Dahulu kala hiduplah seorang wanita dengan dua orang anaknya, dia hanya tinggal bertiga karena suaminya telah tiada. Kedua anaknya diberi nama, sang kakak bernama La Nturungkoleo dan sang adik bernama La Mbata-mbata . Mereka hidup dalam kemiskinan, dan sangat memprihatinkan, untuk makan sehari-hari begitu susahnya, akan tetapi namanya seorang ibu tidak ingin melihat anaknya menderita dan mati kelaparan. Si Ibu berusaha mati-matian untuk membahagiakan kedua putranya, karena di daerah kami seorang anak laki-laki mempunyai panggilan khusus yaitu dipanggil dengan awalan LA, misalnya LA ANDI, begitu pula dengan perempuan dipanggil dengan awalan WA misalnya WA ENI. Lanjut…….suatu hari kedua anaknya merintih ingin makan ikan, dan merengek pada ibunya untuk mencarikan ikan untuk mereka, maka si Ibu berangkatlah ke laut untuk mencari ikan, dan kepergiannya itu membuatnya untuk pergi dan tidak kembali lagi, konon si Ibu telah menjadi seekor duyung, yang dikenal dengan sebutan...
Upacara Moana merupakan upacara adat untuk menyambut kelahiran bayi yang dilaksanakan di Palu. Upacara adat ini terdiri dari dua kegiatan, yakni upacara pemotongan Tumbuni (placenta) yang dilanjutkan dengan perawatan placenta dan upacara bayi naik ayunan sampai bayi mulai menginjak tanah. Setelah bayi dilahirkan, seorang Topopanuju (dukun bayi) menaikkan bayi tersebut ke ayunan yang sudah disediakan. Masyarakat setempat menyebut ayunan tersebut umbu. Bayi yang mengikuti upacara adat ini biasanya berusia antara tiga hingga tujuh hari. Biasanya, agenda waktu perencana maupun penyelenggaraan upacara Moana ditentukan oleh Topopanuju. Dalam hal ini, Topopanuju juga membantu mempersiapkan umbu (ayunan) yang akan digunakan. https://www.orami.co.id/magazine/6-tradisi-merayakan-kelahiran-bayi-yang-hanya-ada-di-indonesia/
Ritual ini biasanya digelar setiap menyambut tahun baru Islam atau Hijriyah. Tahun ini, ritual tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Baubau yang dirangkaikan dengan HUT Baubau ke-474 tahun dan hari jadi Kota Baubau sebagai daerah otonom ke-14. Ritual Batu Puaro merupakan ritual untuk memperingati wafatnya Syeh Abdul Wahid, salah seorang ulama yang membawa ajaran Islam ke tanah Buton. Syeh Abdul Wahid datang ke tanah Buton dengan maksud menyebarluaskan ajaran Islam. Saat itu Kerajaan Buton dipimpin oleh raja ke-6 bernama Lakilaponto yang sudah menjabat selama 20 tahun. Setalah Syeh Abdul Wahid mampu meyakinkan ajaran yang dibawanya kepada raja, saat itu pula Lakilaponto menyatakan menganut Islam dan mengucapkan syahadat. Mengetahui rajanya telah menganut Islam, seluruh petinggi kerajaan dan juga masyarakat Buton pun berbondong-bondong masuk Islam. Masuknya ajaran Islam di tanah Buton merubah sistem pemerintahan Buton dari kerajaan menjadi kesultanan. Dan Lakilapo...
Panasnya sinar matahari tak menyurutkan langkah beberapa laki-laki paruh baya yang menggunakan jubah panjang adat Buton membawa sesajen di tangannya. Empat buah sesajen yang tersimpan di atas susunan bambu besar yang sudah dipotong dengan ukuran kecil. Keempat sesajen tersebut dimasukkan ke dalam tenda yang di dalamnya sudah banyak pejabat dan tokoh masyarakat duduk bersila. Sesajen tersebut merupakan bagian dari adat Tuturangiana Andala, atau memberi sesajen kepada penguasa laut yang dilakukan masyarakat Pulau Makasar, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. “Ritual ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Puma sebelum melaksanakan aktivitas di laut diawali dengan Tuturangiana Andala. Intinya untuk membuka pintu-pintu rezeki di laut, sekaligus menolak semacam hambatan dan tantangan yang berasal dari kejahatan laut, seperti gelombang tinggi dan sebagainya,” kata Ketua Adat Pulau Makasar, Armuddin, Minggu (16/10/2016). Isi sesajen tersebut seperti aneka jenis k...
