Alat Musik
Alat Musik
Perayaan Sulawesi Tenggara Baubau
Kasarawi
- 30 November 2018

Lebaran hadir sekali setahun menyatukan kerabat yang terpisah jarak. Dari rantau, pulang ke kampung halaman membawa rindu. Kasarawi, festival rakyat yang mengumpulkan kangen anak-anak Pulau Makasar di Baubau Sulawesi Tenggara (Sultra).

Akhirman, Baubau

Tahun ini, H Sarifuddin bahagia sekali bisa lebaran lagi di kampung halamannya, di Pulau Makasar (Puma), Baubau. Sudah lama, pria itu menetap dan membangun rumah tangga di Flores, Nusa Tenggara Timur. Seingatnya, terakhir kali ia ikut salat Idul Fitri di Puma, dua tahun lalu. Bila pun pernah pulang, bukan saat lebaran.

“Banyak kawan-kawan masa kecil saya yang juga pulang ternyata. Makanya, saya senang bisa kumpul dengan keluarga besar di Puma plus bertemu kawan-kawan lama,” kata lelaki yang bekerja sebagai pegawai di Kota Kendari ini. Kebahagiaannya kian lengkap karena para tetua kampung berinisiatif menggelar sebuah festival bernama Kasarawi, pesta berkumpulnya para perantau.

Dalam hitungan penyelenggaranya, festival ini digelar jelang akhir Ramadan hingga beberapa hari usai lebaran. Kamis (22/6) lalu, hajatan ini diawali dan dipusatkan di Lapangan Kelurahan Sukanayo, Kecamatan Kokalukuna, Puma. Sebuah panggung sederhana dibangun di tengah lapangan. Orang lokal melabeli acara itu dengan Kasarawi atau Pokemba yang dalam lisan Buton diartikan, mengundang orang jauh maupun dekat untuk berkumpul membangun negeri.

“Masyarakat Buton khususnya Puma  banyak yang merantau. Makanya kita berinisiatif menggelar event Festival Kasarawi sebagai wadah untuk berkumpul kembali bersama mereka yang dari rantau guna mengenang kembali masa lalunya ketika berada di kampung halaman,” kisah Junaidin, yang dipercaya jadi ketua panitia festival itu kepada jurnalis Kendari Pos yang berkunjung ke Pulau itu, empat hari lalu.

Senin (3/7) lalu, Festival Kasarawi dituntaskan. Selama beberapa hari dihelat, beragam kegiatan dipentaskan juga ada yang dilombakan. Ada kegiatan seni musik, religi, permainan tradisional hingga ritual budaya masyarakat. Seluruhnya ditampilkan dalam satu event. Makanya rangkaian kegiatannya di mulai sejak Ramadan dan baru tuntas lima hari lalu.

Rangkaian kegiatan dibagi dalam beberapa kelompok acara. Misalnya, enam hari pertama, ada lomba dangdut Kasarawi yang diikuti beberapa daerah Kabupaten/Kota di Sultra mulai dari Kota Kendari, Buton, Buteng, Busel, Kota Baubau dan Muna. Kemudian diawal Ramadan diisi pembekalan ilmu agama, lalu 10 hari ramadan diisi lomba kegiatan keagaman. Seluruhnya, diselingi dengan berbagai permainan tradisonal rakyat.

“Selama event di gelar, tercatat ada 45 permainan tradisional rakyat yang kita pentaskan. Beberapa diantaranya seperti, pease, bulugila, kaukau, kaodaoda dan masih banyak lagi. Tujuanya, untuk mengenang kembali permainan tradisional masa lampau sekaligus menghidupkanya kembali, karena suda mulai tergusur zaman,” terang Junaidin.

Setelah Idul Fitri, tepatnya, Senin (3/7) 2017 menjadi puncak kegiatan Festival Kasarawi. Sekitar pukul 09.30 Wita, ratusan masyarakat hadir dan memadati lapangan Sukanayo. Sebagian besar dari mereka membawa talang haroa dan menempati tenda yang telah disediakan memajang di sisi lapangan.

