Bahan: 250 gram kwetiau basah, lumuri dengan minyak goreng 4 sdm minyak goreng untuk menumis 1 lembar daun pandan, simpul 1 buah dada ayam, potong dadu 5 batang daun kemangi Gula pasir dan garam secukupnya Bumbu Halus: 7 butir bawang merah 5 siung bawang putih 2 ruas jari jahe 1 sdt lada 4 butir kemiri 2 buah cabai merah 8 buah cabai keriting 3 ruas kunyit Cara membuat: Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun pandan hingga harum. Tambahkan ayam dan masak hingga berubah warna. Masukkan gula pasir, garam, kemangi, dan kwetiau, aduk rata. Siap disajikan. Sumber : Facebook "Resep Masakan"
Bahan: 300 gram kwetiau basah 1/2 buah bawang bombai, cincang 2 siung bawang putih, cincang 2 butir telur, kocok 100 gram ayam suwir 1 bonggol brokoli, potong 1 sdt kecap ikan 3 sdm kecap manis 2 batang daun bawang, potong Garam, merica bubuk secukupnya Cara membuat: Tumis bawang putih dan bawang bombai hingga harum, masukkan telur, masak orak-arik. Tambahkan ayam, brokoli, kecap ikan, kecap manis, garam, dan merica bubuk, aduk hingga rata. Cemplungkan kwetiau dan daun bawang, aduk rata. Angkat dan siap disajikan. Sumber : Facebook "Resep Masakan"
Bahan: 400 gram kwetiau basah, lumuri dengan minyak goreng 4 sdm minyak goreng untuk menumis 2 sdm minyak wijen untuk menumis 3 siung bawang putih, cincang halus 1/2 buah bawang bombai, iris tipis 2 ruas jahe, memarkan 200 gram udang, kupas 500 ml air 3 sdm saus sambal 2 ikat sawi hijau, potong Garam dan gula pasir secukupnya Cara membuat: Panaskan minyak goreng dan minyak wijen, tumis bawang putih, bawang bombai, dan jahe hingga harum. Masukkan udang, masak hingga berubah warna. Tuang air, saus sambal, garam, dan gula pasir, aduk rata. Masak hingga mendidih. Tambahkan sawi hijau dan kwetiau, aduk rata. Siap disajikan. Sumber : Facebook "Resep Masakan"
Megalit dan kubur tempayan dataran tinggi Jambi dalam pandangan arkeologi dan etnosejarah Budisantosa, Tri Marhaeni Sosiana (2015) Megalit dan kubur tempayan dataran tinggi Jambi dalam pandangan arkeologi dan etnosejarah. Berkala Arkeologi Vol. 35 No. 1, Mei 2015, 35 (1). pp. 17-32. ISSN 02161419 Text 02 VOL.35 NO.1 MEI 2015 TRI MARHAENI S BUDISANTOSA MEGALIT & KUBUR TEMPAYAN DATARAN TINGGI JAMBI DALAM PANDANGAN ARKEOLOGI, ETNOSEJARAH DAN ETNOGRAFI.pdf Download (716kB) Official URL: https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id Abstract Salah satu aspek penelitian arkeologi di dataran tinggi Jambi adalah ideologi atau kepercayaan yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Ideologi masyarakat masa lalu tidak dapat diketahui secara langsung melalui budaya material. Oleh...
Proyek Penelitian, Pengkajian, dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya menggali nilai-nilai budaya dari setiap suku bangsa/daerah. Penggalian ini mencakup aspek-aspek kebudayaan daerah dengan tujuan memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila guna tercapainya ketahanan nasional di bidang sosial budaya. Untuk melestarikan nilai-nilai budaya dilakukan penerbitan hasil-hasil penelitian yang kemudian disebarluaskan kepada masyarakat umum. Pencetakan naskah yang betjudul Senjata Tradisional Masyarakat Daerah Jambi, adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sumber: Karim, Navarin and Purnomo, Hari and Budiman, Irwan (1993). Senjata tradisional masyarakat daerah Jambi. Documentation. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta. http://repositori.kemdikbud.go.id/8274/
Bahan: 1 l air, untuk merebus 1 ekor (900 g) ayam kampung, potong dua 3 lembar daun salam 3 cm lengkuas, memarkan 3 batang serai, memarkan 3 cm jahe, memarkan 1½ sdt garam ½ sdt gula pasir 750 ml santan kental, dari 1 butir kelapa 250 g suun, rendam air hangat, tiriskan Bumbu, haluskan: 12 butir bawang merah 4 siung bawang putih 4 butir kemiri, sangrai 1 sdt merica putih butiran Taburan: Bawang daun, iris tipis Kacang kedelai goreng Bawang merah goreng Pelengkap: Sambal rawit merah rebus Jeruk nipis Cara Membuat: Rebus semua bahan kecuali santan bersama bumbu halus di atas api sedang. Masak hingga ayam matang. Angkat ayam. Goreng di dalam minyak banyak dan panas hingga kecokelatan. Angkat. Tiriskan. Suwir-suwir. Tuang santan ke dalam kaldu. Masak hin...
