Pendahuluan Manusia berakal merupakan syarat mutlak bagi pendukung suatu kebudayaan, karena akal penyebab adanya kebudayaan, akal melahirkan pikir dan rasa. Keseluruhan pikir dan rasa yang ada dalam pemikiran manusia, merupakan hal yang sangat bernilai dalam hidupnya, sebagai pedoman tertinggi atas perilakunya. Dengan demikian pikir dan rasa atau konsepsi-konsepsi yang ada dalam alam pikiran masyarakat ( sistem nilai budaya), tidak langsung terlihat, melainkan tercermin dan terwujud dalam pola tingkah laku, pergaulan sosial serta pemikiran masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai budaya yang menjadi ciri-ciri kehidupan suatu masyarakat biasanya terkandung di dalam sumber-sumber tertulis, lisan dan gerak. Sumber-sumber tertulis dapat berupa naskah-naskah kuno. Sumber lisan berupa cerita-cerita rakyat, sastra lisan, Sedangkan sumber gerak terwujud dalam kegiatan seperti permainan rakyat, upacara-upacara. Upacara tradisional adalah merupakan bahagian yang tak te...
Lokasi Istana Karang Aceh Istana Karang berada di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, tepat di pinggir jalan lintas Medan-Banda Aceh. Istana Karang Aceh Istana Karang ini dulunya adalah istana tempat tinggalnya raja Tamiang. Aceh Tamiang merupakan nama Kerajaan Tamiang. Kerajaan melayu yang masih punya hubungan kekeluargaan dengan kerajaan kesultanan Deli di Medan Sumatera Utara. Istana Karang adalah sebuah istana peninggalan Kerajaan Karang di Aceh Tamiang. Meskipun namanya istana karang, tetapi istana ini dibangun dari beton dan bergaya bangunan Belanda. Sejarah Istana Karang Aceh Berdasarkan sejarahnya, Tamiang pada masa lalu terpecah dua hingga menjadi dua kerajaan yakni Kerajaan Karang dan Kerajaan Benua Tunu. Tapi kedua kerajaan itu tetap tunduk pada Negeri Karang. Meskipun bernama istana karang, tetapi istana ini tidak dibangun menggunakan batu-batu karang seperti Istana Karang yang ada di Cirebon melainkan dari...
Pada jaman dahulu kala, di sebuah dusun terpencil di daerah Nanggro Aceh Darussalam, hiduplah seorang janda bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Banta Berensyah. Banta Berensyah seorang anak yang rajin dan mahir bermain suling. Kedua ibu dan anak itu tinggal di sebuah gubuk bambu yang beratapkan ilalang dan beralaskan dedaunan kering dengan kondisi hampir roboh. Kala hujan turun, air dengan leluasa masuk ke dalamnya. Bangunan gubuk itu benar-benar tidak layak huni lagi. Namun apa hendak dibuat, jangankan biaya untuk memperbaiki gubuk itu, untuk makan sehari-hari pun mereka kesulitan. Untuk bertahan hidup, ibu dan anak itu menampi sekam di sebuah kincir padi milik saudaranya yang bernama Jakub. Jakub adalah saudagar kaya di dusun itu. Namun, ia terkenal sangat kikir, loba, dan tamak. Segala perbuatannya selalu diperhitungkan untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Terkadang ia hanya mengupahi ibu Banta Berensyah dengan segenggam atau dua genggam beras. Beras itu hanya...
Dalam cerita rakyat ini, amet muda adalah seorang putra mahkota dan sudah pasti dia seharusnya menjadi raja . Tetapi masalahnya si amet muda ini masih kecil sehingga belum mampu menjadi raja. Alkisah, di Negeri Alas, Nanggroe Aceh Darussalam, ada sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya selalu patuh dan setia kepadanya. Negeri Alas pun senantiasa aman dan damai. Namun satu hal yang membuat sang Raja selalu bersedih, karena belum dikaruniai seorang anak. Sang Raja ingin sekali seperti adiknya yang sudah memiliki seorang anak. Pada suatu hari, sang Raja duduk termenung seorang diri di serambi istana. Tanpa disadarinya, tiba-tiba permaisurinya telah duduk di sampingnya. “Apa yang sedang Kanda pikirkan?” tanya permaisuri pelan. “Dindaku tercinta! Kita sudah tua, tapi sampai saat ini kita belum mempunyai seorang putra yang kelak akan mew...