Gubernur Sultra, Nur Alam diundang dan berkesempatan hadir. Ia datang ke Puma bersama istri, Tina Nur Alam dan didampingi Walikota Baubau, AS Tamrin. Beberapa tokoh masyarakat atau pemangku adat Puma juga bergabung dan duduk berdampingan bersama unsur pemerintah. Klimaksnya acara ditandai saat seorang tokoh adat mengambil sebuah wadah yang berisi air yang kemudian dibacakan doa. Air itu dipercaya bisa menjadi sarana penyembuhan penyakit bagi anak-anak yang dalam tradisi masyarakat Puma disebut bosu-bosu (pengobatan dengan air). Setelah proses ritual itu dilakukan, sekira 70 anak dengan mengenakan sarung adat atau tenun mengambil tempat. Mereka dimandikan dengan disaring menggunakan daun kelapa muda atau janur kuning.

“Bosu-bosu ini adalah tradisi pengobatan yang telah dilakukan sejak zaman dahulu dan dipercaya untuk mengobati bisul-bisul dan deman anak. Ini adalah warisan dari leluhur yang saat ini sudah mulai terkikis zaman. Terbukti banyak masyarakat khususnya generasi muda yang tidak tahu dan mempertayakan tradisi ini. Makanya, dalam festival ini kita coba angkat kembali dengan menggelarnya secara masal,” ucap Junaidin.

Diatas panggung itu, tepat dihadapan Gubernur dan Walikota serta unsur Muspida dan para pemangku adat, telah tersedia talang haroa masing-masing. Itu berisi aneka makanan tradisonal khas Buton, yang diperuntukan bagi mereka sebagai jamuan makan siang atau pekandekandea dalam bahasa Buton.

Di tengah-tengah para tetamu, sebuah talang raksasa yang bentuknya menyerupai tower 5.000 liter dengan tinggi sekira 1,30 meter berdiri. Di sisinya ada berbagai makanan tradisional dikaitkan. Sebelum Pakande-kandea dimulai, para tokoh adat terlebih dahulu melakukan pembacaan doa, dengan mengambil tempat duduk tepat di hadapad unsur pemerintah.

“Ini adalah sesuatu yang patut mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Event ini mencatat rekor karena kalau biasanya sebuah festival umumnya hanya dilaksanakan satu sampai dua minggu, tetapi Kasarawi Puma digelar sampai 45 hari. Ini luar biasa. Kedepan event seperti ini harus terus dipertahankan untuk kelestarian budaya dan tradisi mastarakat,” puji Nur Alam.

Uniknya, kegiatan ini terlaksana berkat kemauan tinggi dari seluruh masyarakat Puma. Baik yang ada atau menetap di Puma maupun yang berada di perantauan saling bahu-membahu menysukseskan kegiatan. “Masing-masing memberikan bantuan dan subangsih yang berarti sehingga kegiatan Festival. Baik pikiran, tenaga, makanan/talang haroa hingga uang tunai. Modal acara ini hanya Rp 3.440.000 hingga selesai. Seluruhnya dari swadaya masyarakat,” kata Junaidin lagi.

Nantinya, ada atau tanpa dukungan pemerintah, kegiatan tersebut akan tetap dilaksanakan. Hanya saja, tidak bisa setiap tahun karena para perantau tidak mungkin pulang setiap tahun. “Mungkin kita gelar dua tahun atau tiga tahun sekali. Supaya ini bisa menjadi semangat masyarakat perantauan untuk pulang kampung,” pungkas Junaidin.

Sumber: https://www.kompasiana.com/chsabara/552e14036ea8347a348b4574/berseluncur-di-atas-ilalang-pasosso-permainan-masa-kecilku-di-kendari

#SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
tes
Alat Musik Alat Musik
Bali

tes

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline