Bahan-bahan 5 buah turubuk 1 ikat sawi hijau 2 buah oncom Sasa Garam Gula merah Bumbu halus: 3 buah kemiri sangrai 3 siung bawang putih 5 siung bawang merah Langkah Potong2 sayuran,,turubuk,sawi hijau juga oncom sesuai selera,cuci bersih tiriskan Tumis bumbu halus sampai harum,masukkan sawi hijau,oncom dan turbuk nya,aduk2...
Bahan-bahan 1 buah jagung manis 1/2 papan tempe 1 buah wortel 1/4 ikat kacang panjang 3 buah bawang putih 3 buah bawang merah 1 lembar salam Sejumput garam Sejumput Gula merah 3 sdm minyak untuk menumis Secukupnya air Secukupnya saori teriyaki Langkah Kupas wortel.potong kecil2 ...
Bahan-bahan 150 gr tepung terigu 150 gr tepung beras 200 gr gula aren (resep asli 250) 420 Ml air Sejumput garem 2 lembar daun pandan simpul Langkah Campur air daun pandna dan gula. Biarkan sampai larut Campur semua tepung tambahkan garem aduk rata ...
Bahan-bahan 2 ukuran sedang Singkong 3 gula jawa kecil-kecil Tepung maizena Air Garam Santan Pandan Vanili Langkah Rebus singkong, daun pandan dan gula jawa bersamaan biar gula jawanya meresap, kasih vanili, rebus sampai matang dan air tinggal dikit kasih tepung maizena 1 sendok saja. Lalu angkat. Bikin saos santannya, rebus 2 gelas air kasih santan, tambahkan garam dan daun pandan, larutkan 2 sendok tepung maizen...
Kisah ini bermula saat kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Ia mempunyai anak bernama Sultan Haji, Suatu hari, Keraton Surawosan, tempat Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa terjadi kebakaran. Saat itu, muncul Hendrik Lucaas Cardeel, seorang juru bangunan dari Batavia. Ia berniat mengabdi kepada Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji menyambut baik kedatangan orang ini. Ia memercayakan pembangunan Keraton Surasowan kepada Cardeel. Puas dengan kinerja Cardeel, Sultan Haji meminta Cardeel untuk membangun menara dan beberapa bangunan pada Masjid Agung Banten. Seiring waktu, Cardeel betah tinggal di Banten. Ia pun menikah dengan perempuan Nilawati, seorang gadis setempat. Sultan Haji sangat kagum dengan karya Cardeel. Karena itu, Cardeel mendapat gelar Kiai Aria Wiraguna. Suatu saat, Sultan Haji berniat menjadi raja Banten. Ia pun mengutarakan niat tersebut kepada ayahnya. Namun oleh Sultan Ageng Tirtayasa, permintaan tersebut ditolak. Akibatnya, terjadi permusuhan di antara keduanya,...
Dahulu kala ada seorang janda yang sudah tua lagi pula sangat miskin. Dia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Ceceng. Janda tua tersebut tinggal di sebuah gubug yang sudah tua dan reot yang didirikan di atas tanah yang disewanya dari seorang Tuan tanah yang terkenal kikirnya. Setiap hari sebelum subuh mereka yaitu emak Ceceng dan si Ceceng sudah berangkat ke hutan mencari kayu bakar. Setelah kayu bakar tersebut terkumpul, sebagian besar dijual ke pasar sedangkan sebagian kecil ditinggal di rumah untuk persediaan sendiri. Emak si Ceceng pulang dahulu ke rumah sedangkan si Ceceng ke pasar untuk menjual kayu bakar tersebut. Hasil penjualan kayu itu dibelikan beras dan lauk pauk sedangkan sisanya ditabung yang nantinya dibayarkan kepada tuan tanah sebagai sewa tanah. Hari itu udara sangat dingin, sebab semalaman hujan turun terus menerus. Si Ceceng berangkat ke hutan seperti biasanya untuk mencari kayu. Sedangkan emaknya karena baru tidak enak badan, dia tinggal di ruma...
Bapak Hamzah bertempat tinggal di Rawamangun bersama istri dan anaknya seorang laki-laki yang bernama Hamzah. Disebutnya bapak Hamzah lantaran nama anaknya Hamzah. Pada suatu hari Bapak Hamzah bersama istri dan si Hamzah pergi berjalan-jalan ke Jatinegara. Di situ si Hamzah melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang berbelanja di Mester. Tak henti-hentinya si Hamzah memandangnya. Rasanya segalanya serba menarik di hati si Hamzah. Kalau ibunya mengajaknya pulang, mungkin dia masih terus melamun saja. Sampai di rumah hati si Hamzah tak bisa tenang, sebab selalu terbayang-bayang akan wajah si wanita cantik di pasar semalam. Maka setelah itu secara diam-diam dia sering pergi sendirian ke Mester hanya ingin ketemu saja dengan wanita tersebut. Cerita punya cerita akhirnya si Hamzah bisa kenal juga sama wanita yang selalu diimpikan dan tahulan dia sekarang akan namanya, yaitu si Sanimah. Sanimah adalah anak dari Raden Ranggawira seorang saudagar yang kaya lagi pula sangat disegan...
Hari sudah jadi malam. Pada waktu itu sudah bulan Mei dan udara sangat gelap. Lonceng dikota Betawi telah bunyi sembilan kali, hal ini adalah suatu tanda pintu-pintu benteng dari kota itu mesti ditutup. Kemudian sebagaimana biasa kunci-kuncinya diserahkan pada Gouverneur Generaal. Di dalam gelap gulita itu, dua orang Eropa keluar dari istananya Tuan Besar, dimana ia telah berdiam lama. Maksudnya dia mau buru-buru pulang kerumahnya masing-masing yang ada diluar kota Betawi, yaitu dalam bilangannya kota baru, sebab kalau tidak begitu dia tentu tidak bisa keluar dari benteng-benteng itu, kota yang sedikit itu saat kemudian telah ditutup. Diluar benteng itu, dua orang itu lantas menyeberang ditanah lapangan, dan dia terus melewati suatu jembatan yang telah dijaga oleh satuan soldadu. Biasanya apabila sudah pukul sembilan malam, orang-orang dilarang untuk jalan dijembatan itu. Tetapi pada waktu itu suatu soldadu pengawal sedang mengawasi kedua orang itu dan nyata soldadu itu sudah me...
"Ma Kesen, anak kau si Kesen semakin lama semakin jahat, Semalam tatkala aku berjalan ronda, aku melihat anak itu mencuri kelapa dipekarangan Pak Djiun. Tempo itu cuma kutempeleng dan kuusir ia pulang, sebab ia masih muda. Lagi pula kasihan, jikalau sekali lagi si Kesen mencuri, tentu kutangkep ia dan bawah ke rumah Cutak, supaya anak itu dikirim ke polisie Rol". Demikian suatu hari, kurang lebih5 tahun lamanya, ada seorang pencalang Nomo kasih nasehat pada seorang perempuan tua di kampung Rawabokor (Tangerang), orang ini bernama Ma Kesen, karena anaknya perempuan tua ini si Kesen namanya, seringkali mencuri di kampung itu. "Apa kau tidak bisa ngajar baik pada anak itu". Kata pencalang Nomo. "Bukankah kau nanti dapat susah, jikalau si Kesen dihukum? Sekarang engkau tidak ada laki dan tidak ada anak lain, siapakah nanti piara kau dihari tua?" "Saya tidak bisa bikin sesuatu apa, pak pencalang Nomo menyahut Ma Kesen. "Sering saya kasih ingat pada anak itu, tetapi selamanya ia tidak...