Bila anda mengunjungi Kota Serang sepertinya wajib mencicipi kuliner satu ini yakni Satai Bandeng . Satai bandeng adalah salah satu makanan khas Kabupaten Serang dan sangat mudah dijumpai di sini . Sate ini termasuk unik karena terbuat dari daging ikan bandeng tanpa duri dan tulang. Bandeng yang dibumbui dipisahkan dari duri, lalu dimasukkan kembali ke dalam kulit ikan bandeng, dijepit dengan bambu, lalu dipanggang di atas bara arang. Satai yang terbuat dari daging ikan bandeng segar dengan bumbu ketumbar, bawang goreng, gula pasir, gula merah, santan, dan garam menjadi santapan nan nikmat untuk menemani nasi yang hangat. Berikut ini resep membuatnya : Bahan : - 1 ekor ikan bandeng,ukuran sedang - 4 sdm minyak untuk menumis Bumbu Halus : - 7 bawang merah - 4 siung bawang putih - 4 buah cabai merah keriting - 1 ½ sdt ketumbar - ½ sdt jintan - 2 cm lengkuas - 2 cm kunyit - 50 gram kelapa sedang,parut,sangrai - 1 sd...
Sejak zaman nenek moyang terdahulu, khasiat bahan ramuan Wedang Uwuh dipercaya sebagai anti oksidan, anti kanker, dapat meringankan serta mencegah masuk angin & batuk ringan, melegakan tenggorokan, memperlancar peredaran darah, menurunkan tekanan darah tinggi, batuk darah, kolesterol, menghilangkan nyeri, capek, pegal, kembung dsb. Bila anda ingin membuat sendiri berikut ini reseppembuatanya : Bahan : - 700 ml air. - 40 gram serutan kayu secang kering. - 50 gram gula batu atau gula pasir. - 10 butir cengkeh atau batang cengkeh kering. - 6 cm jahe , memarkan. - 3 lembar daun cengkeh kering. - 3 lembar daun pala kering. - 2 lembar daun kayu manis kering. Cara Membuat : 1. Bakar jahe, lalu dimemarkan. 2. Tuang air dalam panci. Masukkan jahe, cengkeh atau batang cengkeh, daun cengkeh, daun kayu manis, daun pala, serutan kayu secang, jahe, dan gula batu. 3. Masak dengan api sedang hingga mendidih. 4. Rebus selama kurang lebih 15 m...
Sesuai filosofi masyarakat Baduy yang memandang alam adalah bagian dari kehidupan sehingga harus dijaga keberadaannya maka mata pencaharian masyarakat Baduy adalah berladang atau bercocok tanam di huma. Kegiatan berladang bagi masyarakat baduy sudah dilakukan sejak dulu secara turun temurun. Mata pencaharian masyarakat Baduy bersifat tertutup, hanya untuk kalangan masyarakat Baduy meskipun sekarang ada interaksi jual beli masyarakat Baduy. Mata pencaharian masyarakat Baduy yang mayoritas berladang menurut Garna (1996a.1007:108) adalah wujud kepercayaan masyarakat Baduy terhadap padi sebagai perlambang Nyi Pohaci Sanghyang Asri yang harus ditanam sesuai ketentuan-ketentuan karuhun yaitu sebagaimana nenek moyang mereka menanam padi. Padi ditanam di lahan kering, huma yang berada di luar dan di dalam desa, kecuali tidak boleh ditanam di di hutan larangan yaitu hutan tua di wilayah Baduy dalam. Dengan penanama padi di ladang sekali musim tanam tiap tahun mata pencaharian orang...
Masyarakat Baduy memiliki keyakinan bahwa mereka adalah manusia pertama yang tinggal di bumi dan bermukin di pusat bumi. Seluruh aktivitas masyarakat Baduy harus berlandaskan pada buyut karuhun (ketentuan adat) yang sudah tertera dalam pikukuh adat (larangan adat). Masyarakat Baduy tidak boleh mengubah dan tidak boleh melanggar segala yang ada dalam kehidupan ini yang sudah ditentukan. Segala aktivitas masyarakat Baduy harus berlandaskan rukun agama Sunda Wiwitan (rukun Baduy) yang merupakan ajaran agama Sunda Wiwitan yaitu ngukus, ngawalu, muja ngalaksa, ngalanjak, ngapundayan dan ngareksakeun sasaka pusaka. Ajaran tersebut harus ditaati melalui pemimpin adat yaitu Pu’un. Pu’un harus dihormati dan diikuti segalan aturannya karena Pu’un adalah keturunan Batara. Ketentuan adat dalam masyarakat Baduy yaitu larangan adat merupakan pedoman dan pandangan hidup yang harus dijalankan secara benar. Isi larangan adat masyarakat Baduy tersebut yaitu:...