Wakatobi tak hanya memiliki keindahan bawah laut yang menawan. Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara ini juga punya kekayaan lain yaitu sumber daya manusia yang menghargai alam dan bangga dengan kesederhanaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ada 8 suku yang tinggal di Wakatobi . Menurut data tahun 2000, suku bangsa terbanyak adalah Wakatobi 91,33 persen, Suku Bajau (Bajo) 7,92 persen, dan suku lainnya yang berjumlah kurang dari 1 persen. Suku Bajo tersebar di beberapa wilayah di Wakatobi. Suku Bajo Mola bermukim di sekitar perairan Wangi-Wangi atau Wanci, Bajo Sampela, Lohoa dan Mantigola bermukim di perairan Kecamatan Kaledupa, dan Bajo Lamanggu bermukim di perairan kecamatan Tomia. Suku Bajo Mantigola memiliki ciri khas tersendiri, mereka tak punya lahan tempat tinggal di Pulau Kaledupa. Masyarakat Bajo Mantigola yang biasa disebut orang laut itu memang sudah terbiasa hidup di laut. "Suku Bajo itu unik, mereka dibilang primitif oleh orang luar,...
Warga keturunan Ambon yang bermukim di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), mempunyai tradisi unik jelang penyembelihan hewan kurban. Tradisi tersebut dinamakan hadrat. Dalam tradisi ini, ratusan orang mulai dari tua dan muda hingga anak-anak berkeliling kampung mengarak hewan kurban. Mereka menari diiringi lantunan selawat dan alat musik rebana. Anak-anak setempat ikut meramaikan tradisi ini dengan membawa umbul-umbul dan melantunkan selawat. Tradisi ini merupakan warisan nenek moyang mereka dan kerap mereka praktikkan saat berada di Ambon sebelum kerusahan melanda. "Hadrat merupakan budaya islam yang kami ambil dari Syekh Abdul Qodir Jaelani. Pukulan hadrat ini di mana-mana ada tapi bagi warga Ambon mempunyai cara tersendiri," kata Zainal Abidin, pemuda keturunan Ambon, Jumat (25/9/2015) Seusai diarak, hewan itu disembelih. Daging hewan kurban dibagikan kepada masyarakat setempat yang tidak mampu. sumber: htt...
Longga atau dongga diimaginasikan sebagai hantu dengan tubuh berbentuk bayangan hitam yang sangat tinggi. Tingginya bisa setinggi pohon kelapa. Hantu jenis ini sering menyembunyikan anak kecil pada saat menjelang Magrib. Hantu longga ini terkenal di daerah Sulawesi Tenggara. Konon, anak yang disembunyikan oleh longga bisa jadi ada di sekitar rumah tapi tidak bisa dilihat oleh orang yang mencarinya. Anak-anak yang diculiknya akan diberi makan kaki seribu, cacing dan binatang menjijikkan lainnya. Sumber: https://www.jpnn.com/news/10-hantu-paling-menyeramkan-di-sulawesi-selatan?page=3
Sumantapura namanya. Ia putra sulung Raja Bulan. Suatu malam ia melihat bumi dari istana Kerajaan Bulan. Sangat indah dalam pandangannya. Ia pun ingin tinggal di bumi. Sumantapura lalu merubah diri menjadi sebutir telur besar. Ia lalu meluncur turun menuju bumi. Dipilihnya sebuah sarang tempat ayam bertelur untuk tempat turunnya. Sarang untuk bertelur ayam itu milik seorang nenek tua. Ketika telur jelmaan Sumantapura tiba di dalam sarang, ayam-ayam terkejut. Mereka pun ramai berkotek. Nenek tua yang sedang berada di kebunnya terkejut. Bergegas ia melihat kandang ayamnya. Ia takut ayam-ayamnya diserang atau dimangsa burung gagak. Ia terperanjat mendapati sebutir telur besar di dalam sarang tempat bertelur ayamnya. “Telur apa ini?” gumam Nenek tua. Seumur hidupnya belum pernah ia mendapati telur sebesar itu. Ia lalu bergegas mengambil keranjang. Diletakkannya telur besar itu di dalam keranjangnya dan disimpannya di dalam gubuknya. Keesokan...
Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong lagi pemarah. Sering ia meremehkan kemampuan hewan lain. Pada suatu hari Si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia bertemu dengan kura-kura yang terlihat hanya mondar-mandir saja. “Kura-kura, apa yang sedang engkau lakukan di sini?” “Aku sedang mencari sumber penghidupan,” jawab Si kura-kura. Si rusa tiba-tiba marah mendengarjawaban Si kura-kura. “Jangan berlagak engkau, hei kura-kura! Engkau hanya mondar-mandir saja namun berlagak tengah mencari sumber penghidupan!” | Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun Si rusa tetap marah. Bahkan, Si rusa mengancam akan menginjak tubuh Si kura-kura. Si kura-kura yang jengkel akhirnya menantang untuk mengadu kekuatan betis kaki. Si rusa sangat marah mendengar tantangan Si kura-kura untuk mengadu betis. Ia pun meminta agar Si kura-kura menendang betisnya terlebih dahulu. “Tendanglah sekeras-kerasn...