 
            Di sebuah desa, tinggallah sepasang suami istri. Setiap hari mereka bekerja sebagai petani palawija. Walaupun hidup sangat sederhana, mereka selalu bersedia membantu para tetangga sebisa mereka. Suatu malam, sang suami tidak bisa tidur karena hatinya sangat gelisah. Ketika ia menoleh kepada istrinya yang sedang tertidur pulas, ia sangat terkejut. Seekor lipan yang tubuhnya bersinar putih keluar dari kepala istrinya. Lipan itu merayap turun dan keluar dari rumah. Merasa penasaran, sang suami mengikuti ke mana lipan itu pergi. Lipan masuk ke sebuah lubang kecil di dekat rumahnya dan tidak keluar-keluar lagi. Keesokan paginya, sang suami menceritakan kejadian aneh itu kepada istrinya."Ibu pun semalam bermimpi aneh Pak. Ibu seperti berada di dekat sebuah danau. Tiba-tiba, ibu melihat sekor landak raksasa di tengah danau. Landak itu berbulu kuning keemasan. Apakah mimpiku ini ada hubungannya dengan yang Bapak lihat semalam? Mungkin itu suatu pertanda baik, Pak. Bagaimana kalau ki...
 
                     
            i cerita tentang seorang putri dengan Pak Rusa’. Putri tadi bernama Bussu. Kisah ini bermula dari suatu hari Putri Bussu melayangkan kipas ke rumah Pak Rusa’. Kipas tadi menyangkut di rumah Pak Rusa’. ” Putri, putri buatkan aku bubur ya .....”, kata Pak Rusa pada sang putri ” Baiklah, Pak Rusa’, jawab sang putri Dibuatkannyalah bubur, namun belum juga dimakannya sampai menjelang siang dan bubur tersebut menjadi dingin. Tidak lama kemudian bubur itupun dimakan oleh Pak Rusa’. Tidak lama kemudian Pak Rusa’ bertanya kepada tuan putri. ” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’ ” Itu orang menumbuk emping disiang hari, jawab Sang Putri’ ” Apa yang dikipas - kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’ ” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’ kata Tuan Putri" ” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’ ” Bintang Timur merupakan tanda hari akan siang, Pak Rusa, kata Tuan Putri ” Apa yang bergoyang goyang, tuan putri ? ” tanya Pak R...
 
                     
            (cerita di lihat dari sambas.go.id) Konon pada zaman dahulu di daerah Kabupaten Sambas, tepatnya di pedalaman benua Bantahan sebelah Timur Kota Sekura Ibukota Kecamatan Teluk Keramat yang dihuni oleh Suku Dayak, telah terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan untuk diketahui dan menarik untuk dikaji, sehingga peristiwa itu diangkat ke permukaan. Menurut informasi orang bahwa di daerah tersebut terdapat sebuah kerajaan yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua gunung dimaksud terdapatlah sebuah gua yang bernama ”Gua Batu”, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil yang di dalamnya terdapat banyak ikan dan gua tersebut dihuni oleh seorang kakek tua renta yang boleh dikatakan ”sakti. Cerita dimulai dengan seorang raja yang memerintah pada kerajaan di atas dan mempunyai tujuh orang putri, raja itu tidak mempunyai istri lagi sejak meninggalnya permaisuri atau ibu dari ketujuh orang putrinya. Di antara ketujuh...
 
                     
            Pada suatu ketika, Raden Sandhi dipanggil oleh orang tuanya dan berkata : ” Sandhi, kamu aku lihat lain dari pada saudara - saudaramu. Selalu saja kau pergi kehutan, atau sampai ke daerah Paloh berburu mencari burung, kijang, pelanduk. Hasilnya tidak ada juga. Jadi aku rasa lebih baik kamu tinggal di rumah saja, itu anak istrimu siapa yang akan mengurusnya. Kami memang sanggup memberinya makan, tapi kamu sebagai suaminya, kamu yang lebih banyak memberi perhatian, mendidik. Baik itu kepada anak - anakmu, istrimu, itu adalah tanggung jawabmu. Raden Sandhi, orangnya pendiam dan tidak suka berbicara yang tidak ada gunanya, terlebih - lebih kepada orang tuanya dan bagaimanapun kemarahan orang tuanya tadi, ia diam saja, namun di dalam hatinya karena itu telah menjadi kebiasaannya yang suka berburu. Pada suatu hari Raden Sandhi seperti biasa, akan pergi berburu senjatanya yang akan dipergunakan untuk pergi berburu. Lalu ia pergi menemui istrinya, ” Oi, hari ini, aku akan pergi berburu lagi...
 