Burek Kura adalah seorang pemuda miskin dengan wujud aneh. Wujudnya menyerupai kura-kura. Meski dengan wujud kura-kura, Bruek Kura dikenal selaku pemuda yang baik hati. Ia rajin bekerja membantu kedua orangtuanya. Orangtuanya sangat mencintai dan menyayangi Bruek Kura. Begitu pula halnya dengan Bruek Kura. Orang-orang yang mengenal Bruek Kura juga menghormati dan menyayangi pemuda baik hati itu tanpa mempedulikan wujud Bruek Kura yang aneh itu. Ketika Bruek Kura telah dewasa usianya, Bruek Kura jatuh cinta pada seorang gadis berwajah cantik anak seorang saudagar kaya raya. Ia pun meminta kedua orangtuanya untuk meminang gadis yang dicintainya itu. Ibu Bruek Kura lantas menuju rumah gadis idaman anaknya. Orangtua Si gadis serta merta menolak lamaran Ibu Bruek Kura. Mereka tidak menghendaki anak gadisnya menjadi istri seorang pemuda berwujud kura- kura yang miskin itu. Bruek Kura tidak menyerah meski lamarannya ditolak. Ia kembali meminta ibuny...
Alkisah pada zaman dahulu, di sebuah perguruan yang terletak di Desa Lhok Drien, Sawang, Aceh Utara, tinggallah seorang pemuda gagah nan pandai. Saking pandainya, semua ilmu yang diajarkan oleh gurunya, Teungku Di Lhok Drien dapat dikuasai olehnya dalam sekejap. Bersebab itulah, kemudian ia dijuluki Malem Muda yang bermakna “orang yang berilmu di usia muda/belia”. Hal ini membuat Malem Muda diangkat menjadi tangan kanan gurunya, Teungku Di Lhok Drien.Suatu hari, Malem Muda dipanggil oleh gurunya untuk menghadap. Maka datanglah Malem Muda ke hadapan gurunya sambil bertanya,” Ada apa gerangan Teungku memanggil saya?” “Wahai Malem Muda, aku hendak memberimu suatu tugas. Akan tetapi, sebelumnya engkau harus berjanji dulu kepadaku bahwa engkau akan mematuhi segala yang kukatakan,” titah Tgk. Di Lhok Drien sembari mengelus jenggotnya. “Siap Teungku,” sahut Malem Muda. “Pasti ini tugas istimewa,” batinnya. Kemudian...
arian Meugroeb, tarian adat Aceh yang mengandalkan hendakan kaki, tarian ini berbeda sedikit dengan Seudati, yang manyoritas mengandalkan hendakan tangan ke tubuh. Tarian ini sudah ada sejak kerajaan Pedir, ada juga yang mengatakan tarian ini baru dikembangkan era islam masuk menguasai Kabupaten Pidie. Meugroeb juga memakai dua Syeikh (penyair) untuk mengiringi tarian, tarian ini dibagi dua kelompok yang masing–masing kelompok awalnya menceritakan sebuah perlawanan akhirnya menjadi keakraban. Dalam sejarahnya, diceritakan dulu saat masa kerajaan, tarian ini sering didendangkan sebelum berperang melawan penjajah atau masa invansi Belanda ke Aceh, 1873. Meugroeb juga sering ditampilkan pada acara-acara kerajaan yang dipertontonkan kepada masyarakat, belakangan seiring perkembangan jaman tarian ini semakin memudar dan hilang. Hingga tahun 2016, hanya satu Gampong (Desa) yang masih mempraktekkan Meugroeb kepada khalayak ramai, yaitu Gampong Pulo Lueng Tegha, Kecamatan Glumpang Baro, Kabu...