut hari besar lebaran biasanya orang sekampung akan patungan membeli kerbau hidup (kebo dalam bahasa betawi) pada awal ramadan. patungan tersebut disebut andil. ketika sudah terkumpul besaran andilannya maka pada tanggal 15 ramadan kebo akan dibeli dan kemudian akan diangon oleh anak2 betawi di padang rumput mulai dari tanggal 15 ramadan sampai h-2 lebaran. maksud dari mengangon kebo tersebut adalah anak2 betawi tidak lesuh ketika berpuasa dan gembira saat mengisi waktu-waktu puasa. kebo diangon pada siang hari dan kembali ke kandang pada sore hari, sebelum pulang biasanya kebo dimandikan oleh anak2 di kalenan (kali) yang serin gkali menjadi hiburan tak terlupakan. pada h-2 lebaran kebo tersebut akan disembelih secara gotong royong lalu seluruh bagian tubuh kebo mulai daging hingga tulang akan dibagikan sesuai besaran andil per orang. pembagian ini disebut dengan nanding. lalu setelah selesai...
Tradisi Malam Selikuran merupakan salah satu wajah Islam Nusantara yang mewarisi semangat akulturasi Islam-Jawa versi Wali Songo dalam berdakwah. Selepas salat tarawih, ratusan prajurit Kasunan Surakarta berbaris membawa pedang, tombak, dan panah di depan Kori Kamandungan memimpin Kirab Malam Selikuran. Mereka berjalan menuju Masjid Agung Kauman, diikuti para punggawa keraton dan abdi dalem yang memikul 1.000 nasi tumpeng dan membawa 1.000 lampu ting (lentera). Sebagian abdi dalem berbaris sambil menabuh gamelan, sementara lainnya menyanyikan tembang Macapat Dandhangula , yang diambil dari Serat Wulangreh karya Sunan Pakubuwono IV yang bertutur tentang Al-Qur’an sebagai sumber ajaran sejati serta rahasia malam seribu bulan. Tidak seperti tahun sebelumnya, kirab tumpeng sewu dan lampu ting tidak berakhir di Masjid Agung, melainkan berlanjut menuju Kebonraja Taman Sriwedari yang berjarak sekitar tiga kilometer. Tahun ini, kirab dikembalikan mengikuti kebiasaan Sun...