                     
            Konon ceritanya pada zaman pemerintahan Sultan Syafiuddin I, Kesultanan Sambas pernah didatangi oleh pasukan dari Kerajaan Majapahit, yang tujuannya ingin memerintah Kesultanan Sambas. Tentu saja keinginan itu ditentang oleh Sultan Sambas beserta rakyatnya. Merasa ditentang, pasukan Majapahit menyerang Sambas. Terjadilah peperangan. Bantilan membantu Sambas hingga pasukan dari Majapahit itu dapat dikalahkan. Bantilan itu adalah nama sebuah ilmu putih yang ceritanya dimiliki oleh tujuh bersaudara. Masyarakat Sambas pada umumnya merasa ngeri dan berdiri bulu kuduknya apabila mendengar ilmu bantilan. Lama kelamaan kata bantilan diotak atik menjadi kata bantalan yang artinya jagoan, tahan bacok dan tahan senjata tajam. Hanya saja bagi masyarakat Sambas, ilmu itu tidak pernah digunakan untuk hal-hal yang negatif / berbuat jahat.
 
                     
            Permainan Keriang Bandong merupakan salah satu dari sekian banyak permainan rakyat yang unik dan mempunyai kekhasan tersendiri yang berasal dari Kalimantan Barat. Pada mulanya permainan rakyat yang satu ini menggunakan media obor atau bamboo namun pada perkembangannya permainan keriang banding ini mengalami perubahan. Permainan keriang bandong awalnya hanya mempergunakan obor bambu kemudian berubah menjadi lampion-lampion yang berbentuk unik dan menarik. Perubahan ini terjadi karena mungkin menggunakan media obor bambu sangat tidak praktis sama sekali dibandingkan dengan lampion. Lampion sendiri terbuat dari bilah bambu atau lidi daun kelapa yang dibentuk berupa rangka binatang. Anak-anak kecil atau remaja yang bermain keriang bandong ini biasanya mengarak keriang bandongnya disekitar lingkungan rumah atau di dalam gang dimana mereka tinggal. Keriang bandong ini hanya dimainkan di bulan Ramadhan saja yang dimulai pada hari ke 21 hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Budaya perm...
 
                     
            Kecamatan Sambas merupakan wilayah yang luas dan terkenal dengan kekayaan budaya seperti cerita rakyat. Cerita rakyat, termasuk dongeng yang berhasil direkam dari para informan, dalam penulisannya sudah mengalami editing, baik gaya bahasanya maupun kalimatnya. Dengan adanya cerita rakyat ini membantu pemerintah untuk melestarikan salah satu hasil kebudayaan. Diceritakan pada zaman dahulu di sebuah kampung, hidup satu keluarga yang sangat sederhana. Hidupnya tergantung pada alam lingkungannya. Keluarga itu mempunyai seorang anak laki-laki bernama Saloi, sehingga suami istri disbut Pak Saloi dan Mak Saloi. Banyak cerita lucu yang dialami oleh Pak Saloi yang membuat istrinya mengomel karena ketololannya. Salah satunya yaitu ketika ia pergi ke hutan untuk menjerat burung sebagai lauk. Setelah mendapat banyak burung, ia beristirahat maka diambillah seekor burung kemudian dibelainya burung itu dilepasnya dan di suruh menghadap istrinya sampai burung tersebut habis. Kemudian Pak Saloi pulang...
 
                     
            Cerita Rakyat Tanunggal berasal dari Sambas. Diberi nama Tanunggal karena pada saat bayinya ditemukan sudah mempunyai sebuah gigi seperti gigi orang dewasa dan Raja Tanunggal lahir tidak mempunyai ayah dan ibu karena bayinya ditemukan dalam seruas bambu. Raja Tanunggal memerintah dengan tangan besi sehingga rakyatnya sengsara dan hidup dalam ketakutan. Raja Tanunggal mempunyai 2 orang anak yang bernama Bujang Nadi dan Dare Nandung tapi mereka tidak pernah saling bertemu namun entah dari mana sumbernya mengatakan Bujang Nadi dan Dare Nadung bercinta-cinta dan berjanji sehidup semati, mendengar hal tersebut Raja Tanunggal sangat marah dan menghukum anaknya dengan cara di tanam hidup-hidup dalam satu peti mati yang dilengkapi dengan ayam jago dan alat tenun. Akhir dari kisah Tanunggal konon dikatakan bahwa ia dimasukkan dalam sebuah sangkar besi lalu ditenggelamkan di Sungai Sambas Kecil.
 
                     
            Cerita Rakyat Tanunggal berasal dari Sambas. Diberi nama Tanunggal karena pada saat bayinya ditemukan sudah mempunyai sebuah gigi seperti gigi orang dewasa dan Raja Tanunggal lahir tidak mempunyai ayah dan ibu karena bayinya ditemukan dalam seruas bambu. Raja Tanunggal memerintah dengan tangan besi sehingga rakyatnya sengsara dan hidup dalam ketakutan. Raja Tanunggal mempunyai 2 orang anak yang bernama Bujang Nadi dan Dare Nandung tapi mereka tidak pernah saling bertemu namun entah dari mana sumbernya mengatakan Bujang Nadi dan Dare Nadung bercinta-cinta dan berjanji sehidup semati, mendengar hal tersebut Raja Tanunggal sangat marah dan menghukum anaknya dengan cara di tanam hidup-hidup dalam satu peti mati yang dilengkapi dengan ayam jago dan alat tenun. Akhir dari kisah Tanunggal konon dikatakan bahwa ia dimasukkan dalam sebuah sangkar besi lalu ditenggelamkan di Sungai Sambas Kecil.
