Tarian ngigal merupakan tarian yang berasal dari bajo. tarian ini biasanya dimainkan saat perayaan tradisi duata dan dimainkan bersamaan dengan lagu liligo. #SBJ
Kenangan masa kanak kanak, sering kali membuat kita terasa ingin mengulang kembali saat saat indah penuh keceriaan bermain bersama teman teman waktu kecil dulu, dunia anak anak dunia penuh ekspresi, persahabatan dan hanya keceriaan tanpabatas batas golongan atau kelas strata sosial. Begitulah kami dulu anak anak dari kota kecil di Kendari yang menikmati dunia kanak kanak kami dengan permainan permainan “tradisional”, maklum permainan yang berbau teknologi seperti game on line atau Play Station sekarang ini di jaman kami dulu itu belum ada, kalaupun ada jenis jenis permainan yang “berteknologi” namun itu hanya terbatas pada teman teman anak orang mampu saja namun secara umum kami semua dan termasuk anak orang mampu lebih menikmati permainan tradisional seperti main enggo lari atau enggo sembunyi, main asin (gobak sodor), main cele (main benteng), main tar tar pakai sodokoro (senjata bambu dengan peluru bunga jambu air atau kertas yang dibasahi) main...
Lebaran hadir sekali setahun menyatukan kerabat yang terpisah jarak. Dari rantau, pulang ke kampung halaman membawa rindu. Kasarawi, festival rakyat yang mengumpulkan kangen anak-anak Pulau Makasar di Baubau Sulawesi Tenggara (Sultra). Akhirman, Baubau Tahun ini, H Sarifuddin bahagia sekali bisa lebaran lagi di kampung halamannya, di Pulau Makasar (Puma), Baubau. Sudah lama, pria itu menetap dan membangun rumah tangga di Flores, Nusa Tenggara Timur. Seingatnya, terakhir kali ia ikut salat Idul Fitri di Puma, dua tahun lalu. Bila pun pernah pulang, bukan saat lebaran. “Banyak kawan-kawan masa kecil saya yang juga pulang ternyata. Makanya, saya senang bisa kumpul dengan keluarga besar di Puma plus bertemu kawan-kawan lama,” kata lelaki yang bekerja sebagai pegawai di Kota Kendari ini. Kebahagiaannya kian lengkap karena para tetua kampung berinisiatif menggelar sebuah festival bernama Kasarawi, pesta berkumpulnya para perantau. Dalam hitungan penyelenggara...
Tari Umoara Tari Umoara adalah tarian tradisional dari daerah Sulawesi Tenggara. Muatan ceita tari Umoara adalah cerita perang yang ditarikan untuk menyambut tamu agung pada saat perkawinan para bangsawan dan mengantar jenazah bangsawan. Selain itu, tarian ini juga dipertunjukkan dalam upacara pelantikan seorang raja. Pesan penting yang bisa diambil dari tarian ini yaitu mempertontonkan ketangkasan, kewaspadaan dalam menyerang musuh dengan senjata perang, dan membela diri dalam pertempuran demi harga diri. https://www.silontong.com/2018/10/10/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-tenggara-gambar/
Tari Mowindahako Tari Mowindahako tarian adat tradisional daerah Sulawesi Tenggara. Bersifat ekslusif, tarian ini dilaksanakan hanya bagi bangsawan atau anakia. Yaitu dilaksanakan apabila suatu pinangan mereka sudah diterima. Hal ini dilakukan sebagai wujud rasa senang maka diadakan tarian Mowindahako atau yang dikenal dengan nama lain yaitu tarian membesara. Ada yang menyatakan bahwa tarian ini mirip dengan kegiatan pada saat upacara adat perkawinan. Seperti menggunakan kalo, siwole dan menirukan model percakapan antara juru bicara laki-laki dan wanita. https://www.silontong.com/2018/10/10/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-tenggara-gambar/
Tari Galangi Berikut ini idalah Tari Galangi yang termasuk sebagai tarian tradisional dari daerah Kepulauan Buton Raya Provinsi Sulawesi Tenggara. Tarian ini populer dengan sebutan yang kental dengan nuansa tarian Perang dalam Kerajaan (Kesultanan Buton). Tari Galangi merupakan ungkapan dan spontanitas gerakan dalam bentuk tari yang mewujudkan bagaimana penggunaan gala dalam menghadapi atau melawan serangan musuh. Pada waktu damai tarian ini merupakan kelengkapan kebesaran, keagungan serta kemulian Sultan. Tari ini dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan. Ada sebelas kelompok pada Tarian Galangi ini terdiri dan tiap kelompok terdiri dari tujuh orang. Berdasarkan sejarahnya, kelompok – kelompok tersebut bertugas untuk mempertahankan Kerajaan/ Kesultanan bila ada serangan dari musuh. Akan tetapi jika dalam keadaan aman, masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda-beda dan dicerit...
Tari Moida-ida Tari Moida-ida adalah tarian daerah yang berasal dari daerah Sulawesi Tenggara. Tarian ini diiringi dengan nyanyian dan alat musik tradisional , sementara sekelompok orang berkumpul membentuk lingkaran dan masing-masing berpegangan pada seutas tali sehingga membentuk cincin. Penampakan cincin sangat jelas dilihat oleh penonton jika dari atas. Tidak tahu pasti apa maksud dari cerita cincin pada tarian ini. Mungkin maksudnya adalah seorang pria yang hendak melamar wanita dengan mahar cincin. https://www.silontong.com/2018/10/10/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-tenggara-gambar/
Tari Dinggu Tari Dinggu adalah tarian adat tradisional dari daerah Sulawesi Tenggara yang merupakan tarian tradisional rakyat yang menggambarkan sifat kegotongroyongan masyarakat Tolaki. Gotong royong dilakukan masyarakat ketika saat musim panen padi tiba. Pada umumnya, tarian ini biasanya ditampilkan oleh penari laki-laki dan wanita dengan mengenakan busana petani pada zaman dahulu. S ejarah menyatakan bahwa tarian ini berawal dari kebiasaan masyarakat Tolaki yang melakukan panen padi dengan cara bergotong-royong, mulai dari memetik padi hingga membawa hasil panenan padi sampai di rumah. Setelah panen selesai dan terkumpul semua, diadakan sebuah acara modinggu, yaitu bersama-sama menumbuk padi hasil panen yang dilakukan oleh muda-mudi. https://www.silontong.com/2018/10/10/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-tenggara-gambar/
Lagu Tongkuno menceritakan tentang kampung Tongkuno yang penuh dengan keberkahan dan kental dengan adat istiadatnya. Oleh karena itu generasi muda khususnya muna harus mampu memahami faham-faham (petua) dalam melestarikan adat istiadat sebagai bekal dikemudian hari. Kampung Tongkuno atau biasanya masyarakat menyebutnya dengan nama kampung lama (Liwu Ngkodau) terletak di pulau Muna sebagai tempat pemukiman awal masyarakat Muna. TONGKUNO cipt: Moses La Kahya "Tongkuno liwuno bharakati Witeno Wuna kalentehaku Asumulimo amowanu liwuku Raha Rampahano kalembohano reaku Tongkuno liwuno kodharati Witeno Wuna liwunto boghou Asumulimo amarintangi liwuku Raha Ramapano Raha kalembohano reaku Laha-lahae mangkafino Pogauno kamokulahi So marintano nsaidi hende bughou Da sumabara da kumapihi so kadadiha So karunsaha gholeo mburu maino" Sumber: https://www.wartasultra.id/2017/10/21/mengenal-lagu-dan-bahasa-muna-tongkuno/