Candi Koto Mahligai terletak di Danau Lamo, Maro Sebo, Danau Lamo, Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, 36382. Di sekeliling lokasi Candi Koto Mahligai masih merupakan daerah rawa dan hutan belukar. Dari daerah rawa ini terdapat parit kecil yang berhubungan dengan parit Amburanjalo yang letaknya sekitar 300 meter ke arah timur. Sebagaimana halnya dengan kelompok candi lain di Muara Jambi, kelompok Koto Mahligai dikelilingi tembok pagar keliling berukuran 97,5 x 120 meter. Pagar pembagi ruang terletak melingkupi Candi Induk dan mandapa di bagian timur. Ukuran gundukan candi induk 20 x 20 meter dan ukuran candi perwara 20 x 15 meter. Dengan melihat kontur permukaan tanah halaman kelompok candi, dapat diduga bahwa halaman kelompok candi ini terbagi dalam ruang-ruang. Pada ruang-ruang di halaman kelompok itu terdapat beberapa gundukan tanah yang merupakan runtuhan bangunan. Runtuhan bangunan induk dan perwara terletak di tengah halaman. Di dalam lingkungan...
Gulai Belut Suku Batin Merangin memiliki cita rasa gurih dari santan kelapa, pedas dari cabe kampung yang jumlahnya sangat banyak dan makin lezat dengan sensasi sayuran pakis yang lembut. Dan tentunya kandungan protein yang terkandung di dalam belut menjadikan gulai belut menjadi salah satu kuliner nusantara yang bergizi tinggi dan sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia yang menyukai masakan yang kaya akan cita rasa. Dalam pengolahannya Suku Batin memiliki teknik tersendiri untuk membuat belut menjadi tidak amis. Mereka terbiasa menarik serat putih yang ada diantara tulang punggung belut. Mereka menyebutnya dengan istilah benang karena ukurannya sebesar benang dan berwarna putih. Pertama-tama potong kepala belut lalu tarik benang dari punggung belut yang berjumlah dua helai baru kemudian belut dipotong kecil-kecil. Mereka meyakini menghilangkan serat putih dipunggung belut akan menghilangkan bau amis belut. Bumbu yang digunakan untuk membuat gulai belut juga sangat banyak....
Sumbun yang memiliki nama ilmiah (solen grandis) adalah biota laut sejenis kerang yang langka. Di Jambi Sumbun hanya bisa ditemui di muara sungai Batanghari pantai timur Sumatera atau tepatnya di Kampung Laut, Tanjab Timur. Sumbun, warga lokalnya menyebutnya dengan nama Kerang Bambu. Memang sekilas bentuknya tampak mirip dengan bambu kecil berdiameter sekitar 1-2 cm dan panjang 5-15 cm. Saat musim Sumbun tiba, warga di Kampung Laut memiliki tradisi “mutik” Sumbun. Tradisi tersebut menurut penuturan warga setempat, tradisi ini dulunya hanya dilakukan turun temurun oleh warga Suku Duanu. Namun kini tradisi nyumbun juga dilakukan oleh warga suku lainnya di Kampung Laut, dan bahkan kini tradisi nyumbun oleh Pemkab Tanjab Timur dijadikan agenda wisata yang dikemas melalui festival. Isma, seorang ibu rumah tangga warga Kuala Jambi mengatakan sumbun enak disantap dengan racikan gulai bening. Untuk rempah- rempah masakan sumbun ini tidaklah susah. "Untuk rempah m...