Secara umum rumah adat Baduy merupakan rumah panggung yang hampir secara keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu. Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan. Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi, berbentuk panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata permukaannya, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang digunakan adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar tanah tidak longsor. Atap rumah adat baduy terbuat dari daun yang disebut sulah nyanda . Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus melainkan agah merebah ke belakang. Salahsatu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap. Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara ve...
Berlokasi di sebelah barat seberang kanal Benteng Speelwijk, bangunan Vihara Avalokitesvara Banten memiliki keunikan cerita tersendiri. Konon bangunan ini dilatarbelakangi oleh kisah asmara antara Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dengan Puteri Ong Tien sekitar tahun 1652. Rombongan imigran Tionghoa yang hendak berlayar ke Tuban, Jawa Timur, kehabisan perbekalan lalu mendarat di Banten. Kedatangan orang asing tersebut mendapat perlawanan penduduk setempat. Terjadilah perkelahian antara Puteri Ong Tien dengan penduduk Banten. Karena tidak berimbang, Puteri Ong Tien menyerah kalah. Kecantikan Puteri Ong Tien membuat Syarif Hidayatullah jatuh hati dan menikahi perempuan tersebut. Akan tetapi, pernikahan mereka menimbulkan perseteruan di kalangan pengikut Ong Tien. Sebagian dari mereka memeluk agama Islam dan sebagian lagi bertahan pada agama Buddha. Akhirnya Syarif Hidayatullah memutuskan untuk membangun sebuah masjid di Pacinan dan membangun vihara di Dermayon yang...
Meriam besar Ki Amuk dahulu berada di tepi dermaga pelabuhan Karangantu yang menghadap ke laut lepas. Di atas bagian moncongnya terdapat prasasti yang bertuliskan huruf Arab. KC Cruq menyebutkan bahwa prasasti tersebut merupakan Candra Sengkala yang merujuk angka tahun saka 1450 (1528-1529). Meriam Ki Amuk diperkirakan berhubungan dengan Meriam Ki Jimat yang dihadiahkan Sultan Trenggono dari Demak kepada Sunan Gunung Jati. Masyarakat kerap berziarah ke meriam ini karena dianggap keramat. Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1795/meriam-ki-amuk
Rendo Pengiring Pantung merupakan salah satu alat kesenian Tradisional masyarakat Baduy memberikan warna kehidupan budaya bervariasi, sebagai pembangkit rasa ingat para warga kepada amanat leluhurnya. Rendo hadir pada setahun sekali secara pasti, setelah selesai musim ngored, menjelang pohon padi mulai berbunga. Peristiwa ini merupakan waktu senggang yang digunakan untuk kesibukan membaca pantun,dalam membuka tabir sejarah perjalanan hidup leluhurnya. Kegiatan mantun biasanya dipimpin oleh tokoh masyarakat, yang lebih mengetahui, serta bertanggung jawab untuk menyampaikan amanat. Mantun merupakan upacar kecil yang dilakukan dari rumah ke rumah, pada malam hari untuk lek-lekan sampai larut malam. Sumber: http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/kesenian-masyarakat-baduy.html
Golok atau bedog menjadi atribut sehari-hari kaum laki-laki Bady. Ada dua macam golok yang dibuat dan digunakan oleh Masyarakat Baduy, yaitu golok polos dan golok yang berpamor. Golok polos dibuat dengan proses biasa, menggunakan besi baja bekas per pegas kendaraan bermotor yang ditempa berulang-ulang. Golok ini biasanya di gunakan untuk menebang pohon, mengambil bambu, dan keperluan lainnya, sedangkan golok yang berpamor adalah golok yang telah dipercayai kekuatannya memiliki urat-urat atau motif gambar yang menyerupai urat kayu dari pangkal hingga ujung golok pada kedua permukaannya. Proses pembuatannya lebih lama dan memerlukan percampuran besi dan baja yang khusus. Kekuatan dan ketajaman golok pamor melebihi golok polos biasa, di samping itu memiliki kharisma tersendiri bagi yang menyandangnya. Golok buatan orang Baduy –Dalam berbeda dengan buatan orang Baduy-Luar, perbedaannya terletak pada serangka dan perahnya, baik yang berpamor maupun tidak....